Chapter XI

768 80 3
                                    

"Kak....kak Ice???" APA YANG KAU LAKUKAN, BAKAYARO, KONOYARO!!Thorn mengumpat dirinya sendiri. Bisa-bisanya kau menyebut kak Ice dengan sebutan kakak! Aku memang berani nyebut kak Ufan, kak Blaze, dan kak Solar dengan sebutan kakak karena dulu kami saling dekat. Tapi kak Ice... Thorn berkeringat dingin. Takut dengan reaksi Ice yang marah karena disebut kakak. Namun, kak Ice tetap tenang aja, seolah-olah tidak ada masalah. " Wajah yang mirip denganku....lalu mata hijau muda itu.... Thorn kah?" ucap Ice sambil menaruh jarinya di dagu. Eh? kak Ice....gak marah?

" Anu....kak Ice?" panggil Thorn ragu-ragu. " Hm?" kak Ice benar-benar tidak keberatan. Tapi.... " Apa tidak apa-apa kalau aku memanggilmu kakak?" tanya Thorn. " Hmm....kau kan adikku, jadi tak ada larangan untuk memanggilku kakak bukan?" ucap Ice dengan malas. Kak Ice benar-benar tidak merasa keberatan. Entah ini bisa disebut pendekatan atau bukan, tapi yang jelas Thorn merasa senang. " Aku capek berdiri terus, geser dikit dong" pinta Ice. " Ah, oke, kak Ice" Thorn sedikit bergeser agar Ice bisa duduk. Dengan cepat Ice duduk sambil menatap langit dengan helaan napas. " Haahhh....capeknya...." Ice kembali menatap Thorn. "Dan kau, ngapain ada di tempatku?"

" Eh? Maksud kakak?"

" Kau tidak tahu? Ini adalah tamanku di istana ini. Sedang apa kau disini?" Tunggu, ini tempat kak Ice???? Thorn langsung melihat sekeliling. Tidak ada ruangan yang biasa ada di belakang taman Thorn. Jangan bilang tadi aku melamun sampai ke tempat kak Ice. Tunggu berarti..... " M-maksud kakak, aku masuk ke tempat kakak?" tanya Thorn gugup. " Yah, mungkin bisa dibilang begitu" seketika itu juga, Thorn berteriak dalam dirinya. Bodoh!!! Sangat bodoh!!! Bodoh, bodoh, bodoh!!! Bagaimana kalau ada orang lain melihatku datang kesini??? Bagaimana jika suruhan raja melihatku datang kesini??? Kau memang bodoh, Thorn!!!! Rutuk Thorn pada dirinya sendiri. Ia tak menyangka bisa-bisanya ia begitu ceroboh. " Kau kenapa?" Tanya Ice ketika melihat Thorn menjambak rambutnya sendiri. "A-aku tidak apa-apa, h-hahaha" rasanya umurku berkurang 10 tahun, batin Thorn. Ice menatap Thorn dengan serius, membuat Thorn kebingungan. Kak Ice kenapa?

" Thorn"

"I-iya?"

" Kau tidak menyadari sesuatu?"

" Eh? Menyadari apa?" Thorn melihat Ice dari atas ke bawah. Namun, ia tidak menemukan sesuatu yang aneh. " Tanganku....apa kau tidak menyadari itu?" Ucap Ice pelan. " Oh.. tangan kak Ice yang beku sebelah itu? Emangnya kenapa?" Tanya Thorn. Ice langsung menatapnya kembali. " Kau tidak takut?" Apa sih maksud kak Ice? " Emang kenapa harus takut? Bukankah itu menunjukkan kekuatan kak Ice?" Ice kembali menunduk kepala. " Tanganku ini.....dianggap aneh oleh pelayan sekitar. Jadi kupikir kalian semua takut padaku. Sebenarnya menurutku itu wajar. Mana ada tangan beku sepertiku?"

" Emang, tidak ada tangan beku selain kak Ice" Ice semakin menunduk. " Tapi, bukankah itu menunjukkan keistimewaan kak Ice? Jadi, kakak harus bangga dong" ucap Thorn dengan senyum manisnya. " Dan lagi, tidak usah memikirkan pelayan-pelayan itu. Mereka itu iri sama kakak. Toh masih ada yang mau dekat dengan kak Ice kan?" Ice mengangguk-angguk. " Kalau misalnya tidak ada juga, masih ada aku, tidak, masih ada kami berenam. Jadi kak Ice seperti biasa saja, cuek dan pemalas" Ice tertawa pelan mendengar lelucon Thorn, begitu pula Thorn. Makasih, Thorn, bantin Ice.

" Tapi, apa yang ada di tangan mu itu? Tunjuk Ice. " Oh ini? Ini adalah Es Koko. Kakak mau coba?" Tawar Thorn. Yah, sebenarnya emang buat kak Ice. Ice mengambil satu Es Koko dari tangan Thorn lalu meminumnya. Matanya yang biasanya datar itu berubah dengan mata berbinar-binar. " Enak!" Ucap Ice. " Benarkan? Minuman ini memang paling enak di dunia" cengir Thorn sambil meminum Es Kokonya. " Ya, ini adalah minuman paling terenak di dunia"

" Tapi, jangan sampai kebanyakan, entar gendut lagi"

" Eh?"

" Kenapa kak Ice?" Tanya Thorn. " Bukannya kau tadi ngomong sesuatu?" Tanya balik Ice. " Enggak kok, daritadi aku asyik minum ini" tunjuk Thorn, sedikit kebingungan. " Mungkin cuma perasaanku aja" ucap Ice sambil meminum kembali Es Kokonya. Tapi, itu tadi terasa nyata, batin Ice. Ice kembali menatap Thorn yang asyik minum Es Koko. Sepertinya tidak emang bukan Thorn. Apa cuma perasaanku aja? Tapi itu tadi terlalu jelas. Ice diam sesaat. Sebenarnya, itu apa?

Malam harinya...

Di kamar Thorn...

" Akhirnya, aku bisa mendekati kak Ice!" Seru Thorn gembira. Namun, aku gak nyangka kak Ice bisa seperti itu cuma karena tangannya beku satu. Padahal dia itu orangnya cuek sekali, batin Thorn. Tunggu, apa jangan-jangan dia gak mau menerima tamu gara-gara itu? Sesaat, Thorn merasa kasihan sama Ice. Dijauhin dan ditakutin itu, rasanya pasti sakit. Dulu aku memang dijauhin, tapi aku tidak peduli karena aku tidak ada semangat hidup. Tapi sekarang..... Thorn bangkit dari posisi tidurnya dengan semangat yang meluap-luap. Baiklah! Aku akan lebih sering bersama kak Ufan, kak Blaze, kak Ice, dan kak Solar, batin Thorn. Semangat, Thorn!!!

Di tempat lain....

Ruangan Halilintar.....

" Ambil berkas ini dan kirim ke ayah" perintah Halilintar kepada penasihatnya. " Baik, pangeran" dengan membawa segunung berkas, penasihat Halilintar pergi. Tak lama kemudian, terdengar suara ketokan pintu. " Masuklah" setelah terdengar izin, halilintar, pria itu masuk ke ruangan. " Saya memberi hormat kepada pangeran" pria itu menghormat layaknya bangsawan.

" Siapa kau?" Tanya Halilintar tanpa basa-basi. " Saya Marlyn, pangeran. Guru dari pangeran Thorn" ucap Marlyn. " Pangeran Thorn? Saudaraku yang terakhir itu?" Si brengsek itu? Bikin masalah apalagi dia? " Saya ingin memberitahu sesuatu kepada pangeran Halilintar, karena saya khawatir terhadap kerajaan ini" ucap Marlyn. " Katakanlah!" Marlyn memberitahu segala hal kepada Halilintar.

" Apa!!??? Thorn berusaha mendekati pangeran lain???" Halilintar bangkit dari tempat duduknya. " Benar, pangeran. Dan saya tidak tahu apa tujuan pangeran Thorn" ucap Marlyn kembali. " Baiklah, aku akan menyelidiki pangeran Thorn, sekarang kau kembalilah" perintah Halilintar. " Terima kasih, pangeran. Semoga pangeran selalu diberkati" Setelah Marlyn keluar, Halilintar memanggil penasihat terpecayanya. " Roan!"

" Iya, pangeran. Anda memanggil saya?"

" Selidiki dan cari tahu apa yang dilakukan oleh pangeran Thorn selama ini! Semuanya!"

" Baik, pangeran!"

Bersambung.....

Aku Menjadi Pangeran???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang