7√

9.7K 650 8
                                    

"Apa?!" Pekik patricia. Tujuh laki laki disana menghela nafasnya. "Bu, kami ingin AISYAH,HAFIZAH,BALQIS,DAYRA,FATIMAH,GHANIA,DAN SALWA! Bu." Ujar liam.

"TIDAK AKAN!" pekik Arnold.

"Kalian boleh memilih putri saya. Putri saya cantik kok. Kalah yang kalian minta." Ujar patricia. Sedangkan tiga anaknya sedang membenarkan rambutnya.

"Mohon maaf bu. Kami tidak tertarik kepada putri mu." Ujar kean.

Deg

"Jadi?" Tanya patricia, "kalian ingin anak sana?" Tunjuk patricia kepada mereka.

"Iya bu. Selepas kami menikah dengannya, hutang pak arnold lunas!" Ujar Alex.

"Kalian tidak usah banyak mimpi!" Ujar pak arnold marah.

"Oh, bukan kau yang menyerahkan mereka kepada kami." Ujar darel.

Deg

"Anak mu yang menyerahkan dirinya."

"ITU TIDAK AKAN PERNAH TERJADI!" Ujar Arnold kokoh.

"Oh oke, kalau kau begitu," ujar brian.

BUGH!

"PAPAH!"

Arnold dipukul oleh brian karena tidak menyerahkan putrinya.

"Kumohon...berhenti...jangan siksa paman kami...kumohon!" Teriak Aisyah.

Darel mengeluarkan pisaunya dan dia menggores tangan arnold dengan pisaunya.

"Berhenti!!! Jangan melukai pamanku. Dia tidak pantas diperlakukan seperti ini!!! Kumohon....hiks" Tangis Dayra.

Kean memukul wajah arnold tanpa berhenti.

BUGH! BUGH!

"Kalian mau apa?!" Pasrah fatimah. Kakinya lemas.

Liam mengeluarkan pistolnya dan mengarahkan ke arah Arnold yang telah babak belur.

"Jangan-jangan kumohon" mohon balqis mukanya telah basah. Air mata.

"KALIAN SEBERNARNYA MAU APA?!" Pekik salwa pasrah.

"Kalian mau apa?? Hmm" ujar Ghania lembut. Membuat laki laki disana menoleh kearah mereka. Ohh sudah menangis.

"Kami akan memenuhi perintah kalian, tapi kalian jangan membunuh paman kami, kumohon" pasrah hafizah.

Tujuh pria disana senyum smirk dan berucap.

"Kami mau kalian menjadi milik kami, jangan berharap lepas dari kami. Kalian menjadi milik kami SELAMANYA." Ujar mereka bersamaan.

Pernyataan itu membuat mereka pasrah dan tidak ada pilihan lain. Mereka menghela nafasnya dan mengangguk kepalanya.

"Jangan nak," ujar arnold lemah dibawa sana.

"Iya, kami setuju. Asal papa kami selamat," ujar Ghania.

Yesss tidak sia sia.

Darel melempar arnold ke arah Ghania dan sahabat sahabatnya. "Nak tidak perlu... papah rela. Papa dihabisi oleh mereka asalkan mereka gak menyakiti kalian semua." Ujar arnold.

Mereka menggeleng kepalanya."papah gak boleh ngomong seperti itu pah. Kami gak papa kok," ujar aisyah sambil air matanya selalu berjatuh.

"Maafkan papah. "

"Gak, papa gak salah ini sudah takdir pah." Ujar Hafizah.

Tujuh mafia itu menatapnya sinis tapi dalam hati mereka. Mereka sempat kasian "apakah aku terlalu kejam" tanya mereka dalam hati.

"Ok pak arnold dan... calon istri kami besok hari pernikahannya siap siap ya..." ujar brian.

Mereka terkejut." Apakah tidak kecepatan?" Tanya Dayra.

"Lebih cepat. Lebih baik, kan?" Tanya darel.

Mereka diam bingung. Ini terlalu cepat.

"Kalian bertanya soal baju pernikahan? atau acara pernikannya. Besok disini cuman akad nikah. Jadi cuman ngurus bajunya,salonnya dan penghulunya." Ujar liam.

