8

3K 346 134
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

Kicauan burung terdengar merdu ditelinga. Seakan mengantarkan kembali kepada alam mimpi.

Dengan malas Hinata bangun dari tidurnya. Jemarinya mengusap pelan matanya, ada yang janggal Hinata pun menurunkan jemarinya.

Cincin. Ia ingat jika dirinya sekarang bukanlah gadis single lagi, ia sudah bersuami. Dan itu adalah Naruto mantan kekasihnya. Kemarin Hinata resmi berganti marga menjadi NAMIKAZE.

Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika, ia belum bisa menerima Naruto kembali dalam hidupnya.

Gadis itu meremat pelan surai indigonya. Masalahnya bertambah lagi. Hinata termenung di ranjangnya, ia harus berbuat apa?

'cerai.'

Kata itu muncul dengan sendirinya. Apakah bisa? Belum sehari menikah dan Hinata sudah berkata cerai? Pantaskah?

Membanting tubuhnya kembali pada ranjangnya, memeluk guling dengan erat.

'harusnya, kita sudah bersama Sasuke-kun.'

Lagi-lagi teringat akan Sasuke tapi hal sama terulang kembali, ia tidak merasakan apapun. Hanya sedih dan itu masih bisa ditolerir oleh hatinya.

"Hinata, kau sudah bangun?" Suara sang Ibu dari balik pintu kamarnya semakin membuat Hinata mengeratkan pelukkannya pada guling. Ia malas, pasti ibunya akan memberi nasehat pagi jika, ia harus mengurus Naruto.

"Baiklah. Ibu hanya ingin bilang jangan lupa sarapan." Lalu suara itu pun menghilang. Hinata terduduk lagi, menyenderkan badannya dikepala ranjang.

Sebaiknya ia bicarakan dulu keinginannya bercerai dari Naruto. Pasti keluarganya mengerti. Bergegas membersihkan diri, Hinata ingin masalah ini cepat selesai dan ia akan kembali bekerja di Uchiha corp.

.
.
.
Naruto datang pagi sekali kekediaman Hinata. Ia disambut hangat oleh sang ibu mertua. Memeluk lengan Naruto, Hikari mendudukkan Naruto dikursi meja makan.

"Aku cemburu Hikari." Canda kepala keluarga Hyuga tersebut. Naruto terkekeh pelan, sudah lama ia tidak berkunjung kemari.

Hanabi berbinar melihat Naruto yang sudah duduk dimeja makan.

"Naruto-nii, kenapa kau bertambah tampan sekali." Goda Hanabi pada kakak ipar barunya ini.

Naruto terkekeh, "tampan mana dengan Konohamaru?" Naruto kembali menggoda Hanabi.

"Tentu, Konohamaru lah. Pertanyaan yang tak perlu dijawab." Hanabi memeluk kepala Naruto dari belakang, melingkarkan tangannya dileher Naru.

"Manja sekali, hm..." Naruto mengusak lembut surai Hanabi.

Hikari bahagia melihat interaksi keluarganya yang hangat pada Naruto.

"Sebentar, ibu panggilkan Hinata ya."

"Bu.." cegah Naruto. "Jika Hinata tak mau jangan dipaksa, biarkan dia menerima ini semua. Ini pasti sulit." Ucap Naruto, ia tau bagaimana sifat Hikari yang akan menceramahi Hinata karena tidak mengurus suaminya dengan baik.

"Baiklah." Hikari bergegas menuju kamar anak keduanya itu.

Setelah mengetuk pintu beberapa kali dan tidak mendapatkan jawaban. Hikari kembali ke ruang makan. Kembalinya Hikari seorang diri membuat Naruto paham jika, Hinata mungkin belum mau bertemu dengannya. Ia bisa memakluminya.

Melihat Hikari yang tersenyum sendu kearahnya, Naruto memeluk Hikari, "tak apa bu, Naru berangkat dulu ya. Mari semuanya." Naruto berlalu dari kediaman Hyuga menuju kantornya.

 H I N A T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang