2

3.5K 380 136
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

Hinata termenung sendiri dalam apartemen sederhananya. Pikirannya melayang atas tawaran yang berupa permintaan dari Fugaku Uchiha.

Flashback...

Saat sedang berpesta untuk merayakan ulang tahun Izumi. Tiba-tiba saja sang Tuan besar Uchiha merubah suasana yang ceria bahagia menjadi hening.

"Bagaimana Hinata?" Tanya Fugaku.

"Apa-apaan ini Ayah, aku sudah mempunyai kekasih!" Itu suara dari anak bungsu keluarga Uchiha yang menentang keras kemauan sang Ayah.

Hinata shock tetapi masih bisa mengendalikan dirinya. Dan Fugaku menyadari itu.

"Pengendalian diri yang hebat." Ujar Fugaku dalam hati.

"Maaf Tuan, anak bungsu Tuan sudah mempunyai kekasih."  Ujar Hinata sopan, ia berharap jika Fugaku mau menarik keinginannya tadi.

"Hanya kekasih bukan istri." Jawab Fugaku enteng. Tangannya bersedekap di dada. "Aku tahu kau seperti apa nona Hyuga, karena sudah lama juga aku menyelidiki kehidupanmu. Dan ya... Kau sangat masuk dalam kriteria menantu idamanku." Jelas Fugaku.

"Saya bukan dari kalangan atas Tuan."

"Tak masalah, setelah kau menjadi bagian dari Uchiha, kau akan mempunyai kedudukan yang tinggi karena kau menantu bungsu Uchiha."

Hinata menatap pada Sasuke yang memandang tidak suka padanya. Gadis yang berstatus sekertaris dari Itachi ini hanya mengerutkan kening heran, jika memang Sasuke menolak, harusnya dengan kata- kata sopan dan memberi Ayahnya ini pengertian bukan malah dengan emosi.

"Saya akan fikirkan." Jawab Hinata pada akhirnya. " Wanita gila...!" Ujaran kebencian langsung Sasuke semburkan untuk Hinata. Keluarga Uchiha tersentak mendengar ucapan kasar Sasuke. Sedangkan gadis yang dikatai oleh Sasuke hanya tenang dalam diamnya.

Flashback off...

Hinata tak tau harus memberi jawaban seperti apa. Tapi Hinata yakin, apapun keputusannya nanti tidak akan berpengaruh pada pekerjaannya. Fugaku Uchiha bukan orang yang suka mencampur adukan masalah pribadi dengan pekerjaan.

Sebenarnya Hinata hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri. Apakah benar jika dirinya mati rasa pada cinta? Sasuke Uchiha sangat tampan, pria itu mempunyai kriteria semua idaman wanita. Tapi apa, Hinata sama sekali tidak merasakan getaran apapun dihatinya.

"Duhai hati, ada apa dengan engkau? Apakah kau terluka begitu sangat dalam?" Monolog Hinata pada dirinya sendiri, bertanya pada hatinya yang seakan mati untuk merasakan cinta.

Memandang langit Kota Suna yang begitu dipenuhi dengan gemerlap kilau bintang. Indah, membuat suasana hati Hinata tenang saat memandangnya.

Tiba-tiba saja dirinya teringat akan keluarganya di Kota Konoha. Apa kali ini dirinya harus meminta pendapat dari keluarganya? Tak ada salahnya mencoba.

Hinata masuk kedalam kamarnya, meraih benda pipih canggih berwarna soft ungu itu. Menekan beberapa nomor lalu mengarahkan benda itu pada telinganya.

"Halo, selamat malam Presdir maaf mengganggu waktu istirahat anda sebentar." Ujar Hinata dengan sopan.

"Tak apa, ada apa Hinata?" Tanya Itachi.

"Presdir bisakah saya mengambil cuti untuk satu minggu kedepan?"

"Hmm, kenapa mendadak sekali?"

"Karena saya ingin pulang ke Konoha Presdir, untuk membicarakan penawaran Tuan Fugaku kemarin." Hinata fikir tak perlu ia berbohong pada Itachi dan membuat alasan-alasan yang akan menambah dosanya saja. Hinata yakin, Itachi akan berbijaksana dalam mengambil keputusan.

"Baiklah. Mulai besok?"

"Iya Presdir."

"Ya sudah, semoga kau dan keluarga menerima penawaran Ayahku." Ujar Itachi pada Hinata.

"Ba-"

"Aku sangat berharap kau menerima tawaran Ayahku, Hinata. Karena aku sangat senang jika yang menjadi pendamping Sasuke adalah dirimu." Lanjut Itachi dengan santai memotong ucapan Hinata. "Baiklah, selamat malam Hinata." Bunyi bip mengakhiri panggilan itu.