Alangkah. Semudah itukah mereka pikirnya.

"Saat ini, kita membeli baju pengantinnya." Ujar steven.

Mereka bingung dan menyetujui perkataan itu.

~~~

"Nak, hati hati ya," ujar arnold

"Iya pah," mereka menangis. Karena berpisah dengan papahnya dan tinggal dan bersuami psikopat.

Mobil yang dinaiki oleh empat belas itu berjalan. "Pah...papah!!!" Tangis Aisyah dan sahabat sahabat nya pecah.

Isi mobil panjangnya. Yang membawa mobil kean. Samping kean, Steven. Belakangnya darel,liam dan Brian. Belakangnya lagi ada Alex dan jack. Sisanya tujuh perempuan hijabers yang sedang menangis.

Tidak ada percakapan hanya suara tangisan. Didalam hati laki laki itu rasanyaa ingin menghentikan tangisan itu tapi mereka memiliki ego yang sangat besar jadi kata hati kalah dengan kata ego.

"Kita sampai. Berhentilah menangis. Malu dilihat orang," ujar Kean. Kean menghentikan mobilnya dan mereka sudah di butik tempat kerjanya balqis dan dayra.

Tujuh perempuan itu menghapus air matanya kasar dan turun dari mobil itu. Steven memimpin mereka menuju kearah pintu utama butik itu.

"Cepatlah kalian itu," ujar Alex menyuruh tujuh perempuan itu.

"Mereka kenapa beli baju pengantin disini?," tanya Dayra ke Aisyah.

"Kita turutin saja." Aisyah benar benar lelah kepada takdir ini tapi dia serahkan kepada Allah.

"Permisi tuan-tuan , nona-nona" ujar pegawai butik itu. "Ehh dayra, dan balqis, kalian ngapain kesini? Kan waktu kalian kerjakan pagi sampai petang." Ujar pegawai itu.

"Emm lisa... kami kesini...emmm" gugup Dayra.

"Carikan mereka baju pengantin perempuan yang panjang. Carikan yang mereka inginkan!" Ujar darel.

"Eoh??? Siap tuan, yook kalian ikuti saya," ujar pegawai dan teman kerja nya dayra dan balqis yang bernama lisa.

"Dayra, balqis rupanya kalian ingin menikah??" Goda lisa. "Kenapa gak memberitahukanku ?" Tanya lisa.

Dayra dan balqis diam dan mencari alasan yang pas untuk menjawab itu

"Hemm inj permintaan calon suamj untuk rahasiain. Dan tidak mengundang sahabat atau teman kerabat. Cukup keluarga saja." Ujar balqis berhasil yang mencari alasannya.

"Ohh begitu. Maafkan saya okeh? Jadi yang menikah kalian berdua atau?" Tanya lisa.

"Kami semua ingin menikah," jawab hafizah.

"Huh?!" Terkejut lisa. Lisa cepat cepat mencari baju pengantin yang cocok kepada tujuh perempuan di depannya ini karena dia mendapati tatapan yang menyeramkan di seberang sana. Seram sekali calon calon suami mereka. Apakah seorang mafia atau psikopat.

"Ini baju baju pengantin yang sangat indah dan sangat trending disaat ini, kalau kalian memakainya itu sangat cantik," ujar lisa.

Dayra mengambil baju pengantin yang putih dan penuh manik manik itu. ini baju mimpi nya kalau dia menikah dia akan membeli baju ini tapi harganya sangat mahal.

"Mbak! Baju ini ambil ya?" Ujar darel tiba tiba.

Dayra melirik ke darel." Gapapa. Ambil saja yang kau mau,"

Mereka telah memilih baju pengantin dan membayarnya.

Akhirnya mereka memasuki mobil. Hafizah sadar,bahwa ini bukan jala menuju rumah mereka.

"Ehh ini bukan jalan ke rumah," ujar hafizah. Steven tertawa keras. Dan diikuti teman temanya. Hafizah dan teman temannya merinding ketakutan.

"Kalian itu akan menjadi istri kami bukan? Dan kalian akan menuju rumah baru kalian,"

~
~
~
~
~
~
~
~
~
~

MAFIA IS MY HUSBANDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora