☆45

160 10 0
                                    

Pagi ini Zie sudah siap. Sebentar lagi Dewa akan datang menjemputnya.

"Ingat Zie, disana gak boleh capek-capek. Obatnya di minum, jangan sampe telat. Makan yang banyak, jangan sampe telat makan, apa lagi gak makan." Ucap Nastusya panjang lebar.

Zie terkekeh melihat tingkah bawel mamahnya ini.

"Iya mam. Iya, mamah gak usah khawatir." Ucap Zie gemas.

"Kalo ada apa-apa telfon papah." Ucap Hendra.

"Iya papah ku sayang," ucap Zie.

Zie beralih pada Mahen yang sama sekali tidak mengucapkan apapun bahkan melihatnya tidak. Dia fokus dengan sarapan dan ponselnya.

"Bang," ucap Zie pelan.

Mahen mendongak lalu mengangkat alisnya seolah bertanya apa?.

"Lo gak ikut nganter gue ke bandara?" Tanya Zie.

"Sibuk gue. Ada rapat mendadak," ucap Mahen bangkit lalu pergi.

Zie langsung bangkit dan mengejar Mahen yang sudah di luar.

"Bang!" Panggil Zie dari ambang pintu saat melihat Mahen membuka pintu mobilnya.

Mahen menoleh.

Zie berlari kecil mendekat pada Mahen.

"Lo kenapa?" Tanya Zie lirih.

"Gak kenapa-napa. Emang kenapa?" Tanya Mahen.

"Lo berubah. Dari semalam lo udah aneh, gue ada salah?" Tanya Zie sendu.

Mahen membuang nafasnya pelan.

"Gak. Lo gak salah apa-apa, gue cuma lagi sibuk." Jawab Mahen memandang ke arah lain. Karena dia tidak akan pernah tega melihat wajah Zie yang sendu.

"Apa meluk gue sebentar bakal ngebuat lo capek? Gue kangen sama lo. Lo gak pernah meluk gue lagi, lo gak pernah manja-majaan sama gue lagi. kita gak pernah habisin waktu bareng, lo udah gak pernah bilang selamat malam sama gue. Lo gak pernah nemenin gue sampe tidur kayak dulu. Lo kenapa? Gue ada salah?" Ucap Zie mengeluarkan semua unek-uneknya. Air mata Zie bahkan sudah turun.

Mahen langsung memeluk Zie dengan erat. Mahen menciumi pucuk kelapa Zie berkali-kali. Dia juga merindukan adiknya ini. Bahkan sangat rindu.
Kesibukannya akhir-akhir ini membuat dia tidak punya waktu dengan adiknya sendiri.

"Maafin gue." Ucap Mahen melepas pelukannya pelan.

Zie menggeleng.

"Nanti di bali lo harus jaga kesehatan, minum obatnya rajin. Instirahat yang cukup, kalo bisa chek up disana aja. Makannya jangan sampe telat. Gak boleh banyak kegiatan sama kecapean, kalo ada apa-apa harus hubungin gue." Ucap Mahen bawel melebihi mamahnya.

"Bahkan lo lebih bawal dari mamah." Ucap Zie terkekeh.

Zie memeluk Mahen lagi.

"Gue bisa minta tolong?" Ucap Zie dalam pelukannya.

"Apa?" Tanya Mahen.

"Tolong jaga kesehatan lo. Jangan sampe lupa sama diri sendiri cuma karena bisnis. Nanti gue suruh papah buat berentiin lo kalo sampe sakit." Ucap Zie melepas pelukannya.

"Siap!" Ucap Mahen.

"Maaf gue gak bisa nganter lo ke bandara." Ucap Mahen lagi.

"Iya gak papa." Ujar Zie tersenyum.

"Nanti hati-hati ya. Gue pergi dulu udah telat." Ucap Mahen.

Mahen mencium kedua pipi Zie lalu pergi.

BRIZIETA (Selesai✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang