CHAPTER 23

172 43 78
                                    

“Emang kak Andra barang?”

HappyReading🍁🍁

Beberapa hari kemudian.

Kabar kedekatan Amel dan Andra pun menjadi perbincangan para warga sekolah. Setelah sebelumnya Amel di kabarkan sempat menjauh dari Andra dan malah dekat dengan Dirga. Padahal Amel sangat menyukai Andra terbukti saat Amel yang selalu mengikuti Andra, memberi bekal, dan lainnya. Hampir semua orang tau kedekatan Amel dan Andra itu. Andra tidak ambil pusing perihal tersebut. Begitupun dengan Amel.

Amel saat ini sedang berjalan di koridor kelas sepuluh. Tiba-tiba ada seseorang yang mencekal lengannya dan menarik Amel, terkesan menyeret. Amel pun tak tinggal diam, dia berontak meminta di lepaskan dan berteriak, dan kebetulan sekali  di koridor tersebut sepi karena semua murid berada di dalam kelas, sedang melangsungkan pembelajaran. Orang tersebut membawa Amel ke belakang sekolah, lebih tepatnya gudang yang sudah tidak terpakai.

Sesampainya disana, orang tersebut langsung menghempaskan Amel ke lantai yang dingin dan kotor. Amel meringis karena orang tersebut mendorongnya begitu keras. Gudang tersebut terlihat begitu menyeramkan dan tidak terawat terbukti dari banyaknya sarang laba-laba, kecoa. Ada meja dan kursi yang sudah tidak terpakai dan kertas yang begitu usang.

Dan orang tersebut adalah Laras. Masih ingat kan? Ya dia adalah teman Nasya. Tak lama datanglah dua orang perempuan lagi.

Yang satu membawa ember berisi air kotor yang satu gunting. Dia adalah Nasya dan Bianca.

Nasya pun maju kehadapan Amel. Tanpa aba-aba dia menampar Amel.

‘Plak'

“Enak?” tanya Nasya sarkas. Dengan nada yang lembut di buat-buat.

“Sakit lah kak,” jawab Amel polos.

“Kakak ko gampar Amel?” lanjutnya.

“Itu karena lo udah ngedeketin Andra," jawab Nasya sinis.

“Emang kenapa?”

“Pake nanya lagi. Kan gue udah pernah bilang jauhin Andra. Dia milik gue,” jawab dan peringat Nasya penuh penekanan.

“Emang kak Andra barang?” tanya Amel dengan polosnya. Tak tau saja Nasya sudah geram dengan tingkah Amel yang sok polos, menurut mereka.

“Dasar bocah," geram Nasya.

“pegangin.” lanjutnya, yang langsung di mengerti  oleh Laras dan Bianca. Mereka memegang lengan Amel. Agar tak berontak. Dan tanpa aba-aba  Nasya pun langsung mengguyur Amel dengan air kotor yang dia bawa tadi.

‘Byur'

“Dingin?” tanya Nasya yang tidak Amel jawab. Karena Amel sudah mengigil.

‘Plak’

“Buat lo yang udah deketin Andra.”

‘Plak'

“Buat lo yang gak dengerin omongan gue waktu itu.”

‘Plak’

“Buat lo yang gak ngejauhin Andra.”

“Sakit kak stop," pinta Amel. Tak Nasya Anggap.

‘Plak'
“Dan ini Bonus buat lo,” Nasya tertawa dengan jahatnya. Melihat kondisi Amel yang terlihat mengenaskan.

“Sakit?” tanya Nasya sarkas. Amel tidak menjawab dia sudah lemas, pusing, dan dingin karena guyuran air tadi.

Nasya pun menodongkan gunting kepada Amel.

“Mau gue gunting mananya?” tanya Nasya lagi. Dengan tawa jahatnya.

“Jangan Kak,” Amel menjawab dengan lemah. Sembari menggelengkan kepalanya pelan.

