5. Ditembak

15 1 0
                                    

Happy reading 🥰

Bel istirahat baru saja dibunyikan, tapi Aury sudah ada di depan kelasku sejak sekitar lima menit yang lalu. Aku rasa guru di kelasnya nggak masuk, jadi dia bisa secepat ini keluar dari kelas.

Aku, Aury, Bella, Dimas dan Rendy ke kantin bersama. Dimas dan Aury asik berbincang berdua saja, entah apa yang mereka perbincangkan intinya nggak ada yang penting, hanya obrolan-obrolan ringan macam orang pacaran biasa. Benar-benar seperti orang yang baru dimabuk asmara.

Dari sekian banyak teman cowok Aury, entah bagaimana ceritanya dia bisa mendeklarasikan kalau sejak semingggu yang lalu dia dan Dimas sudah pacaran. Setauku, dia dekat dengan adik kelas yang kata Aury keren banget. Kuakui, adik kelas yang dekat dengan Aury itu memang tampan dan super keren.

Aku sebagai seorang cewek saja, seratus persen mengakui kalau Haris—nama adik kelas itu—memang keren dan tampan, Dimas masih kalah dua tingkat. Aku tidak bilang kalau Dimas tampannya di bawah standar, tapi jika dibandingkan dengan Haris, Dimas memang bukan lawannya.

Aku menyumpit mie ayam kemudian kugulung dan memasukkannya ke dalam mulut, Dimas dan Aury pesan bakso, sedangkan Bella dan Rendy hanya minum es jeruk. Dengan situasi seperti ini aku merasa menjadi nyamuk. Semuanya berpasangan, dan cuma aku sendiri yang tidak ada pasangan. Meskipun aku sangat tau kalau Bella dan Rendy tidak berpacaran, tapi hello… semua murid disini sudah melabeli mereka sebagai sejoli.

“Kalian nggak makan?” tanyaku basa-basi.

“Kenyang gue,” jawab Bella. Dia menyeruput minumannya, lalu menggerakkan tubuhnya agar bisa menghadap Rendy yang duduk di sebelah kanannya, aku dipunggungi.

“Ren, kemaren bokap gue beliin gue buku latihan SBMPTN, apa bokap gue nggak percaya kalau gue bakal lolos SNMPTN ya?”

Aku menghentikan kegiatan makanku, garpu yang masih ada gulungan mie kuning panjang menggantung di depan mulutku. Aku melirik Bella yang tubuhnya menghadap ke arah Rendy. Aury dan Dimas nggak peduli, mereka tampak asik dengan dunianya sendiri, maklum mereka baru saja jadi bucin.

Aku cuma diam saja menunggu kalimat apa yang akan Rendy keluarkan untuk merespon perkataan Bella. Jujur saja, aku agak kurang setuju dengan pendapat Bella yang mengira Papanya nggak percaya dengan kemampuannya yang aku akui Bella memang cerdas. Tapi apa salahnya ‘kan kalau Papanya membelikan buku buat dia, toh buku itu bisa bantu meningkatkan kemampuan akademisnya sendiri.

“Ya nggak apa-apa, bokap lo bukannya nggak yakin kalau lo nggak bisa lolos SNMPTN, nggak ada salahnya juga kalau dia beliin lo buku buat belajar. Kalau gue bakalan seneng banget dibeliin buku buat latihan.”

Aku sontak terkejut mendengar ucapan yang baru saja diucapkan Rendy, benar-benar sama dengan apa yang aku pikirkan.

“Lo mau belajar bareng gue?”  aku kembali melirik Bella setelah menelan seluruh mie yang sempat tergantung di garpu. Aku lihat Rendy sejenak tampaknya dia sedang berfikir untuk menimbang penawaaran Bella.

“Boleh, ajak yang lain juga.” Rendy menoleh pada Dimas yang masih saja asik ngobrol berdua dengan Aury, perhatiannya langsung teralih begitu saja pada Rendy. “Dim, Bella ngajakin belajar bareng buat persiapan SBMPTN. Gimana?”

“Boleh banget tuh.” Dimas kembali menoleh pada Aury yang duduk  di sampingnya, aku masih diam memerhatikan interaksi orang-orang di sekitar aku ini. “Yang, kamu mau ikut belajar bareng nggak?”

“Ajak gue juga dong!” entah dari mana asalnya, Echan langsung duduk di samping Dimas, tepat di depanku. Dia menatap lurus ke arahku dan itu malah bikin aku jadi nggak nyaman.

“Heh, lo nggak usah ngeliatin temen gue segitunya ya!” kulihat Aury menatap horror Echan yang malah terlihat santai saja menanggapinya.

“Loh, ada mantan juga di sini?” goda Echan.

Mereka berdua dulu memang sempat dekat saat kelas sebelas. Tapi akhirnya mereka berdua malah pacaran sama orang lain. Aury pacaran sama Kak Azril—kakak kelas yang menjabat ketua OSIS saat itu—Aury emang cantik banget, hampir semua cowok di sekolah pernah coba pedekate sama dia, tapi berhubung Aury orangnya pemilih, jadi hanya cowok dengan popularitas tertentu saja yang bisa jadi pacarnya. Contohnya ya Kak Azril itu si ketua OSIS, Kak Iqbal anak futsal yang sempat melegenda pada masanya, Kak Faqih yang gantengnya sebelas dua belas sama Jungkook kalau kata Aury, nggak heran kalau followers instagramnya Kak Faqih membludak.

“Mantan pala lo peyang!” Aury melempar kerupuk jengkol yang Alhamdulillah bisa kena mukanya Echan sampai membuatnya mengumpat. “Yang, kamu nggak usah dengerin dia.” Aury menutup kedua telinga Dimas dengan tangannya, membuat wajah meraka saling bertatapan.

“Najis banget lo pacarannya udah kaya di rumah sendiri, pegang-pegangan. Iyuh!” sewot Echan.

“Sirik aja lo jomblo!” Aury melepas tangannya dari telinga Dimas. “Yang, pokoknya kalau kamu denger yang aneh-aneh tentang aku dari manusia itu, ludahin aja mukanya.”

“Astagfirullah.” Echan dan Rendy kompak beristigfar mendengar ucapan Aury yang terkesan bar-bar.

“Dim, lo mending putusin Aury secepatnya deh sebelum lo menyesal,” hasut Echan dramatis.

“Chan, jangan bilang kalau lo belum bisa move on dari gue.”

“Idih, najis banget!”

“Walaupun akhirnya gue jadi jomblo, gue nggak bakal mau dipacarin sama lo!”

“YANG MAU MACARIN LO TUH SIAPA?!” Echan terlihat sangat kesal banyak debat dengan Aury.

“Mending gue macarin Nabel aja. Ya nggak Bel?” Echan menaik-turunkan alisnya di hadapanku. Sontak saja aku langsung tersedak ludah sendiri. Semua jadi hening, situasi macam apa ini?

To be continuedLampung, Thursday, August 27 2020

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


To be continued
Lampung, Thursday, August 27 2020

Hi Mom [SELESAI] √Where stories live. Discover now