Seperti biasanya, pagi ini Zie sudah siap dengan seragam dan perlengkapan sekolah nya. Pagi ini dia terlihat lesu, matanya terlihat sedikit sembab. Mungkin karena menangis semalaman.
"Di jemput Dewa?" Tanya Mahen.
Mereka sedang berada di meja makan bersama kedua orang tua nya."Gak bang, abang yang anter yah?" Ucap Zie meminta pada Mahen.
"Gue harus ketemu klien pertama gue, nanti telat. Bawa mobil sendiri aja atau suruh supir." Ucap Mahen memberi saran.
"Papah aja yang antar Zie, sekalian mau ke kantor yang se arah sama sekola kamu." Sela Hendra. Papah Zie.
"Bener?" Tanya Zie bersemangat.
"Iya, cepet makan sarapan nya." Jawab Hendra menginstrupsi.
Semua hening menikmati makanan masing-masing.
Setelah selesai sarapan Mahen langsung pergi duluan. Sedangkan Hendra dan Zie baru mau berangkat.
"Zie berangkat ya mam," ucap Zie pamit pada Nastusya.
"Iya sayang, hati-hati." Jawab Nastusya lembut.
Di dalam mobil Zie dan Hendra berbincang ringan. Ini lah yang Zie rindukan ketika bersama papah nya.
Papah nya selalu berhasil menghibur Zie dengan caranya yang berbeda.
Papah Zie yang selalu sibuk dengan pekerjaan.
Zie tak pernah merasa kurang kasih sayang, dia paham dengan keadaan nya."Nanti mau cek up sama abang?" Tanya Hendra.
"Iya pah, papah seneng?" Jawab Zie girang.
"Sangat senang nak, sudah lama kamu menolak untuk cek up. Siapa yang berhasil bujuk kamu?" Ujar Hendra sambil nengusap kepala Zie pelan.
"Papah pasti tau lah. Siapa lagi kalau bukan Eza." Ucap Zie.
"Kalian itu, Eza masih sama kan? Gak berubah-ubah." Ujar Hendra mengingat tingkah cerewet dan konyol Eza.
"Iya. Dia masih sama, aku kangen dia pah, suruh pulang aja." Ucap Zie meminta bantuan supaya papah nya membujuk Eza.
"Selalu papah suruh, tapi dia bilang nunggu lulus aja. Tau kan? Eza gimana kalau udah buat keputusan," ujar Hendra.
"Dia bakal lulus beberapa bulan lagi, huh gak sabar." Ucap Zie antusias.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah tempat Zie menimba ilmu.
"Bai pap!" Ucap Zie setelah turun dari mobil.
Zie berjalan santai menuju kelas nya.
"Pagi Zie!" Sapa Fira yang juga sepertinya baru sampai.
"Pagi," jawab Zie tanpa ekspresi.
"Gak barengan sama Dewa?" Tanya Fira kepo.
"Enggak."
"Jadi, sama siapa?"
"Bokap gue."
"Bang Mahen?" Lagi-lagi Fira bertanya.
Zie memutar bola mata nya malas.
"Lagi sibuk." Jawab Zie jengah.
"Oh, sibuk." Ucap Fira paham.
Dikelas Dewa dkk sedang berbincang dari hal penting sampai tidak sama sekali.
"Nanti jam tiga kan?" Tanya Frans pada kedua sahabat nya itu.
"Hmm," jawab Dirga.
"Semua udah siap?" Tanya Dewa serius.
"Udah, semua siap. Tinggal tempur," jawab Frans.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIZIETA (Selesai✔)
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!) AKAN DI REVISI "KARENA CINTA YANG KAU BERI AKAN SELALU ADA BERSAMA KU. SEKALIPUN, AKU MATI." Follow ig:@rhmelly HAPPY READING😇💛 Selesai:13september2020