Nasya pun menggunting seragam Amel dari perut sampai dada. Untungnya Amel mengenakan tanktop hitam yang menutupi. Jadi tidak terlihat. Lalu menggunting ujung roknya sampai paha.

Nasya dkk hanya tertawa jahat. Dasar saiko

“Cabut guys. Jangan lupa kunci pintunya!”
Nasya dkk pun pergi keluar dari gudang tersebut. Lalu mengunci pintu gudang tersebut, dan membuang kuncinya ke tanah. Mereka meninggalkan Amel yang tak berdaya. Muka pucat, baju compang-camping, badan gemetar, dan baju basah.

“Tolong,” teriak Amel lirih, yang malah terdengar seperti gumanan. Dia pun mengambil hp nya. Untuk menelpon Mika namun na'as hpnya lowbat. Amel hanya bisa pasrah saja. Tiba-tiba Amel pingsan dengan kondisi duduk dan kepala menunduk.

Dilain tempat. Tepatnya di kelas Amel. Mika terlihat begitu gelisah. Karena, Amel belum juga datang. Padahal niat Amel hanya ke toilet. Dia tidak mendengarkan ucapan guru didepannya, yang sedang menerangkan. Dia pun menoleh ke arah Dirga yang duduk di sebelahnya

‘Shutt'

Dirga pun menengok ke arah Mika. Dia menaikan sebelah alisnya. Bermaksud bertanya.

“Kok Amel belum balik lagi ke kelas ya,” ucap Mika pelan, seperti berbisik. Namun mampu di dengar oleh Dirga.

“Bilangnya mau kemana?” Dirga bertanya dengan panik.

“Toilet," jawab Mika resah.

“Lo tenang, Kita izin ke guru.”

“Oke.”

Skipp

Setelah izin kepada guru yang sedang mengajar. Dirga dan Mika bergegas mencari Amel. Tujuan utamanya adalah toilet. Di pertengahan jalan mereka melihat Andra dkk. Mika pun berteriak memanggil Andra. Yang langsung di hampiri oleh Andra dkk.

“Kok lo keluar kelas?” tanya Bagas bingung.

“Tadi udah izin ke guru,"Dirga menjawab.  " Terus kakak kenapa keluar kelas juga?”  lalu bertanya.

“kelas gue jamkos,” jawab Dimas.

“Kenapa?" tanya Andra.

“Amel belum ke kelas dari tadi katanya sih mau ke toilet,” jelas Mika dengan nada Khawatir.

“Yaudah kita cari sama-sama," usul Bagas, yang sudah panik mendengar penjelasan Mika.

Mereka pun pergi ke toilet kelas sepuluh. Saat sampai disana mereka membuka pintu toilet satu persatu.

“Gimana?” tanya Andra. Yang dibalas gelengan kepala.

“Kita mencar,” usul Dimas, yang di angguki kepala oleh semuanya. Tanda setuju.
Mereka pun mulai berpencar. Mika dengan Dirga, Bagas dengan Dimas, dan Andra sendiri.

Andra pun berjalan kearah gudang sekolah. Dia mencoba membuka pintu tersebut namun nihil pintunya terkunci. Aneh, biasanya gudang tersebut tidak pernah terkunci. Dia mencoba mendobrak pintu tersebut. Tak lama datanglah Mika, Dirga, Bagas dan Dimas.

“Kenapa?” tanya Mika.

“Dikunci," jawab Andra singkat.

“Aneh. Biasanya gak pernah di kunci,” ujar Bagas. Dimas mengangguk.

“Dobrak aja,” usul Dirga.
Andra pun mencoba mendobrak pintu tersebut di bantu oleh Dirga. Setelah beberapa kali pintu pun berhasil dibuka.

Dan

_______________________________
To Be Continue.

Warning!!!

Adegan deskriminasi dan kekerasan di atas tidak untuk di tiru! Sekali lagi tidak untuk di tiru!!

Stay Safe Guys.

TERIMA KASIH


AMELIANDRA [COMPLETED]Where stories live. Discover now