"Semenyedihkan itu kah aku? Hingga Tuhan pun tak henti memberikan aku hukuman. Semua manusia memiliki batas lelahnya, dan sekarang aku lelah, Tuhan"
~Haura Nasha Athaillah~🌸🌸🌸
Happy reading...
.
.
."Mas Althaf, apa pihak keluarga pasien ada disini? Pasien harus secepatnya di operasi pada tulang belakangnya karena ada beberapa tulang yang cedera serta terjadi pendarahan,"
Althaf langsung berdiri ketika mendengar suara pintu IGD terbuka diiringi munculnya Dokter Rendi dari balik pintu. Mendengar penjelasan dari beliau, Althaf tidak terpikirkan lagi untuk menghubungi keluarga maupun teman-temannya perempuan itu.
"Anggap saja saya keluarganya. Saya yang menanggung semuanya, Dok. Lakukan yang terbaik untuk dia. Saya yang menjamin," Jawab Althaf tegas.
"Baiklah kalau begitu, saya akan berusaha semaksimal mungkin. Permisi, Mas Althaf,"
Althaf hanya mengangguk, lalu Dokter Rendi kembali masuk ke dalam ruang IGD. Dokter Rendi adalah dokter spesialis bedah di rumah sakit ini. Begitu ambulans membawanya ke rumah sakit, Althaf segera menghubungi Dokter Rendi untuk menanganinya. Althaf percaya, beliau adalah dokter yang handal. Semoga kali ini, perempuan itu tetap baik-baik saja.
Althaf kembali duduk di depan ruang IGD. Tak sedikitpun ada keinginan untuk beranjak dari sana. Dirinya sendiri tidak tau, apa yang membuatnya sepeduli ini dengan perempuan itu? Perempuan yang bahkan ia saja tidak kenal. Dan naasnya, pertemuan terakhirnya dengan perempuan itu tak bisa dikatakan baik. Lalu mengapa dirinya bisa sepeduli ini?
'Karena dia kecelakaan Althaf, dan lo punya kewajiban buat nolong dia'
'Yakin cuma nolong?'
Althaf menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan perdebatan kecil dari lubuk hatinya. Lelaki dengan penampilannya yang mulai berantakan itu akhirnya memutuskan untuk mengurus administrasi perempuan yang kini sedang berjuang di dalam ruang IGD. Tetapi, dia tidak mengetahui hal apapun tentangnya.
"Namanya siapa?"
Nama? Bahkan dirinya lupa. Althaf menggali ingatannya kembali saat perempuan itu berada dirumahnya. Kalau tidak salah, Maira pernah memanggil perempuan itu dengan nama Nasha. Benarkah itu namanya? Ah semoga saja ia tidak salah.
"Umurnya?"
Umur? Astaga, mana dirinya tau tentang itu? Kalau keadaan kepepet kaya gini, jurus ngawur adalah satu-satunya jalan yang bisa dilakukan. Saat ditanya oleh salah satu petugas yang ada di bagian administrasi, Althaf menjawabnya berdasarkan praduga saja. Semoga tidak salah.
Althaf kembali, duduk rapi menunggu Dokter Rendi menyelesaikan penanganannya. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa perempuan itu tertabrak hingga separah ini? Apa dia tidak melihat kanan kiri saat ingin nyebrang?
Ponsel di sakunya berdenting. Althaf baru menyadari bahwa dirinya telah meninggalkan rapat bersama ketiga temannya. Perempuan itu, berhasil membuat seluruh pikirannya tersita. Saat jarinya membuka kunci ponsel, Althaf kembali merutuki dirinya sendiri saat ingat bahwa sekarang waktunya Adeeva pulang.
Althaf berpikir sejenak. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan itu disini sendirian. Dirinya yang membawanya kesini. Berarti dirinya juga yang bertanggung jawab sampai perempuan itu pulang kan?
'Yakin cuma tanggung jawab?'
Althaf menggelengkan kepalanya. Mencoba mengenyahkan suara hati kecilnya yang kembali hadir. Dengan penuh ragu, akhirnya lelaki itu mencoba menghubungi seseorang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable
Romansa[Campus Story 1] [END] Start: 20 Juni 2020 Finish: 24 Juli 2022 Judul lama : Hai you! Haura Nasha Athaillah, seorang mahasiswi administrasi bisnis yang sedang menempuh semester 3. Perempuan cantik itu berubah menjadi pendiam, cuek, dan dingin seme...