Page 36 : Daryn

30.7K 5.4K 290
                                    

Jangan lupa follow instagram : bentrokan.yuk karena besok kamis bakal ada kejutan di sana. follow juga IG author : liaraudrina hehe

Sesuai dugaanku, ini adalah liburan paling menyesakkan yang pernah ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dugaanku, ini adalah liburan paling menyesakkan yang pernah ada. Rasanya aku sangat bosan di rumah, tanpa ada kegiatan yang jelas. Ditambah beban pikiranku mengenai Mas Ben yang sulit dihilangkan begitu saja. Aku tahu ini tidak boleh terus berlanjut. Harus ada inisiatif dari kami untuk menyudahi semua ini. Entah itu dengan cara mengakhiri hubungan yang menggantung ini, atau memperbaikinya dengan berdiskusi untuk membentuk kesepakatan baru.

Sayangnya, aku masih belum berani mengunjungi rumahnya. Aku tahu kemungkinan paling besar aku dapat menemui Mas Ben adalah di rumahnya. Tapi apakah itu menjamin setelah menemuinya hubungan ini akan membaik? Apa dia akan menemuiku dan mau membahas ini?

Entah mendapat pemikiran dari mana, aku merasa kalau mungkin saja Mas Ben sendiri juga tidak ingin berbicara denganku. Kalau dia masih menganggap hubungan ini serius, tentu dia sudah mengunjungi rumahku sejak berminggu-minggu yang lalu.

"Belakangan ini kenapa murung terus, Rin?" Pertanyaan Ibu membuatku mengerjapkan mata beberapa kali.

Sore ini Ibu minta ditemani untuk membeli ayam goreng tulang lunak di dekat rumah kami. Berhubung ini dekat, kami memilih untuk jalan kaki. Tadinya aku tidak mau ikut, tapi hanya karena Ibu mengimingiku untuk membeli molen sekalian, aku jadi tertarik untuk ikut.

Belakangan ini aku suka meminta Ibu membelikan molen di dekat rumah. Tentu saja alasannya adalah untuk mengobati kerinduanku pada si brengsek itu. Gara-gara ulahnya, aku jadi jago mengumpat seperti Safa. Dalam hati aku terus-terusan mengatai diriku sendiri, kenapa cowok yang menjadi pacar pertamaku harus sebrengsek dia?

"Hah? Enggak tuh. Perasaan aku biasa aja deh! Siapa yang murung?" Aku berusaha memasang wajah heran, sambil menoleh pada Ibu.

"Yakin, nggak ada sesuatu?" Ibu masih terlihat curiga. Entah ini karena insting Ibu yang kuat, atau memang aku yang tidak bisa menutupi kekalutanku.

"Yakin. Aku nggak kenapa-napa. Cuma lagi bosen aja. Liburan ini kita nggak ada rencana ke mana gitu, Bu? Tahun baru kemarin kan Bapak ngajak kita ke Pacitan."

"Mas Garda kan lagi sibuk ngerjain skripsi. Kasihan masa ditinggal. Kata Bapak, liburannya setelah Mas Garda sidang aja, nanti dirembukin lagi mau jalan-jalan ke mana. Kamu mau ke Pacitan lagi? Emang nggak bosen?"

Aku tersenyum senang ketika upayaku untuk merubah topik pembicaraan berhasil. "Jangan ke Pacitan lagi deh! Ke Malang aja yuk, Bu!"

"Malang jauh banget! Berarti tergantung hasil sidang Masmu nanti gimana. Kalau bagus, ya berarti bisa aja diatur ke Malang. Kalau nggak, ya berarti ke pantai di Gunung Kidul aja." Ibu terkikik di akhir kalimatnya.

Aku baru sadar kalau aku sudah melewatkan satu hal penting di keluargaku. Yaitu seminar proposal Mas Garda yang sudah berlangsung beberapa minggu yang lalu. Mas Garda dan Mas Ben memang satu angkatan. Namun Mas Garda berada di kampus negeri, sementara aku swasta. Akibat terlalu galau memikirkan Mas Ben, aku jadi lupa kalau kakak kandungku sendiri juga melewati proses itu.

Thoughts Unsaid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang