Chapter X

789 78 1
                                    

" Sudah saatnya aku mendekati kak Ice" sudah seminggu sejak peristiwa Bella. Butuh 5 hari agar suasana kembali normal. Baru kemarin juga Thorn bertemu dengan Taufan, Blaze, dan Solar. Saat itu, Blaze langsung memeluk Thorn sampai sesak napas. Untung saja Taufan menghentikan Blaze sebelum terjadi sesuatu.

" Ahhhhh, bagaimana caranya aku mendekati kak Ice yang cuek itu?" Thorn mengomel-omel sendiri. Sepertinya otak Thorn sudah mencapai batasnya karena beberapa akhir ini dipakai untuk memikir. Jika aku mencari tahu kesukaan kak Ice, aku langsung dicurigai. Bahkan mungkin aku bakal dapat masalah besar. " Arghhhh!! Pusiiiinggggg!!"
Thorn mengacak-acak rambutnya sebelum akhirnya pandangannya kosong. Tingkat pusingnya sudah mencapai batas.

" Ya ampun, pangeran, anda berantakan sekali" ucap Cecil sambil tertawa pelan. Semenjak kejadian Bella pula, Thorn dan Cecil semakin dekat. Mereka sudah seperti ibu dan anak. Cecil juga ingin membantu Thorn untuk mendekati keenam kakaknya itu. Cecil tahu kalau Thorn punya suatu tujuan, tapi ia tidak menanyakan lebih lanjut. Cecil percaya sepenuhnya pada Thorn.

" Huwaaaaa, Cecill!! Aku kehabisan akal nih!! Bantuin aku dong, huwaaaaa!!" rengek Thorn. Tingkah laku nya mirip seperti anak kecil. "Hmm....kalau pangeran ingin mendekati pangeran Ice.....lumayan susah juga sih, soalnya seingatku pangeran Ice paling malas bertemu sama orang. Apalagi orangnya cuek gitu" perkataan Cecil justru malah membuat Thorn semakin putus asa. " Huwaaaaaa!!! Ceciillll!!! Aku memintamu membantuku, bukan malah membuatku makin putus asa" sewot Thorn. " Ah! Mungkin pangeran bisa mendekatinya dengan makanan atau minuman kesukaan pangeran? Mungkin cara itu bisa berhasil"

" Tapi, Cecil, aku tidak tahu apa kesukaan...." omongan Thorn terhenti. Ia mengingat sesuatu. " Pangeran Thorn?" ucap Cecil kebingungan. " Itu dia!!" teriak Thorn. Hampir saja Cecil terjatuh karena terkejut. " Aku tahu kak Ice suka apa" Thorn kembali bersemangat. Cecil tidak tahu apa yang terjadi, namun ia merasa senang melihat semangat Thorn. " Ayo, Cecil. Kita pergi ke dapur" ajak Thorn. " Eh? Kenapa pangeran?" Thorn tersenyum seringai mendengar pertanyaan Cecil. Ia menjawab penuh semangat. " Kita akan membikin suatu minuman"

Di dapur....

" Pangeran.... Biar saya saja yang bikin" Cecil berkeringat dingin melihat apa yang akan dilakukan Thorn. Bagaimana tidak? Seorang pangeran membuat suatu minuman di dapur dengan memakai pakaian seragam dapur. Jika sampai ketahuan, itu akan benar-benar membuat sebuah noda besar.

" Tak perlu, Cecil. Lagian cuma aku yang tahu bagaimana cara bikinnya. Kau hanya perlu membantuku sedikit" Thorn menggulung lengan kaosnya sampai siku tangan. " K-kalau begitu, biar pangeran kasih tahu resepnya ke saya dan saya akan membikinnya bersama pelayan lain" bujuk Cecil. " Tidak, tidak. Ini sebuah rahasia. Tidak boleh ada yang tahu selain kita" Thorn menggeleng kepala. " Dan lagi, aku juga sudah lama tak membuat ini" sesaat kemudian, Thorn menyadari bahwa ia salah ngomong.

" Sudah lama? Sejak kapan anda...." Sebelum Cecil bertanya lebih lanjut, Thorn kembali berbicara" A-ayo kita mulai! Aku sudah tidak sabar" Meski Cecil kebingungan, namun akhirnya ia menuruti perkataan Thorn. "Baik, pangeran" Hampir saja, dasar mulutku ini, batin Thorn. Thorn pun memulai membuat minuman itu. Dengan bantuan Cecil dan ingatan Thorn sewaktu di bumi, minuman tersebut akhirnya jadi. Meski tadi sempat ada masalah karena ada satu pelayan yang mau masuk ke dapur, namun masalah itu teratasi dengan cara bersembunyi.

" Nah, sudah jadi! Es Koko Tok Ab- maksudku, Es Koko!!" teriak Thorn yang lagi-lagi hampir keceplosan. Thorn masih ingat waktu Ice sangat suka minum Es Koko Tok Aba sampai-sampai gemuk waktu itu. Butuh beberapa waktu agar dia bisa kembali normal. Tapi tetap saja, Ice masih suka minum itu. Ini sangat bagus. Bisa untuk pendekatan dan juga mungkin bisa mengembalikan ingatan Ice. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.

Mengingat hal itu, membuat Thorn kangen pada Tok Aba. Bagaimana ya kabar Tok Aba? Aku kangen sekali padanya. Pasti dia sedih karena kehilangan kami bertujuh. Aku juga kangen sama Yaya, Ying, Gopal, dan Fang. Begitu pun Kapten Kaizo, Komander Kokoci, Laksmana Tarung- tidak, aku tidak kangen padanya. Tapi.....aku kangen kebersamaan dulu. Thorn menjadi sedikit sedih.

" Wahh, pangeran hebat" Thorn tersenyum. Pujian Cecil membuatnya kembali semangat. Yah, biarlah itu menjadi kenangan indah yang tak terlupakan, batin Thorn. " Tapi, kenapa ada tiga gelas disini?" tanya Cecil. " Yang satu sudah jelas buat kak Ice, yang satu buatku, dan yang satu lagi buatmu. Hadiah karena membantuku" Cecil menutup mulut saking kagetnya. Matanya berbinar-binar menahan tangis. " T-terima kasih pangeran" ucap Cecil sambil menyeka air matanya. Thorn tersenyum manis. " Oke, saatnya menemui kak Ice!" Teriak Thorn semangat.

" Tapi, pangeran, bagaimana caranya kita bertemu pangeran Ice? Bukankah pangeran Ice tak pernah menerima tamu?" Pertanyaan Cecil membuat Thorn mematung. Aku lupa tentang hal itu. " Aku......tidak tahu" Semangat Thorn langsung turun secara drastis. Ia bisa membuat minuman kesukaan Ice, namun ia tidak bisa bertemunya. Cecil menyadari bahwa ia langsung salah ngomong, segera menambahkan kata-katanya, " Eh, t-tapi... Kalau belum dicoba kan belum tahu..."

" Tidak apa-apa, Cecil. Untuk saat ini, aku akan memikirkannya terlebih dahulu. Dan, aku ingin sendiri, jangan ikuti aku" Thorn melambai-lamai tangan lemas sebelum ia menutup pintu dapur. " Pangeran...."

Thorn berjalan malas sambil membawa dua Es Koko. Bahkan Thorn tak berniat meminum Es Koko miliknya. Haaaahh.....apa aku mendekati yang lain dulu aja ya? Tapi jika aku mendekati kak Gempa, aku gak bisa. Kak Gempa terlalu sibuk dengan urusannya sebagai putra mahkota. Dan lagi, bisa-bisa menimbulkan kecurigaan yang lebih besar. Kalau kak Hali..... Terlalu galak. Masih gak bisa. Thorn menghela napas panjang. Setelah berjalan sekian lama, ia pun duduk di sebuah kursi putih. Apa aku perlu memberitahu kak Ufan, kak Blaze, dan kak Solar dulu ya? Kita kan sudah dekat mungkin mereka bisa percaya ceritaku. Thorn menatap langit-langit, berpikir untuk waktu yang lama. Tidak, terlalu beresiko. Itu bisa membuat hubungan kami retak. Aku masih belum melakukannya. " ARGHHHHH!! Terus aku harus gimana??" Thorn mengacak-acak rambutnya dengan kesal. " Tidak usah melakukan apa pun" Thorn langsung berdiri ketika mendengar suara di samping kanannya. Terdapat seseorang berdiri menatapnya dengan malas. Mata biru yang lebih muda dari kak Ufan, rasa malas yang terpancar dari matanya itu. Serta jaket yang sangat aku kenali itu.....jangan-jangan..... " Kak....kak Ice???"

Bersambung.....

Aku Menjadi Pangeran???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang