Kebiasaan

2 0 0
                                    

Sudah biasa para penghuni sekolah ini melihat Sean dan Reysha bergandengan tangan baik saat berangkat maupun pulang sekolah. Apalagi saat Sean mengantarkan Reysha sampai tepat di depan kelasnya, lalu memberikan sekotak bekal makanan, seperti pagi ini.

"Jangan lupa dimakan, Rey."

"Siap Mr. Sean!" Jawab Reysha semangat lalu melangkah memasuki kelasnya. Sean pun melangkah pergi menuju kelasnya pula.

Namun Reysha terkejut saat melihat seseorang sedang duduk di bangkunya, tersenyum manis saat dia masuk, yang membuat Reysha menghentikan langkahnya.

"Pagi, Rey!" Sapanya.

Berkedip dua kali sambil berpikir apa alasan orang itu ada di sini, lalu Reysha melanjutkan langkahnya menghampiri orang itu. "Kakak ngapain di sini?" Tanpa membalas sapaannya.

"Nungguin kamu,"

Reysha diam saja sambil melihat wajah Brian. Orang itu... babak belur. Tak biasanya, karena Brian sepertinya jarang sekali berkelahi. "Ada apa nungguin aku?"

Kelas ini mendadak sepi. Padahal banyak tas murid dibangkunya masing-masing pertanda sudah pada datang. Jarang pagi-pagi begini sudah pada keluyuran. "Nggak papa, pengen liat kamu aja."

"Kenapa pengen liat aku?"

"Kamu cantik, bikin kangen."

Reysha hanya berdehem menanggapi. Brian bangkit dari duduknya, lalu melangkah pergi sesudah berkata pelan. "Aku taruh sesuatu di laci kamu."

Tak mau ambil pusing, Reysha segera menaruh tasnya dan duduk dibangkunya. Nana yang baru saja datang menghampirinya, "Itu ketos, kan?"

"Iya."

"Ngapain?"

Reysha mengedikkan bahu sambil mengeluarkan buku untuk mapel jam pertama, "Nggak tau, gabut kali pagi-pagi ke sini."

"Dih, ditanya beneran juga." Nana kesal.

"Na." Panggil Reysha tiba-tiba dengan wajah serius. "kalau ada cowok yang bilang lu cantik, itu gimana?"

"Ya, kenyataan hehe." Sambil cengengesan.

"Salah alamat nanya gue," Reysha memutar bola matanya.

Menyadari raut serius dari Reysha, Nana duduk di bangkunya, depan Reysha, lalu bertanya. "Siapa yang bilang? Jangan bilang kalau itu Sean, diih udah khatam gue dengernya."

"Kak Brian."

"What?" Nana mendadak heboh. Sedikit kikuk, Nana menjawab. "Y-yya, itu kenyataan, Rey, kayak yang gue bilang tadi gitu. Iya, gitu hehe."

Reysha menyipitkan matanya saat Nana bertingkah aneh. "Lo nggak bohong, kan?"

Setelah membasahi bibirnya sebentar, Nana berkata pelan. "Na, apapun yang dikatakan Kak Brian, udah abaikan aja kecuali kalau itu nyangkut tentang lo dan Sean. Jangan sampai Sean tahu kalau dia nemuin lo pagi ini, ok?"

Meski bingung, Reysha mengiyakan saja. Lagipula perkataan Nana benar adanya. "Pagi Elta!" Seru Nana saat Elta datang. Namun semangat Nana luntur saat melihat kondisi Elta. "Lo kenapa, El?"

"Lo semalam nangis?" Reysha ikut khawatir.

Melihat kondisi Elta saat ini, pasti orang-orang akan menyebutnya seperti zombie. Kantung matanya hitam, matanya pun bengkak, kulitnya pucat dan tidak berenergi sama sekali. Bibirnya pun tidak diolesi lip balm seperti biasanya. Sangat pucat.

"Gue nggak papa, semalam gue maraton drakor jadinya kek gini deh. Ikutan nangis juga karena baper banget, pemainnya sukses bawain peran." Ucapnya lalu meletakkan kepala di atas meja, menguap.

Better With SeanWhere stories live. Discover now