'Apa benar akan baik jika aku menerima Sasuke?' batin Hinata.

Bergegas mengambil koper dan memasukkan beberapa pakaian yang ia bawa. Sudah terhitung lima tahun Hinata tak pernah menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya itu. Sejak peristiwa itu. Keluarganyalah yang selalu datang berkunjung ke kota Suna jika mereka merindukan Hinata.

.
.
.

Hinata menatap bangunan dua lantai didepan matanya. Ini rumahnya yang sudah sangat berubah. Kakak Hinata, Hyuga Neji dan Hinata sendiri yang membangun istana orang tuanya menjadi seperti sekarang. Dulunya, rumah ini hanya rumah reot yang selalu bergetar jika tersapu angin yang sedikit kencang.

Hinata tersenyum tulus, inilah jerih payahnya dan kakaknya. Hinata memasang kembali kaca mata hitamnya, menekan pedal gas mobilnya pelan menuju gerbang rumah yang tadi sempat ia pandangi.

Suara klakson terdengar nyaring disuasana pagi. Ya, Hinata langsung bergegas pulang ke Konoha setelah selesai merapikan bajunya yang tak seberapa. Malam itu juga, Hinata pergi ke Konoha yang memakan waktu hampir 8 jam dari kota Suna.

Terlihat Neji terkejut melihat mobil Hinata yang berada didepan gerbang rumahnya. Dengan tergopoh-gopoh Neji membuka kunci gerbang itu membuat Hinata terkekeh lucu melihat tingkah kakak lelakinya itu.

Setelah gerbang terbuka, Hinata dengan pelan membawa mobilnya masuk ke pekarangan rumahnya. Neji kembali mengunci gerbang lalu dengan berlari secepatnya menyambut kedatangan adik penengahnya ini.

"Hinata..." Pekik Neji histeris, seakan tak percaya jika Hinata benar-benar pulang ke rumah mereka. Neji memeluk Hinata, sudah hampir satu tahun ia tak bertemu dengan Hinata.

"Ada apa kau pulang? Ada masalah? Atau kau sedang dikejar oleh seseorang?" Cecar Neji setelah melepaskan pelukannya pada Hinata.

"Apa tak boleh aku pulang?" Wajah Neji menegang, bukan itu maksud dirinya, ia hanya heran mengapa Hinata pulang sepagi ini dan sendirian. Hinata kembali memeluk kakaknya, menyamankan dirinya dipelukkan Neji, tak lama Neji membalas pelukkan Hinata, mengelus pelan punggung ringkih adiknya yang mencoba tegar dimata orang lain.

"Hinataaaa....!!! Kau pulang nak..!" Hikari tak kalah histeris ketika mendapati putri keduanya tiba-tiba sudah berada di depan rumahnya. Berlari menyongsong Hinata yang kini sudah melepas pelukkannya dengan Neji.

"Ya tuhan, Hinata... Ini benar kau sayang." Hikari masih tak percaya, tak berbeda jauh dengan Neji tadi.

"Ibu, aku merindukanmu." Hinata memeluk Hikari yang mulai terisak. Selalu seperti ini jika salah satu dari anaknya yang merantau pulang, ibunya ini selalu menangis.

"Ajak Hinata masuk, Hikari. Dia pasti belum sarapan." Titah dari kepala keluarga Hyuga harus segera mereka laksanakan. Hikari masuk dengan menggandeng tangan putrinya dan Neji dengan bahagia membawakan koper milik Hinata.

Tanpa keluarga Hyuga sadari, ada sepasang mata yang juga tak kalah terkejut melihat kepulangan Hinata. Jantungnya berdetak cepat, senyumnya terbit dari bibir coklatnya lalu dengan cepat menghilang saat ingatannya memutar peristiwa lima tahun lalu. Peristiwa yang sangat menyakitkan bagi Hinata bahkan bagi seluruh keluarganya. Memeras dada kirinya yang kini terasa ngilu tak lama berubah menjadi sesak. Matanya terpejam keras, berusaha untuk tetap tenang.

"Kau pulang... Hinata." Ujar seorang pemuda dengan suara parau serta menundukkan kepalanya dalam. Matanya berkaca-kaca saat bibirnya memanggil lirih nama gadis yang ia cintai.
.
.
.

Kalian mau aku update tiap hari atau dua hari sekali...?

Mungkin story ini gak panjang, kira-kira 10 part, insha alloh. Bisa juga lebih, tergantung nanti ya...

Mungkin awal² akan membahas Uchiha, memang tadinya fict ini Sasuhina tapi karena aku bener² gak dapet feelnya jadi aku rombak ke NH... Maklumi ya...

Bersambung...
.
.
.
Arigatou Gozaimasu...

 H I N A T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang