35 - Dari Hati

3.8K 586 185
                                    

Hayoloh, pada baca jam berapa nih?





𓃹 Lecturer Around Me 𓃹

Gue kaget setengah mati ketika kalimat itu terlontar dari bibir Renjun. Tapi gue jauh lebih kaget dari itu ketika mendengar suara seperti teriakan di ambang pintu kosan gue. Iya, itu Pak Doyoung yang habis lari ke kosan gue dengan ngos-ngosan. Kalau kalian lupa, jalanan kosan gue susah buat di masukin mobil. Bisa sih bisa, cuma rada maksa.

Akhirnya, kedatangan Pak Doyoung, gue tanggapi dengan kikuk. Sedangkan Renjun terlihat biasa aja bahkan nggak merasa tertangkap basah atau sebagainya.

"Renjun, Bisa bicara sebentar?" Pak Doyoung akhirnya membuka suara lagi ketika dua menit diam memandangi gue dan Renjun bergantian.

Renjun mengangguk sebagai jawaban dan melangkah ke arah Pak Doyoung yang menjauhi ruang tamu. Gue benar-benar nggak tau apa yang mereka bicarakan. Yang jelas, selepas berbicara dengan Pak Doyoung, Renjun kembali lagi ke gue, mengambil hp, kontak dan tasnya. Kemudian tangannya terulur ke depan muka gue.

"Kenapa? Minta pijit?"

"Salim."

"Ck! Ngapain?"

"Salim." Setelahnya gue benar-benar meraih tangan Renjun dan meletakkannya ke sebelah pipi gue. Dengan pandangan gue yang terangkat ke atas, gue bisa lihat Renjun tersenyum tipis.

"Thanks ya. Gue pulang dulu."

Hengkangnya Renjun bersamaan dengan munculnya Pak Doyoung dibalik tembok. Gue mengangguk pelan sebagai jawaban dan detik berikutnya gue tersenyum kikuk begitu Pak Doyoung melangkah mendekat.

"Kamu keceplosan?"

"Hah? Keceplosan apa?"

"Tentang hubungan kita."

Gue tertawa sumbang, "Enggak lah. Buat apa keceplosan. Yang ada akunya yang ceroboh."

"Ceroboh kenapa?"

"Lipstick aku cemong pas habis keluar lab. Terus ini," Gue menunjukkan jari gue yang tersemat cincin pemberian beliau, "Mereka tau ini pemberian Kakak. Soalnya tas aku digeleda, dan nemu kotak cincin. Udah bohong kalau Kak Jaehyun yang beliin di syopi.." Gue menjeda perkataan gue sejenak, "Mereka nggak percaya."

Pak Doyoung tersenyum tulus kemudian tangannya meraih kepala gue dan menenggelamkannya di dekapannya yang hangat.

"Pasti sulit buat kamu."

Gue terkikik geli, "Bahasanya biasa aja don
g. Lagian yang aku hadapi bukan seluruh rakyat Indonesia, tapi cuma member de geng doang." Celetuk gue dengan ringan sembari melarikan tangan ke pinggangnya.

"Udah malem gini, masih aja wangi. Suka." Ucap gue tanpa berpikir dan membuat Pak Doyoung menarik diri sembari tangannya mengangkat kepala gue.

"Udah mandi?"

"Belum lah, tadi kan masih ada Renjun."

"Yaudah, mandi gih. Habis ini nyari makan malam."

Gue mengendurkan pelukan gue dan membuat jarak dari beliau. Detik berikutnya gue tersenyum lebar sembari menganggukan kepala senang.

Sebelum gue benar-benar beranjak meninggalkan Pak Doyoung sendirian di ruang tamu, gue dengan cepat menarik rahangnya dan mengecup pipi kanannya singkat.

"Mandi dulu, beb."

Setelahnya gue berlari secepat mungkin dan menutup pintu kedua yang menuju ke kamar-kamar. Dari posisi yang udah menjauh dari Pak Doyoung, gue bahkan masih bisa mendengar kekehannya yang lucu akibat gue kecup pipinya cepat.

LECTURER AROUND METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang