Cowok Berandal

9 8 0
                                    

Happy Reading !!

Suasana koridor sekolah lumayan ramai karena memang waktu sudah menunjukkan pukul 6.45, itu artinya sebentar lagi mata pelajaran pertama akan segera dimulai.

Dengan senang hati dan semangat Rachel menyusuri koridor sekolah. Kelas demi kelas ia lewati namun tiba-tiba ada seseorang yang entah dengan sengaja atau tidak menabraknya hingga ia terjatuh.

Brak.

Bukannya menolong orang itu malah diam dengan tatapan tajam. Wajahnya yang sudah memerah menandakan bahwa orang itu sedang marah.

"Kalo jalan tuh liat-liat," ketus orang itu.

Bukannya Rachel tidak melihat jika
ada orang didepannya. Tapi memang orang itu saja yang terlalu tinggi sehingga mungkin tidak melihat Rachel yang memang berpostur tubuh kecil.

Tapi kalo dipikir-pikir tidak mungkin orang itu tidak melihat Rachel sekalipun badan Rachel kecil. Kecuali jika Rachel itu hantu, bisa jadi orang itu tidak melihat Rachel.

"Loh kok kamu nyalahin aku, jelas-jelas kamu tuh yang enggak liat-liat," kata Rachel tak ingin kalah.

Orang itu diam dengan tatapan elang nya yang seakan-akan bisa saja menerkam Rachel kapan saja. Namun seketika dia menyeret Rachel ke taman belakang sekolah.

Sesampainya dia sana orang itu mendorong Rachel dengan keras. Pergelangan tangan Rachel juga memerah akibat cengkraman tangan orang itu.

"Maksud Lo apa nyalahin gue, jelas-jelas elo ngalahin jalan gue. Makanya jalan itu pake mata," bentak orang itu. Sepertinya emosi sudah tidak tahan lagi.

Hampir saja Rachel menangis, namun ia berusaha untuk tenang. Jika tidak ia akan kalah dengan orang yang ada didepannya itu.

"Eh bukannya jalan itu pake kaki ya, mana bisa jalan pakek mata," kata Rachel berusaha tenang.

Wajah orang itu sudah memerah menahan amarah. Rachel tau, orang itu akan segera meluapkan kemarahannya kepada Rachel. Hampir saja orang itu menampar Rachel, namun segera ditahan oleh sesorang.

"Berani banget elo nampar cewek, elo banci ? Sampe berani nya nyakitin cewek," kata Dimas, ketua OSIS WIHS yang juga most wanted sekaligus kapten basket dan si master ekonomi yang sudah menjuarai ajang olimpiade bergengsi baik itu tingkat nasional maupun internasional.

"K-kak Dimas," panggil Rachel.

Orang yang tadi akan menampar Rachel hanya mendengus kesal dan berlalu meninggalkan Rachel dan Dimas.

"Duduk Hel," ajak Dimas. Ia tau gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Bisa dilihat juga pergelangan tangan gadis itu memerah.

"Elo enggak papa Hel ?" Tanya Dimas saat mereka sudah duduk disalah satu  bangku yang ada di taman belakang sekolah. Tatapan lelaki itu menyiratkan kekhawatiran.

"Aku enggak papa kok kak," jawab Rachel seadanya.

"Tapi tangan elo-" kata Dimas sembari mengelus pergelangan tangan Rachel yang memerah.

"Udah aku enggak papa kok kak, paling nanti juga sembuh" ujar Rachel meyakinkan. Ia tak ingin melihat lelaki itu khawatir, karena itu semua terlihat dari sorot mata nya. Walau sebenarnya tanganya itu sakit.

"Yaudah kalo gitu gue anter elo ke kelas. Gue enggak mau tuh cowok berandal nyakitin elo lagi," ajak Dimas sambil menggenggam tangan Rachel dengan lembut.

Rachel hanya terkekeh melihat kekhawatiran Dimas yang cukup berlebihan bagi nya. Karena jujur saja, dia tidak pernah merasakan perhatian lebih dari orang kecuali keluarganya dan sahabat-sahabatnya apalagi dari seorang pria.

Sepanjang perjalanan ke kelas Rachel banyak siswi yang iri melihat Rachel digandeng oleh pangeran sekolah. Siapa saja akan iri melihatnya, tapi Rachel berusaha sesantai mungkin agar Dimas tidak tahu bahwa sesungguhnya ia takut dengan tatapan para penggemar Dimas.

"Gue balik kekelas ya, belajar yang rajin. Bilang sama gue kalo cowok berandal itu nyakitin elo lagi," kata Dimas sesaat setelah mereka sampai di depan kelas Rachel sembari mengacak rambut Rachel yang membuat seisi kelas Rachel histeris.

"Iiih kak Dimas, rambut aku jadi berantakan kan" ujar Rachel tak terima.

Dimas hanya tertawa melihat gerutuan Rachel dan langsung pergi ke kelasnya. Saat melihat kebelakang semua teman-temannya menatap penuh tanya. Sampai di bangku pun Dhita menyerangnya dengan berbagai pertanyaan. Untung saja guru yang mengajar sudah masuk sehingga Dhita tidak bisa bertanya apapun lagi. Palingan nanti dikantin Rachel akan diserang dengan berbagai pertanyaan dari sahabatnya itu.
.
.
.
Tbc

LIKUWhere stories live. Discover now