AUREL STORY 19

68 61 1
                                    

Flashback 3

'Dear aku, tolong jangan berekspektasi terlalu tinggi pada manusia, awas nanti jatuh cinta. Bayangkan jika dia tidak peka, dan akhirnya kamu sendiri yang sakit.' 

Kata itu ku tulis dengan spidol dikarton putih besar, dan ku tempelkan didinding yang bersebrangan dengan ranjangku. Supaya ketika terbangun dari tidur aku langsung melihatnya.

Untuk apa? Apalagi kalau bukan untuk menyadarkan ku akan angan yang tidak mungkin tercapai.

Hari ini sabtu, dan jadwalnya aku libur sekolah. Tadi malam Kak Cakra menelfon, dan mengatakan bahwa dia mengajakku ke kafe pojok siang ini. Tentunya aku senang, senang sekali malah. Tapi setelahku pikir-pikir sebenarnya apa si tujuan kak cakra sering mengajakku ke kafe pojok cuma ber-dua? Mengobrol, menghabiskan waktu berdua saja. Bukankah aneh seseorang yang bukan siapa-siapa selalu ingin menghabiskan waktunya bersamaku? Apakah mungkin Kak Cakra juga menyimpan perasaannya padaku selama ini? Tapi setelah kejadian beberapa hari lalu saat Kak Cakra menunjukkan sikapnya terhadap Nesa, rasanya tidak mungkin Kak Cakra juga menyimpan rasa padaku.
Situasi ini sungguh membuatku bingung. 

Aku berada didepan kaca rias ku saat ini, melihat sekali lagi penampilanku. Aku memakai baju biru laut dengan celana hitam dan sepatu hitam. 

Yakin tidak ada yang ingin di bawa lagi aku keluar kamar. Berjalan menuruni anak tangga, menuju ke luar.

"Rel, kamu mau pergi juga?" Tanya mama yang sedang bersantai didepan TV.

"Juga? emang Teo juga pergi?" Tanyaku.

Mama mengangguk. 

"Mungkin jalan bareng Risa ma." Ucapku. mengingat hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja.

"Aurel pergi dulu ya ma." Pamit ku menyalami punggung tangan mama.

"Hati-hati."

Aku mengerutkan kening.

Aku pikir hanya aku dan kak Cakra seperti biasanya, ternyata kali ini mereka semua juga ikut. Bahkan kursi yang sering aku pakai berdampingan dengan kak cakra, sekarang ditempati oleh Nesa. 

"Hai?" Sapaku pada mereka, tentunya sambil tersenyum seperti biasanya.

"Hai Rel, sini duduk deket aku." Tawar Nesa. Ya, cuma Nesa yang balas menyapaku.

Akhirnya aku duduk di samping Nesa. Sekarang posisi kami kak Cakra, Nesa, aku, Risa, Teo. Tampaknya Teo dan Risa tidak bertengkar lagi. lihatlah, mereka mulai bucin lagi. 

Lima menit aku hanya diam, memandang orang sekitar, melihat kebucinan Teo dan Risa, bahkan Nesa dan Kak Cakra asik mengobrol berdua. Tanpa memperdulikan ku.

Ditengah keramaian kafe tiba-tiba akak Cakra berdiri dari kursi dan pergi.

"Kak Cakra mau kemana?" Tanyaku.

"Panggilan alam katanya. Alam siapa aku gak tau." Jawab Nesa. Aku mengangguk tanda mengerti.

Satu menit kemudian Teo menyusul pergi, kurasa dia juga pergi ke toilet.

Risa sibuk dengan Handphonenya, entah apa yang dia lakukan. Lima menit akhirnya Teo kembali sendiri, tanpa Kak Cakra. Dan dilihat dari ekspresi wajah Teo, tampaknya dia cemas.

"Kalian, cepet ikut gue!" Ajak Teo dengan nafas tersengal menarik tangan Risa.

"Kemana?" Tanyaku.

"Cepet!" Teo mendesak. Kami tidak banyak bertanya, langsung mengikuti langkah Teo.

Dibawah tatapan semua orang, kami berjalan tergesa-gesa. Eh, tapi kenapa Teo mengajak kami bukan ke toilet?

Ternyata Teo menuntun kami kedalam ruangan tanpa cahaya. Tapi masih didalam area kafe. Bahkan aku baru tahu jika kafe ini lumayan banyak ruangannya.

AUREL-STORY✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang