My Past Life

2.2K 398 122
                                    

Aku memegang pundak Five, membiarkan dirinya bercerita terlebih dahulu.

"Allison mati." Katanya lirih.

Aku terbelalak. Tapi aku masih belum berkata apa-apa.

"Luther memang benar, ini semua memang salahku."

"Harusnya aku melanjutkan hidup saja. Tidak perlu mengurus tentang kiamat bodoh itu."

"Dengan begitu, Allison masih akan hidup sekarang."

Aku menarik gelas berisi wine di tangan Five. "Listen to me, Five."

"Aku memang belum pernah merasakan apa yang kau rasakan. It must've hurt like hell. But i know one thing for sure.."

Five mengangkat kepalanya.

"Dia menyayangimu." Lanjutku.

"Dia bisa saja menolak rencanamu untuk menghentikan kiamat- atau apalah. She can just walk away from you."

"Tapi apa yang dia lakukan?"

"She stayed." Jawab Five lirih.

"I know you didn't meant that to happen." Balasku.

Air mata Five mengalir lebih deras. Dan hal terakhir yang aku ingat adalah, dia jatuh ke dalam dekapanku.

...

Brak! Brak! Brak!

Aku membuka mataku.

Suara apa itu?

Aku berjalan keluar kamar dan mendapati Five tengah memukul layar TV-ku.

"Hey! Hey! Careful!" Ujarku, sebelum Five memukul layar TV itu lagi.

"Bagaimana caramu memakai benda ini?"

"Remote, dummy." Ejekku sembari memencet tombol ON pada remote TV.

Five berteleportasi ke sofa, kemudian aku menyodorkan remote TV itu kepadanya.

"Anyway, apa kau selalu memakai seragam itu?"

"Memangnya kenapa?" Tanya Five.

"To be honest, you kinda look like a weirdo." Ujarku. "Tunggu sebentar."

Aku berjalan masuk ke dalam kamar, membongkar isi lemariku, kemudian kembali dengan satu buah hoodie dan sweatpants.

Ketika aku menyodorkan kedua benda itu, Five hanya mengangkat salah satu alisnya.

"Sungguh? Kau lebih memilih untuk memakai pakaian itu?" Ejekku lagi.

Woosh!

Sedetik kemudian, kedua benda di tanganku itu menghilang. Begitu juga dengan Five.

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum.

Ketika mataku menangkap sofa di ruang tamu, aku langsung teringat akan kejadian semalam.

Tapi ada sesuatu yang janggal.

Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah Five jatuh ke dalam dekapanku.

Aku juga tidak ingat kapan aku berjalan ke kamar.

"Wait.. How did i get into my room this morning?" Teriakku ke arah kamar mandi, dimana Five berada.

Tapi Five tidak menjawab perkataanku. Ia keluar dari kamar mandi, all dressed up, kemudian berdehem kecil.

"Can we forget about what happen last night?" Tanya Five, alih alih menjawab pertanyaanku.

Aku menahan senyumku. "Tak perlu malu. Last night, you're drunk as a skunk. Wajar bila kau-"

"Aku bilang, lupakan." Ujar Five penuh penekanan di setiap kalimatnya.

Aku menatap wajah Five dengan tatapan sendu.

Sekilas aku teringat wajahnya ketika Ia terjatuh ke dalam dekapanku semalam.

Keduanya jauh berbeda.

Aku pikir, keadaan akan berubah setelah Five mulai terbuka denganku.

Tapi dia hanya mabuk.

Haha. Apa sih yang kuharapkan?

"Aku ingin kopi." Katanya, sebelum menghilang dari hadapanku.

...

"I said get the fuck outta my house!" Teriak seorang pria yang usianya sudah hampir berkepala empat itu, kepada istri dan anaknya.

"Charles, kau-"

Brak!

Pintu rumah sudah tertutup.

Si wanita kemudian memungut barang-barang di atas tanah, dan berjalan tertatih-tatih meninggalkan tempat tinggalnya.

"Where are we going, mom?" Tanya si anak, masih bergelayutan di kaki sang ibu.

"Kau akan dapat rumah baru, sayang." Ujar si Ibu.

Si anak tersenyum lebar. "Benarkah?"

"Ya! Kau akan dapat banyak teman baru nantinya.."

Mereka berdua menaungi malam yang dingin itu bersama. Dan sesampainya di tempat tujuan mereka, si anak sudah sangat mengantuk.

Satu hal terakhir yang Ia ingat sebelum Ia benar-benar terlelap, adalah suara bisikan dari Ibunya.

"Bertahanlah, Helena. Ibu berjanji kalau Ibu akan kembali setelah semua urusan telah selesai."

"I love you." Ujar Ibu, lirih.

Keesokan harinya, tepat setelah Helena membuka matanya, Ia disambut oleh dua wanita dengan senyuman manis di wajahnya.

"Halo, Helena. Selamat datang di Panti Asuhan Springfield."

Don't Come Back (Five Hargreeves Fanfiction)Where stories live. Discover now