04. Intro

69 20 0
                                    


Aku kira Kei adalah seorang yang menyedihkan karena sampai harus bekerja di sebuah café kecil di seperti itu. Tapi ketika melihat dia yang membawaku ke sebuah apartemen mewah di tengah kota, aku langsung yakin bahwa tidak mungkin ia membiayai apartemen ini sendirian.

Walaupun nuansanya benar-benar cocok dengan kesan pertamanya, sih.

            Isi apartemen Kei begitu minimalis walaupun diisi dengan barang-barang mewah. Seperti TV LED, Playstation, apalagi dengan tumpukan kaset Bluray yang berada tak jauh dari sofanya. Aku tidak mengerti kenapa pria ini masih mau bekerja di café padahal ia sudah memiliki semua ini.

            "Ternyata kau orang kaya, ya."

            Celetukku barusan berhasil membuat Kei membalikan badannya yang sedang membuka kulkas di dapur. Ia menatapku tajam sebentar, lalu kembali fokus pada kulkas dan mengambil sekotak susu disana.

            "Siapa nama lengkapmu? Tidak mungkin hanya Kei kan?"

            Kei yang sedang memasukan susu tersebut ke dalam gelas tidak menjawab sama sekali. Sampai ia selesai memasukan gelas tersebut ke dalam microwave dan mengatur waktu untuk memanaskannya.

            "Kenapa kau bisa dengan mudah meminta tumpangan pada orang yang bahkan tidak kau kenal namanya? Kalau tadi kau bertemu orang lain, dimana kau akan tidur malam ini?" tanyanya kali ini yang lebih terdengar seperti omelan bagiku.

            Awalnya aku pun merasa kalau diriku sudah tidak punya malu lagi karena masih nekat meminta untuk datang kesini. Tapi entahlah, aku hanya merasa bahwa Kei ditakdirkan untuk menolongku saat ini.

            Bayangkan saja, dari sekian banyak café di Seoul, kedua kakiku justru melangkah dan berhenti tepat di café tempat ia bekerja. Dia menolongku dengan tiga gelas coklat panas dan satu mantel yang masih kugunakan sampai sekarang. Sepanjang perjalanan ia hanya menggunakan sweater dan syal yang menutupi leher. Aku tahu semua itu tak akan bisa membuat tubuhnya hangat di tengah salju seperti tadi, tapi dia tetap melakukannya.

Memang terdengar tidak tahu diri, tapi saat di café, aku merasa bahwa Kei akan membantuku lagi jika aku minta tolong.

            Ternyata benar saja. Aku sudah berada di apartemennya sekarang.

            "Mungkin di jalanan," ujarku sebelum melanjutkan dan menatapnya dengan senyum lebar, "Tapi itu tidak akan terjadi karena pada akhirnya aku bertemu denganmu, kan? Terima kasih, penolongku!"

            Sesaat aku sadar, bahwa pertemuan kami di ruang musik itu layaknya sebuah intro terhadap semua yang terjadi saat ini. Jika tidak tahu namanya, mungkin aku sudah terpaksa tidur di emperan toko, atau paling buruknya kembali ke rumah.

            Kei hanya menghembuskan napasnya kasar, entah sudah yang ke berapa kali sejak aku meminta coklat panas yang kedua. Aku penasaran, seberapa benci ia denganku saat ini?

            Ia tetap terdiam sampai microwave berbunyi, menandakan apapun yang ia buat di dalam gelas tersebut sudah cukup panas untuk dinikmati di suhu sedingin ini.

            Kei mendekat lalu meletakan gelas tersebut tepat di depanku, "Habiskan coklat panasmu. Lima belas menit lagi pergi ke pintu yang ada ornament menara Eiffel, lalu mandi disana. Aku akan panaskan airnya."

            Bukannya mengatakan sesuatu untuk mengkonfirmasi identitasnya, Kei malah pergi ke arah pintu yang ia jelaskan barusan dan menghilang di baliknya. Aku tidak mengerti kenapa begitu sulit baginya untuk sekedar menyebutkan nama. Apalagi ini aku yang menanyakannya, orang yang akan tinggal di tempatnya malam ini.

            Apa sebenci itu dia denganku?

            Ketik aku bangun, Kei sudah tidak ada dimana-mana.

            Dia hanya meninggalkan sticky notes di kulkas yang bertuliskan bahwa ia harus pergi duluan ke kampus karena ada urusan. Ia bahkan sudah meninggalkan uang dan menyiapkan baju untukku pergi. Lengkap dengan mantel dan syalnya. Ia bahkan memilihkan model mantel yang tidak begitu seperti laki-laki. Walaupun ukuranya tetap jauh di atasku.

            Hati-hati ketika di jalan nanti. Begitu kalimat terakhirnya di sticky notes.

            Kukira dengan menumpang di rumah orang lain, aku akan sarapan ditemani oleh seseorang hari ini.

            Tapi pada akhirnya sama saja. Kei meninggalkanku dengan sepiring omellete dan susu hazelnut di meja makan.

            Kutatap pintu yang berhadapan dengan pintu kamar tempat aku tidur.

            Aku penasaran, apa yang ia pikirkan semalaman selama berada di ruangan itu? Apa ia bisa tidur nyenyak ketika sadar bahwa ada orang lain di rumahnya? Apa ia menyesal dengan keputusannya?

            Aku tidak tahu dan tidak bisa menanyakan apapun padanya.

            Rasa penasaranku tentang namanya juga masih begitu besar. Jadi kuputuskan untuk mengelilingi tempat ini sebentar. Tetapi yang kutemukan hanya beberapa bingkai fotonya dengan seorang gadis di rak TV. Mungkin itu adik perempuannya.

            Setelah menelusuri seluruh ruangan, aku tidak menemukan apapun.

Kurebahkan tubuhku pada lantai ruang tengah. Begitu frustasi karena pria ini sepertinya sangat hati-hati agar tidak meninggalka identitas apapun disini.

Awalnya aku mau menyerah, sampai ketika aku menolehkan kepala ke samping dan kedua mataku terpaku pada kotak yang ada di bawah sofa. Letaknya agak jauh ke dalam, kuduga Kei meletakannya sejauh itu agar tidak pernah ia buka lagi.

            Maafkan aku, Kei. Tapi instingku yang bagus ini berkata bahwa aku harus membukanya.

            Dengan cepat aku meraih laci tersebut dan membukanya. Isinya cukup berantakan, padahal terdapat banyak fotonya dengan gadis yang ada di figura tadi.

Uhm, bagimana ya bilangnya? Aku rasa ini seperti kotak kenangan?

Terdapat juga banyak surat-surat yang tidak aku baca dengan baik isinya. Namun tanganku terhenti ketika menemukan sebuah amplop yang terletak di dasar kotak.

Tertulis 'Untuk Kei Foster' disana.

Aku meraih amplop tersebut dan tidak tahu harus melakukan apa.

Foster itu .... Bukan marga orang Korea kan?

-04. Intro end-

next buat chapter selanjutnya❤️

Chasing the SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang