The Festival

2K 366 40
                                    

"Don't you think i'm too old for this?" Tanya Five sembari menatap sekitar.

Aku tertawa. "Tak ada batas usia untuk bersenang-senang."

"Ini, cobalah apapun yang kau inginkan. Aku akan membeli corndog, kau mau kan?" Tanyaku, sembari menjulurkan karcis pada Five.

Tapi Five masih diam. Ia menatapku tidak yakin.

"C'mon Five, nobody is going to judge you." Ujarku.

Ia berdehem, sembari menerima karcis yang kuberikan.

"Oh.. satu lagi. Coba untuk berjalan seperti orang normal ketika kau ingin pergi ke suatu tempat. Kita tidak mau mendapatkan perhatian berlebih disini." Kataku, sebelum akhirnya meninggalkan Five.

Selama aku mengantri untuk membeli corndog, aku terus memantau Five.

Dia terlihat begitu kebingungan, berbeda sekali dengan Five yang biasanya.

Aku kembali memikirkan malam dimana Five jatuh ke dalam dekapanku. Entah kenapa, jantungku mulai berdegup kencang.

Apa mungkin..

Tidak! Itu tidak boleh terjadi!

Tidak mungkin kan, kalau aku menyukai Five?

"Nona?" Panggil si penjual. "Apa kau baik-baik saja?"

Aku tersadar dari lamunanku. "Oh, iya, maafkan aku!"

"Ini pesananmu." Katanya, sembari mengulurkan dua buah corndog.

Aku menerima corndog itu dan segera berjalan ke arah Five.

"How was it?" Tanyaku pada Five.

"Permainan ini benar-benar bodoh dan membuang-buang waktu." Ujar Five penuh emosi. Ia kemudian menyodorkan kembali semua karcis yang kuberikan tadi dan meninggalkanku.

"Hey, hey, hey! Kenapa terburu-buru?" Tanyaku.

Five membalik badannya. "Ini. Sangat. Bodoh. Apa aku perlu mengulanginya lagi?"

"Mereka menipu kita! Tidak akan ada orang yang memenangkan permainan di sini." Lanjutnya.

Bersamaan dengan itu, seorang anak berteriak kegirangan karena memenangkan sebuah boneka beruang dari salah satu permainan.

Aku tertawa. Pasti Five baru saja mencoba permainan dan tidak memenangkannya. Makanya dia jadi seperti ini.

"You're missing the whole point. Kita disini untuk bersenang-senang, Five. Ini bukan tentang memenangkan sesuatu." Kataku.

"Here, hold the food. Akan kutunjukkan kau bagaimana caranya bermain." Kataku lagi, sembari menyodorkan corndog tadi kepada Five.

Setelah Five menerima kedua buah corndog tadi dengan wajah pasrah, aku berjalan ke arah permainan dart.

"Choose the prize." Tawarku pada Five.

"Memangnya kau bisa-"

"Choose. The. Prize." Kataku, meniru gaya bicara Five.

"Baiklah kalau begitu. I choose the grand prize." Kata Five, dengan nada menyepelekan.

Aku tersenyum. Lihat saja.

"Berapa banyak anak panah yang harus kutembakkan untuk mendapatkan the grand prize?" Tanyaku pada penjaga stand permainan dart.

"Kau harus menang berturut-turut sebanyak 5 kali, nona." Ujar si penjaga stand.

"Kuberi tahu kau sesuatu. Hadiah ini masih tersimpan di dalam selama berbulan-bulan. Belum ada yang memenangkannya." Lanjut si penjaga stand.

Aku melirik Five, dan mendapatinya tengah tersenyum mengejek.

"Here's the ticket. Let me try it."

Si penjaga stand memberikanku 6 anak panah. Jadi aku hanya punya satu kesempatan untuk kalah.

Aku pasti bisa melakukannya. Aku tidak boleh mempermalukan diriku di depan Five.

Shoot!

Panah pertama tepat sasaran. Aku tersenyum.

"Jangan senang dulu. Kau hanya beruntung saja." Bisik Five.

Aku menatap Five sinis. Senyumannya semakin lebar.

Shoot! Shoot! Shoot! Shoot! Shoot!

Aku melempar kelima anak panah dengan cepat, hampir tanpa jeda. Di saat aku menyadari bahwa semuanya tepat sasaran, aku langsung berteriak kegirangan.

Tanpa sadar, aku mulai menari seperti orang tidak waras. Ketika aku menyadari bahwa semua orang tengah menatapku kebingungan, aku berhenti menari dan berjalan ke arah si penjaga stand.

Aku berdehem. "Give me the grand prize."

Si penjaga stand berjalan ke arah pintu di belakangnya. Setelah menunggu beberapa menit, Ia keluar dengan sebuah boneka monyet yang sangat besar. Di tengah boneka itu, ada lampu yang berkedip.

"Wow. Benda ini berat sekali." Ujar si penjaga stand. "Anyway, ini hadiahmu."

"Apa itu?" Tanyaku, sembari menunjuk lampu yang berkedip di tengah boneka.

Si penjaga stand mengikuti arah tanganku. "Oh, itu.. Kau bisa merekam suaramu di dalam situ."

"Bagaimana?" Tanyaku.

"Tekan tombolnya beberapa detik, kemudian lepas dan klik dua kali." Ujarnya.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. "Terimakasih."

"Of course. Congratulation!"

Aku tersenyum penuh bangga. Aku bahkan hampir lupa kalau Five ada di sana.

"Ambil hadiahmu, Five." Ujarku sombong, sembari merebut corndog di tangan Five.

Five menatapku sinis. Ia kemudian mengangkat boneka itu.

Belum selesai tapi udah kepanjangan, nih. Ditunggu ya buat part selanjutnya!

Anyway, kalian mau gak sih baca kalo misalnya aku bikin fanfiction tentang Aidan? Jadi gaada hubungannya sama TUA.

Bikin fanfiction Five susah juga ya ternyata, soalnya harus berhubungan sama cerita TUA. Maafin aku ya kalo misalnya masih banyak plot hole 🥲

Don't Come Back (Five Hargreeves Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang