BULAN - 02 | Eh Diingatkan Lagi

225 162 224
                                    

Now Playing | Niki Zefanya - Lowkey

Selamat Membaca Cerita Bulan

Jangan lupa vote dan comment

***

“Bang! Kangennn...” ucap Bulan.

“Tumben lo! Sini peluk online,” ucap Kakak Bulan, Egar, Egardha Felix sambil merentangkan tangan seolah-olah ingin memeluk.

Acara virtual setiap pagi, tatap muka online, skype dengan salah seorang yang berbeda negara, seorang yang jauh di mata tetapi dekat di hati.

“Heeleh basa-basi doang, gak kangen gue, wlee,” ucap Bulan sambil menjulurkan lidahnya.

“Gimana Dha kuliahnya? Kok masih di kampus, belum pulang?” sang Mama mulai bicara sambil menyiapkan sarapan nasi goreng lalu mengoles selai coklat di piring Bulan.

“Iya, Ma. Ya kayak biasanya. Barusan mampir perpus dulu, ngembaliin buku yang kemarin Egardha pinjam, terus duduk di taman sini. Ehh.. mau pulang beres-beres,  terus dichat Bulan katanya mau skype, ya buka laptop. Jadi masih di sini, Ma.” ucap Egar pada Mamanya.

“Ke perpus apa ke perpus?! Ditemenin siapa hayoo sekarang!?” canda Bulan.

“Sendiri lah, jangan tanya-tanya ceweknya mana ceweknya mana deh, Lan. Tiap video call lo nggak pernah absen tanya itu mulu! Heran.” ucap Egar pada adiknya, Bulan.

“Yaelah, itu udah jadi pertanyaan wajib, Bang. Hahaha...”

“Main secukupnya aja, Dha. Cepet pulang, istirahat.” titah sang Ayah.

“Iya, Ayahhh. Laksanakan.” jawab Egar.

“Yaudah, Egardha jangan pulang sore-sore. Mama matiin dulu, ayah sama mama berangkat kerja, Bulan juga mau berangkat sekolah.” kata Arunika.

Maklum ya, perbedaan waktu, 14 jam. Indonesia sudah pagi jam 6, Amerika Serikat masih sore. Egardha kuliah di Amerika Serikat, btw. Ya, nggak salah sih sarapan sambil video call, tidak setiap hari juga. Hanya menanya kabar sambil melepas kerinduan katanya si Bulan.

Fyi, Erik dan Arunika tipe pasangan yang work holic, Erik yang bekerja di perusahaan utama sang keluarga dan Arunika yang tahun kemarin mulai bekerja lagi menjadi sekretaris di kantor sahabatnya, otomatis berbeda perusahaan dengan suaminya, belum juga mengurus butik.  Tetapi menurut mereka bekerja bukan yang utama, yang mereka prioritaskan adalah keluarga. Sesibuk-sibuknya mereka, yang terpenting adalah keluarga.

“Yaudah, Ayah, Mama. Bulan berangkat dulu, nanti telat kan bahaya.”

“Kamu naik sepeda lagi? Nggak mau diantar sopir apa bareng papa atau mama?” tanya Erik.

“Kayaknya enggak deh pa. Bulan pengen coba naik bus. Kan sopirnya nganterin mama. Ayah sama mama juga beda arah sama Bulan.”

“Yaudah, hati-hati. Ini bekal roti coklatnya, jangan lupa dimakan.” ucap Arunika sambil menyodorkan kotak bekal Tupperware pada Bulan.

“Wadahnya disimpan yang baik ya sayang, Tupperware punya mama loh itu.” Dasar emak-emak. Tau aja kalo mahal ga boleh diilangin.

“Mamaaa...”

Keluarga Bulan tidak memaksa keinginan anaknya dan perihal diantar atau tidaknya itu karena Bulan, dia sudah terbiasa sendiri. Pernah ditinggalkan oleh seseorang dan menjadi sendiri, seharusnya sekarang mereka masih bersama. Sudah muak dengan kesendirian, hingga dia menjadi terbiasa sendiri.

BULANWhere stories live. Discover now