Your Eyes

3.1K 499 111
                                    

Aku bangun dengan Five yang sudah berdiri di depanku.

Benar. Semalam mereka mengijinkan aku untuk tinggal.

Dan kini, aku dihadapkan oleh si menyebalkan dengan tatapan menyelidiknya.

"Apakah kau mencoba untuk membunuh dirimu sendiri?" Tanya Five sinis.

"Apa urusanmu?" Tanyaku balik, dengan nada yang tidak kalah sinis.

"Kalau begitu usaha kami untuk menyelamatkanmu itu sia-sia." Kata Five sembari berjalan meninggalkan ruangan.

"Seharusnya kami membiarkanmu dengan urusanmu saja kemarin." Lanjutnya.

Mataku hampir saja lepas.

"Hei, asshole! Aku tau kesalahanku, oke? Tapi aku sudah minta maaf!"

Five tiba-tiba muncul di depanku. Tepat di depanku. Jarak wajah kami hanyalah beberapa sentimeter.

Aku tau Ia akan memaki-makiku lagi. Jadi aku menutup mataku dan membiarkan dia berbicara.

Tapi hingga menit selanjutnya, aku tidak mendengar apapun. Tentu saja aku langsung membuka mataku.

Dia masih disana.

Dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat kalau matanya indah sekali.

"Ehem!"

Aku dan Five menoleh. Si gadis pucat sudah berdiri di ambang pintu.

Five menatapku sekali lagi, kemudian meninggalkan kami tanpa berkata apa-apa.

"What's up with him?" Tanya si gadis pucat.

Aku mengangkat kedua bahuku. "Apa dia selalu seperti itu?"

"Yah, dia memang tidak menyenangkan di lebih banyak tempat." Jawab si gadis pucat. "Aku Vanya, by the way."

"Aku-"

"I still remember your name." Potongnya.

Aku tersenyum. "Vanya, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Tentu. Tanyakan apa yang kau mau." Jawabnya ramah.

"Kemarin Five sempat menyebutkan kata
'Ayah'. Ada apa dengan ayahnya?"

"Its a long story. Tapi mungkin kau harus merubah kata 'ayahnya' dengan 'ayah kami'."

"Maksudmu.. kalian semua adalah saudara?"

"Yeah, memang terlihat sangat tidak mungkin ya. Kami semua anak angkat." Jawabnya. "Ayo turun, Allison sudah membuat sarapan."

"Bagaimana dengan kekuatan teleportasi Five?" Tanyaku sembari berjalan menuruni tangga.

"Ada apa dengan kekuatan miliknya?"

"Apa kalian semua sudah terbiasa melihat orang seperti dia?"

"Tentu. Apa maksudmu 'orang seperti dia'?"

"Maksudku.. orang dengan kekuatan super.."

"Kami semua punya kekuatan."

"What?"

Vanya hanya menatapku tanpa mengatakan apa-apa.

"Aku pasti sudah mati." Bisikku.

"No darling, you haven't. Mungkin 5 hari lagi." Ujar Klaus tiba tiba.

Aku menghela nafas. "Ya, siapa yang tahu."

"Tidak, dia serius. 5 hari lagi kita semua akan mati." Potong si lelaki dengan pakaian serba hitam.

Aku menatapnya bingung.

"Should we tell her?" Tanya lelaki itu sambil menatap semua orang di ruangan.

Vote and (especially) comment for the next part!

Don't Come Back (Five Hargreeves Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang