048| Kado

1.9K 132 7
                                    

Aeera bergidik ngeri menatap sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aeera bergidik ngeri menatap sekitarnya. Sial! Ia dihukum untuk membersihkan ruangan biologi oleh pak Jaelani. Yang paling parah, Aeera hanya sendirian saat ini.

Aeera membiarkan pintu di seberang sana terbuka. Sudah semenit yang lalu bel keluar main sudah berbunyi. Sedangkan, dirinya masih berkutit di ruangan biologi.

Aeera menyandarkan punggungnya di sebuah kursi untuk beristirahat setelah menyelesaikan aktivitasnya.
Sebenarnya ia sedang menunggu seseorang.

Orang yang ditunggu-tunggu Aeera terlihat baru saja datang seraya membawa dua pop ice rasa mangga.

"Ini buat kamu!" ujar Febi seraya memberikan salah satu pop ice yang dibawanya.

Aeera mengambil pop ice tersebut, ia langsung meminumnya hingga sudah tersisa setengah.

"Kamu haus banget, ya?" tanya Febi.

Aeera mengangguk.
"Iya."

Febi sempat tergelak.
"Habisnya kamu sih, udah tau pak Je galak. Ke toilet aja lebih dari 20 menit," ujar Febi.
"Kamu ngapain aja di toilet?" tanyanya.

Aeera menelan salivanya mendengarkan perkataan Febi. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
"Aku ketemu kak Arsen," bohong Aeera seraya tertawa kecil.

Febi membelalakkan matanya mendengar perkataan Aeera.
"Pantes aja!" ujarnya. "Dasar bucin!"

"Yaudah ayok ke kelas! Pasti kak Arsen lagi nyari kamu di sana," lanjut Febi.

Aeera berpikir sejenak, ia masih penasaran siapa orang yang dicurigai oleh Febi.
"Febi, kamu belum bilang sama aku," ujarnya menatap Febi lekat.

Febi mengernyitkan dahinya.
"Bilang apa?" tanyanya.

"Itu, soal orang yang Febi curigain," balas Aeera.

Febi berpikir, ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahu Aeera. Lagian, ruangan biologi yang saat ini mereka singgahi sangat sepi.

Febi melangkah menuju ke arah pintu. Aeera mengernyitkan dahinya, ia berpikir apa Febi akan keluar untuk meninggalkannya. Ternyata pikiran Aeera salah, Febi hanya ingin menutup pintu ruangan biologi terlebih dahulu.

Febi kembali melangkah menuju Alexa. "Tapi ini masih kecurigaan aku doang Aeera, kita harus perlu bukti untuk semuanya." ujar Febi.

Aeera mengangguk mantap, ia sungguh sangat penasaran.

"Aku sangat yakin, orang yang membunuh tante Riska itu adalah orang yang memiliki dendam pribadi sama mama kamu," lirih Febi, ia menatap Aeera lekat.

Aeera mencoba mencerna perkataan Febi. Yang Aeera ketahui, mamanya tidak pernah memiliki musuh sama sekali.

"Tapi mama aku nggak pernah punya musuh, Feb," balas Aeera.

Febi menggeleng.
"Nggak Aeera, kamu mungkin nggak pernah tau tentang masa lalu mama kamu. Maaf, aku nggak bermaksud mengungkit kesalahan mama kamu dulu. Tapi, karena kesalahan mama kamu dulu, mungkin ada orang yang sangat membenci mama kamu," lanjut Febi.

VERLEDEN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang