Kamu adalah orang yang kutunggu. Bukan karena kecantikan dan senyummu yang kutunggu, melainkan sikapmu yang polos dan kekanak-kanakanlah yang akan kurindu.
—Arthur—Arthur melirik sekilas ketika merasakan kehadiran seorang perempuan tengah duduk semeja dengannya sambil menatapnya.
Entah apa yang ingin disampaikan perempuan di hadapannya, namun yang dapat Arthur lihat sekilas tadi perempuan tersebut hanya memperhatikan gerak-geriknya. Membuatnya bingung. Tumben Orly tidak kekanak-kanakan seperti biasanya.
Arthur mendongakkan kepalanya, menatapnya dengan dingin. Kemudian, membuka suara. "Kenapa?" Tanya Arthur dingin, tidak ada maksud lain, hanya ingin menanyakan keadaan perempuan di depannya.
Orly menggeleng-gelengkan kepalanya. Membuat Arthur mengernyitkan dahinya. Ada yang aneh.
"Kenapa?" Tanya Arthur lagi.
Orly mulai membuka suara. "A-anu..." Gantung Orly membuat Arthur mengangkat sebelah alisnya, entah kenapa sejak pulang bersama Arthur dirinya merasa gugup ketika di dekat Arthur. Jadi kelabakan sendiri.
"Kenapa?" Desak Arthur, agar perempuan di depannya membuka suara.
Entah kenapa dirinya hari ini seolah berbeda. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Arthur bertanya kepada seorang perempuan. Benarkah ini Arthur? Untung perempuan di depannya tidak menyukainya.
"Makasih karena udah anter Orly kemarin!" Ucap Orly cepat dan semangat, soalnya gugup.
"Sama-sama." Jawab Arthur singkat, kemudian lanjut membaca bukunya.
Ada rasa bersyukur di dalam diri Orly. Untung saja Arthur masih seperti biasanya, sedingin kristal, ketus, suka baca buku di perpustakaan, dan datar.
"Arthur mau makan buah gak?" Tawar Orly sambil memperlihatkan kotak bekalnya. "Soalnya tadi Orly udah makan roti sama nasi."
"Perlukah saya menjawabnya?" Tanya Arthur kembali sedingin kristal.
"Ikhhh, nyebelin! Perlu dijawab lah! Soalnya kalo buahnya gak di makan bakalan mubazir!" Sewot Orly, bagaimana tidak? Di tanya baik-baik malah balik nanya.
"Terus?" Pancing Arthur.
"DOSA!" Untung saja Perpustakaan sepi karena aktivitas KBM telah usai sejak tadi dan Orly dapat sepuasnya teriak-teriak gak jelas, lebih tepatnya marah-marah karena sikap cowok sedingin kristal di depannya.
Arthur mengambil kotak bekal Orly, kemudian mulai memakan potongan berbagai macam buah yang berada di tempat bekal Orly dengan menggunakan garpu.
Lalu bagaimana ekspresi wajah Orly? Terkejut bukan main! Orly kira Arthur akan menolaknya lagi karena cowok di depannya ini sedingin kristal. Ingat sedingin kristal! Bukan es!
Arthur memakan habis isi bekal Orly sembari membaca bukunya. Memang kebiasaannya. Lebih mengutamakan buku, kalau bisa membaca sambil makan kenapa tidak? Lagipula tangannya ada dua.
Arthur memberikan kotak bekal Orly, sedangkan ekspresi wajah gadis di depannya sedang menahan tawa. Apa yang salah dari Arthur? Lucu?
"Arthur lucu, deh. Kalau makan tuh jangan sambil baca, apalagi buru-buru" Detik selanjutnya Orly memberikan Arthur tisu. "Nih, untung Orly bawa tisu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Kelas
Teen FictionKisah cinta anti-mainstream antara selembar kertas putih polos dengan setetes darah biru dingin yang tidak sengaja saling bertemu. Pertemuan tersebut membawa mereka ke dalam takdir cinta. Hanya takdir yang bisa menyatukan Arthur dan Orly. Jangan per...