BERI PERNIKAHAN KESEMPATAN?

6.7K 657 8
                                    

Barra,

Mami selalu rutin menghubungi ku, menanyakan perkembangan kami. Mami memang berharap besar, kami jangan sampai bercerai.

"gimana mas? Ini udah masuk minggu kedua kalian kami karantina" mami menghubungi ku lewat sambungan telepon.

"yah.. masih kayak gitu mi" jawabku singkat, aku bingung harus menjelaskan apa. kondisi kami benar – benar penuh pasang surut saat ini. tapi aku memutuskan untuk tidak menceritakan kepada mami, perihal Kanaya lagi – lagi meminta untuk di ceraikan.

"masih gak mau tidur sama kamu dia?" aku memang menceritakan pada mami, kalau Naya keberatan untuk tidur seranjang denganku. Dan aku menjelaskan pada mami, kalau aku tidak keberatan, demi kenyamanan Kanaya untuk menerima lagi kehadiran ku lebih dulu.

"masih mi.."

"ya kamu do something dong mas... bawa dia liburan, papi kan juga gak mungkin biarin kamu gak aktif lebih dari 1 bulan, ini sudah mau masuk minggu kedua" mami mulai kesal kepadaku.

"gimana caranya mi? Kalau tidur seranjang aja udah gak mau"

Mami menghela napasnya kesal, dia diam sejenak.

"biar mami yang arrange perjalanan kalian, kalian tahu beres aja" ucap mami. "perempuan itu, masih dia hubungin kamu?"

"masih mi... Barra sedang berusaha untuk minta dia menjauh mi"

"kamu berusaha, atau kamu sendiri gak mau kehilangan perempuan itu mas? Mas, papi mungkin ngelakuin ini atas dasar, nama baik firma ya, jangan sampai kalian cerai dan terkuak kemana – mana sebab kalian bercerai. Tapi mami? Mami gak perduli nama baik firma, mami lebih perduli nasib anak – anak mami, ya kamu ya Kanaya, jadi coba tolong, kalau kamu memang niat menyelamatkan pernikahan kalian, berusaha mas!"

****

Aku sempat mengintip laptop Kanaya, yang dia tinggalkan dimeja nakas beberapa saat lalu. Dia sedang memasak di dapur, dan aku bermaksud mandi, aku melihat laptopnya dengan layar yang masih menyala, aku melihat halaman apa yang dia buka.

Ternyata Kanaya sedang berusaha memperbarui CV nya, bahkan dia mencari – cari program beasiswa ke luar negeri. Dia benar – benar merencanakan meninggalkanku. Aku benar – benar frustasi melihat semua ini.

Aku terus meminum suplement untuk therapy hormon ku. Aku juga mulai rutin berolah raga, kadang aku berenang atau berjogging. Aku meminumnya sudah hampir 1 bulan lamanya. Sejak kejadian aku melihat Naya membuang suplement itu, aku memang mengambilnya kembali. Kondisi botol itu masih tersegel rapat, aku hanya perlu membuang kotak pembungkusnya saja. Sejak hari itu juga aku segera mengkonsumsinya secara rutin.

Sampai sekarang, kami belum melakukan hubungan suami istri lagi. Aku benar – benar berharap, aku bisa melakukannya lagi dengan Kanaya, mungkin hamil akan mencegah kepergiannya. Tapi bagaimana aku bisa mengajaknya melakukan itu? Bahkan kata cerai sekali lagi terlontar dari bibirnya.

****

Kanaya,

Mami hari ini meminta ku dan mas Barra menemui nya disalah satu mall. seperti biasa, kegiatan kami kalau di mall, mami akan memintaku memilihkan outfit yang pas untuknya. Aku akhirnya memilih beberapa pakaian, berikut aksesorisnya untuk mami. Bahkan mami meminta ku untuk membeli juga beberapa untukku, namun aku menolaknya.

"kenapa? Beli lah itu tas nya Nay.." ucap mami sambil masih sibuk memindai pernak pernik lainnya didalam butik yang menjual tas, yang satunya bisa sampai ratusan juta ini.

"kamu pilih aja ya? suka yang mana?" mas Barra mengusap lembut kedua lenganku dari belakang, aku harus ber acting manis didepan mami, terlebih ini tempat umum. Tidak mungkin aku menepisnya disini, kalau ingin menuruti kata hati, aku ingin mendorongnya sampai terjungkal.

Satu Bulan Untuk SelamanyaWhere stories live. Discover now