BAGIAN 6 (21+)

51.3K 3.3K 1.1K
                                    

Warning!! Yg masih dibawah umur lewatin aja part yang ada bagian anu ya hihi. Tapi terserah sih dosa tanggung sendiri ya wkwk.

Jangan lupa vote komennya 😉


.

Haechan tak tahu harus apa saat ini. Intinya ia malu menatap Mark setelah aksi ciuman mereka di Sungai Han. Tak hanya Haechan, bahkan Mark pun tak hentinya membayangkan dan menginginkan kembali bibir tersebut. Rasanya ia ingin lagi dan lagi.

Mobil mewah Haechan memasuki mansion keluarga Jung. Tak banyak pembicaraan di antara mereka berdua, Mark bahkan masih terfokus mengingat akan ciuman yang telah mereka lakukan.

Mark dan Haechan masuk ke dalam mansion tersebut bersamaan, setelahnya mereka kembali ke kamar mereka masing-masing. Langkah demi langkah Haechan, beriringan dengan degup jantungnya yang tak karuan. Hisapan bahkan lumatan Mark masih sangat jelas terasa. Oh god! Mengapa Mark melakukan ini?

Haechan memasuki kamarnya. la menghela kan nafas berat jika mengingat semuanya. Jeno benar-benar keterlaluan, batin Haechan. Haechan melihat sekilas laci meja riasnya. Haechan segera berdiri dan membuka laci tersebut. Ia mengambil sebuah bingkai yang berisikan potret pernikahannya dengan Mark. Haechan tersenyum. Menarik kursi dan segera duduk disana. la mengusap bingkai tersebut dan meletakkan di meja.

"Mengapa aku menjadi sangat labil? Mengapa saat ini aku merasa senang melihat potret pernikahan kita?" Monolog Haechan dengan menatap potret tersebut. Ya, akhir-akhir ini ia sangat senang bersama Mark, bahkan ia pun tak menyadari akan tindakan agresifnya yang di luar kendali. Tetapi tidak ada salahnya bukan? Ia melakukannya terhadap suaminya sendiri, bukan dengan orang lain.

Hah

Haechan kembali menghela kan nafasnya, ia harus segera membersihkan badannya yang terasa lengket. Haechan beranjak dari duduknya menuju kamar mandi. Haechan tampak sangat senang, bahkan ia pun bersenandung dengan riang. Perasaan apakah ini?

.

Mark tak menyangka perlakuannya terhadap Haechan membuatnya gila.

Mark melepaskan ciuman mereka. Haechan menatap Mark dengan mata sayu. Nafas mereka pun terengah-engah akan aksi tersebut.

"Haechanie jangan pergi. Mark tidak ingin Haechanie pergi lagi." Ujarnya. Haechan hanya tersenyum. Ia menangkupkan kedua tangannya pada kedua pipi Mark.

"Aku selalu disini. Aku tidak pergi Mark."

"Janji?" Ujar Mark mengacungkan jari kelingkingnya. Haechan kembali tersenyum dan mengaitkan jari kelingking tersebut dengan jari kelingkingnya.

"Janji!"

.

.

Mungkin saja kesempurnaan menjadi alat ukur untuk memilih pendamping, tetapi lihatlah dan pandanglah sekitarmu. Kesempurnaan yang kau inginkan hanya fatamorgana.

Kau mengejar dan terus mengejar, tetapi apa kau dapatkan? Tak satu pun makhluk Tuhan itu sempurna bukan? Dan tak satupun makhluk Tuhan itu hina.

Mereka yang terlahir dengan harapan dan berkat Tuhan. Takdir mereka sudah Tuhan gariskan. Bukankah jika kau menghina makhluk Tuhan sama kau menghina Tuhanmu?

.

.

Malam semakin larut, bahkan sampai saat ini Haechan masih saja tak dapat memejamkan matanya. Ia sudah merubah berkali-kali tidurnya, tetapi nihil. Ia pun beranjak.

Mianhae, Because I'm Idiot [Markhyuck]✔Where stories live. Discover now