25 B

3.4K 337 16
                                    

Hari demi hari berlalu, hubungan antara Achazia dan kedua anaknya terlihat semakin   berkembang dengan baik, dan terlihat lebih hangat dari waktu ke waktu.

“Biar aku yang menggendong Raja. Kasihan kalau harus di bangunkan” Vannya hanya bisa diam dan membiarkan Achazia membawa Raja yang tertidur di gendongan pria itu. Vannya juga tidak tega harus membangunkan Raja yang tengah tertidur begitu lelap, akibat kelelahan setelah seharian diajak jalan-jalan ke berangai tempat, yang sekaligus menengok keadaan Eldricd di asrama. Yang selalu Vannya lakukan setiap akhir pekan.

“Kaisar, juga pergi tidur, ya" tutur Vannya pada anak sulungnya ketika masuk Rumah, sedangkan Achazia langsung membawa Raja ke kamarnya begitu mereka sampai rumah.

Seperti biasanya kaisar tidak banyak bicara dan langsung melakukan apa yang Vannya perintahkan. Sedangkan Vannya langsung berjalan ke arah dapur dan mulai menyalakan kompor setelah mencuci tangan.

--

Achazia tidak langsung keluar dari kamar si kembar setelah meletakan Raja di ranjangnya. Achazia justru tertarik untuk memperhatikan seluruh ruangan itu. Terlihat ada beberapa foto yang memang sengaja di tempel di dinding  dan juga ada beberapa pernak-pernik yang berhubungan dengan luar angkasa. Dan mata Achazia terfokus pada sebuah teropong yang ada di dekat jendela bukan hanya itu, di samping teropong itu juga ada beberapa buku yang cukup tebal, Achazia mengambil salah satu buku yang terbuka dan sedikit rasa penasaran membuat Achazia ingin membaca buku tersebut. Namun saat Achazia membalik halaman buku selanjutnya. Achazia cukup terkejut ketika menemukan sebuah foto yang di jadikan pembatas buku. Di dalam foto tersebut terdapat foto 5 orang di dalamnya. Achazia juga sangat ingat kapan foto itu di ambil. Setidaknya itu sekitar 1bulan yang lalu saat Achazia mengajak mereka semua ke taman hiburan bersama.

“Apa yang kau lakukan dengan bukuku” Achazia terkejut ketika mendengar suara lain di kamar itu.  Achazia meletakan foto dan buku itu kembali di atas meja kemudian berbalik. Saat Achazia berbalik Achazia langsung bertemu dengan tatapan dingin yang sangat ia kenal. Siapa lagi kalau bukan Kaisar.

“Kalau sudah selesai bisakah Anda keluar dari kamar saya, saya ingin istirahat" ujar Kaisar dengan nada acuh dan sorot mata dingin.

Bukannya merasa marah atau tersinggung Achazia  justru merasa kalau apa yang di katakan oleh Kaisar terdengar lucu. “ dasar aneh" kaisar merasa aneh melihat orang yang katanya ayahnya itu justru terlihat tersenyum saat mendengar kata-katanya. Seolah Kaisar saat ini sedang melucu di depannya. Dan itu membuat Kaisar merasa tidak senang. Terlebih ketika tadi orang di depannya ini dengan lancang membaca bukunya.

“ternyata kita memang benar-benar sama" gumam Achazia saat berjalan melewati Kaisar saat akan keluar kamar. Membuat Kaisar mendongak ke arah Achazia yang menjulang tinggi di sampingnya. Tapi Achazia hanya tersenyum samar dan kemudian meninggalkan kamar itu.

“Dasar aneh" tutur Kaisar dalam hati sambil merapikan buku-bukunya sebelum pergi tidur.

Lalu saat Achazia keluar kamar si kembar dia sudah di sambut dengan senyum manis Vannya. Yang membuat sedikit garis lengkungan muncul di bagian sudut bibir Achazia meskipun tidak terlihat begitu jelas.

“ duduklah, “ meskipun ini bukan pertama kalinya Achazia duduk berdua dengan Vannya di meja makan seperti sekarang ini rasa ragu-ragu dan sedikit canggung selalu ada di hati Achazia saat duduk di meja makan seperti kali ini.

“ Aku tahu, kamu belum makan dengan baik tadi. Apa lagi si kembar sejak tadi siang pasti membuatku repot dengan ke sana kemari” tutur Vannya sambil meletakan nasi di atas piring Achazia berserta laiknya yang sangat sederhana. Hanya ada tumis buncis yang si campur telur otak arik dan sup tahu sebagai pelengkap.

“Itu tidak masalah, aku merasa senang kalau anak-anak senang. Aku sudah memikirkan bagaimana kalau setiap akhir pekan kita berlibur bersama. Tidak perlu ke tempat yang jauh” usul Achazia

“Tidak perlu sampai merepotkanmu seperti itu. Lagi pula aku tahu pasti sangat sulit menyesuaikan jadwalmu jika kita pergi setiap akhir pekan" tolak Vannya secara halus.

“....” Achazia  hanya diam tidak melahirkan obrolan mereka. Achazia lebih memilih berpura-pura fokus pada makannya. Meskipun Achazia tahu alasan kenapa Vannya menolak usulannya untuk liburan akhir pekan itu pasti Karena tadi dia terlihat sibuk berbicara terus di telefon selama beberapa waktu. Dan itu pasti membuat Vannya berpikir itu sangat mengganggunya.

Jika saja seandainya Vannya tahu, jika saat ini Achazia sedang melakukan hal yang besar untuk masa depan mereka. Tapi untuk saat ini Achazia belum bisa mengatakannya secara terbuka pada Vannya. Karena selain itu belum sepenuhnya selesai Achazia juga masih belum terlalu yakin tentang hubungan mereka sampai saat ini. Apa lagi melihat sikap Vannya yang masih terlihat biasa-biasa saja. Ya, walaupun Achazia cukup senang setidaknya hubungannya dengan kedua anaknya semakin baik. Terutama Raja yang sudah terlihat mulai terbiasa dan menerima kehadirannya. Lalu untuk Kaisar, anak itu benar-benar membuat Achazia merasa seperti dia melihat dirinya waktu kecil. Sangat sulit mengatakan apa yang dia rasakan pada orang lain. Tapi setelah melihat foto tadi. Membuat Achazia merasa senang ternyata jauh di dalam hati kecilnya Kaisar sudah mulai menerimanya. Hanya butuh waktu bagi bocah itu untuk menghilangkan sedikit rasa egoisnya.

“Hati-hati di jalan" tutur Vannya kala mengantar kepergian Achazia sampai di depan pintu. Yang di jawab Achazia dengan gangguan

“di perhatikan hubungan kalian semakin hari semakin dekat saja” Julian yang tak sengaja melihat apa yang baru saja terjadi. Tidak tahan untuk menggoda Vannya.

“ hanya perasaanmu saja. Hubungan di antara kita hanya sebatas karena kita orang tua si kembar. Jadi wajarkan kita harus terlihat dekat bukan di depan anak-anak.  Hanya karena sesuatu yang terjadi di masa lalu itu tidak akan jadi pembenaran bagi kita untuk menunjukkan rasa benci dan permusuhan” jelas Vannya

“ ya, ya... Tapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya bukan? Mungkin untuk saat ini kakak memang belum ada rasa dengan dia. Tapi siapa tahu 1mrnit atau 1jam kemudian semuanya akan berubah?”

“Sudah, jangan membicarakan hal yang tidak masuk akal. Aku cukup tahu diri untuk tidak berharap lebih tentang hubungan ini, bagiku sudah cukup jika anak-anakku mendapat pengakuan dari ayahnya dan di terima keluarga ayahnya.” Vannya memberi jeda sesaat. “ terlebih saat ini keluarganya sudah memilihkan calon untuknya. Yang tentunya sesuai dengan kriteria mereka sebagai orang kaya. Lagi pula kamu juga tahu kan, sejak awal memang tidak ada sedikit pun niatan untuk mendapatkan lebih selain pengakuan untuk si kembar. Jadi sebisa mungkin aku harus tahu posisiku dan tidak jadi orang yang serakah hanya karena kami memiliki anak”

“Tapi, bagaimana jika pria itu ingin memperjuangkan kalian? Dan dia rela meninggalkan segalanya untuk kalian? Apa kakak masih akan terus menutup hati kakak untuk orang yang bahkan rela berkorban demi kalian?” bukan tanpa alasan Julian bertanya tentang hal ini pada Vannya.  Terlebih lagi setelah melihat interaksi antara mereka di tambah Julian yang sedikit demi sedikit semakin mengenal pria itu. Dan semakin kesini Julian bisa dengan jelas melihat keseriusan Achazia pada Vannya yang awalnya Julian hanya berpikir jika itu hanya rasa ketertarikan biasa. Tapi semakin kesini semakin jelas keseriusan yang di tunjukkan Achazia.

--

“kenapa baru pulang, kamu tahu ini jam berapa. Dan kamu juga tahu hari ini kita ada acara. Dan kamu pergi begitu saja....” Sandra yang langsung menghardik Achazia yang baru saja sampai di rumah dengan pertanyaan

“Sudah lah, mami aku lelah" Achazia yang tidak mau terlibat dalam perseteruan dengan maminya memilih untuk segera pergi kamarnya.

“Achazia! Mami lagi bicara sama kamu”  geram Sandra

“ mami, kau benar lelah” Achazia berhati di tengah-tengah anak tangga dan melihat sekilas ke lantai bawah di mana ada maminya dan juga Nandini yang berdiri di samping Sandra dengan ekspresi wajah terlihat kecewa.

“mami tidak melarang kamu untuk datang ke rumah wanita itu. Tapi itu hanya sekedar untuk melihat anak-anakmu. Tapi  mami tidak berharap kalau kamu juga melibatkan perasaan dan mulai jatuh cinta pada wanita murahan seperti dia" ujarnya sinis.

“Mami!” Achazia yang sejak tadi diam dan berusaha tidak terpancing dengan ucapan maminya pada akhirnya tetap saja tidak bisa mengontrol emosinya. “ mami boleh bicara apa saja. Tapi jangan sekalipun merendahkan ibu dari anak-anakku. Kalau mami sendiri tidak tahu dia. “ Achazia langsung berlalu ke kamarnya dan tidak peduli lagi apa yang terjadi di bawah.  Hal seperti ini lah yang membuat Achazia merasa tidak nyaman berada di rumah, karena setiap kali ia kembali akan ada selalu pertikaian di antara mereka. Padahal dulu hubungan mereka tidak setegang ini.

“tante, jangan marah. Tuan muda bukan bermaksud seperti itu. Mungkin dia benar-benar lelah" Nadini seperti biasa bersikap lembut dan menenangkan amarah Sandra.

“Tapi dia keterlaluan, bagaimana dia bisa meninggalkan acara makan malam penting di hari ini hanya untuk menghabiskan waktu dengan pemacu murahan itu"

“ Tante, jangan bersikap seperti ini. Semakin tante melarang tuan muda untuk bertemu dengan wanita itu. Wanita itu pasti akan semakin menjerat tuan muda dan bisa saja wanita itu membuat tuan muda Achazia meninggalkan keluarga ini demi dia dengan menggunakan alasan kalau keluarga tidak menerima anak-anaknya. “ ujar Nandini

“Kamu benar”

“  tapi kita tidak boleh membiarkan ini terus berlanjut, dan kita harus memikirkan cara membuat wanita itu mundur dengan sendirinya “

“Tapi bagaimana caranya? “ Tanya Sandra

“Tante, tenang saja, Nandini punya rencana yang akan membuat wanita itu tidak akan berani lagi dekat-dekat dengan tuan muda. Bahkan mungkin akan hilang selamanya dari kehidupan tuan muda selamanya" sorot mata licik sejenak melihat di mata Nandini.

“Aku jadi tidak sabar bagaimana untuk bertemu dengan kakak tersayang” gumam Nandini dalam hati


Bersambung

SESUATU YANG BERHARGAWhere stories live. Discover now