Chapter XV

871 81 1
                                    

Di ????....

" Bagaimana? Apa mereka ketemu?"

" Dugaanmu benar! Selama ini mereka ada disini!"

" Sudah kuduga.....cepat kita siap-siap! Kita harus berangkat! Jika sampai terlambat, mereka akan mati!"

" Baik!"

Di Istana....

" Gempa!!??"

BLETAAAAKKKKK

BLETAAAKKKKKK

" Addduuhhhhh!!!" teriak Halilintar dan Blaze bersamaan setelah Gempa menjitak kepala mereka. Apalagi tangannya diubah menjadi tangan batu. Pasti sakit banget itu, batin Taufan dan solar bergidik ngeri. " Oyyy!!! Gempa!!! Ngapain kau mukul a-"

" DIAAAMMM!!! AKU YANG BICARA!!!" Bentak Gempa membuat semua orang terkejut. Siapa sangka orang yang paling lembut dan baik hati di antara mereka bisa marah seperti itu. Gempa menakutkan, batin Taufan dan Solar. " KALIAN INI BODOH ATAU APA!!??? HAAAHHH!!?? NGAPAIN BERTARUNG KAYAK TADI!!??? INGIN ISTANA RUNTUH!!??? JAWAAABBB!!!!" Halilintar dan Blaze merinding ketakutan mendengar bentakan Gempa. " Se-sebenarnya, kami-"

" DIAAMMM!!!!" Bentak Gempa kembali. Tadi suruh jawab, sekarang malah suruh diam, kayak emak-emak aja, batin Blaze. Tapi, kenapa rasanya Dejavu ya? Entah kenapa, rasanya aku pernah dimarahi seperti ini oleh Gempa, tanpa sadar, Blaze malah melamun. Gempa yang menyadari itu semakin marah. " BLAZEEEE!!!!" Bentakan Gempa membuat Blaze sadar dari lamunannya. " E-eh? Ini ya? A-ada apa?" Ucap Blaze latah. Waduh, mampus aku, batin Blaze ketika raut wajah Gempa yang sudah semakin marah. Blaze bakal kena marah besar, batin Taufan dan Solar. Dan benar saja, amarah Gempa meledak. " MALAH NGELAMUN KAU INI!!! APA KAU ANGGAP REMEH PERKATAANKU HAH!!??? ",Blaze menundukkan kepala. Aku gak menyangka, Gempa kalau marah bisa semenakutkan ini, batin Halilintar.

" APA KALIAN TAU!!??? KALIAN ITU BIKIN MASALAH BESAR!! LIHAT SEKELILING KALIAN, LIHAT!!!!" Gempa menunjuk sekeliling. Semua hancur berantakan. Banyak api dan pedang petir di tanah. " KALAU AKU TIDAK MENGHENTIKAN KALIAN, KALIAN BISA MEMBUAT ISTANA INI HANCURRR!!!! TAU GAK!!???" Halilintar dan Blaze diam membisu. Mereka semakin menundukkan kepala. Daritadi, aku berteriak tapi mereka tak mendengarkan. Tapi sama Gempa.....dia benar-benar kakak tertua kami, batin Taufan, sedikit kagum. " DAN KALIAN, LIHAT TAUFAN!!!!" Taufan sedikit terkejut ketika namanya disebut. " GARA-GARA KEBODOHAN KALIAN, TAUFAN SAMPAI TERLUKA!!!! MASIH UNTUNG DIA SELAMAT!!! BAGAIMANA KALAU DIA ATAU YANG LAINNYA TERLUKA PARAH, BAHKAN SAMPAI MENINGGAL!!??? KALIAN PIKIRIN ITU GAK!!??? OTAK KALIAN ITU DIPAKE BUKAN CUMA PAJANGAN DOANG!!!!!" woaahh, kata-kata Gempa menusuk banget, batin Taufan dan Solar. " POKOKNYA KALAU SAMPAI-"

" Hoaaammmm.... Ada apa nih? Berisik banget sih kalian" Ice mengucek matanya, terbangun dari tidurnya. Halilintar, Taufan, Blaze, dan Solar menatap Ice tak percaya. Dia baru bangun!!???. " Eh, mana Thorn? Kemana dia.... Eh, Gempa? Kenapa kau bisa disini?" Gempa langsung menatap  tajam Ice. Menyadari bahwa ia ditatap oleh Gempa, Ice langsung merinding ketakutan. " M-maaf" Ucap Ice pelan. Dia bangun di saat yang sangat-sangat tidak tepat sih, batin Taufan. Gempa menghela napas sambil memijit pelipisnya. Ia berusaha menenangkan dirinya sendiri, juga menghilangkan pusingnya. " Kalian semua" Halilintar, Taufan, Blaze, Ice, dan Solar langsung berdiri tegak. " Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Terutama.....kalian berdua, Halilintar, Blaze" Gempa menatap tajam Halilintar dan Blaze.

Taufan dan Solar menceritakan kejadian dari awal ketika mereka berkumpul, sampai Halilintar datang merusak semuanya dan membuat Blaze murka hingga saling adu tonjok sampai menggunakan kekuatan. "Eh, memang ada ya kejadian gitu?" Bisik Ice kepada Taufan dan Solar. " Lu sih, tidur mulu" cibir Taufan dan Solar bersamaan. " Jadi...." Gempa mengetuk-ngetuk meja, " Penyebab ini semua adalah kau ya, Halilintar?" Gempa menatap Halilintar. Mata kuning kecoklatan itu membuat Halilintar merinding. " I-itu karena Thorn melanggar peraturan, makanya...."

" Terus kamu merasa yang lakukan itu benar!!??? Dasar-"

" BLAZE!" Blaze terkejut ketika Gempa membentaknya dengan keras. " Diam" hanya sepatah kata itu, Blaze langsung membeku. Entah kenapa, sekarang ia lebih merasa takut dengan Gempa dibanding Halilintar. " Halilintar, meski Thorn melanggar peraturan, tapi yang kau lakukan itu salah" Halilintar diam, tidak bisa membantah. " Dan kamu, Blaze, sebenarnya tindakanmu membela Thorn itu benar, tapi tindakanmu memukul Halilintar itu tidak benar" Ucap Gempa. " Tapi, Hali duluan yang-"

" Tapi, kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, Blaze" perkataan Gempa langsung membuat Blaze terdiam. " Tapi....ada yang membuatku penasaran..." Gempa mulai berdiri dari kursinya. (eh? Kapan duduknya ya?) " Emang Thorn melanggar apa? Dan lagi, dimana dia sekarang?" Tanya Gempa. " Thorn tadi pergi, mau nenangin dirinya dulu, tapi kalau soal melanggar...." Taufan menoleh ke Halilintar. Halilintar menghela napas, sebelum akhirnya berbicara. " Thorn sengaja mendekati pangeran lain" Gempa dan Taufan berubah menjadi serius. " Aku mengetahuinya setelah laporan dari guru Thorn" jelas Halilintar. " T-tunggu sebentar!" Potong Blaze. " Apa maksudnya Thorn melanggar aturan karena mendekati pangeran lain?? Bukannya aku dan Ufan juga saling dekat?"

" Kau tidak tahu? Bahwa...."

" Halilintar! Kau sudah janji tidak akan berbicara tentang hal itu!" Potong Taufan menatap Halilintar. " Tidak ada cara lain, Taufan. Jika mereka tak mengetahuinya, ini bisa menjadi masalah yang lebih besar dari ini" ucap Gempa. " Tapi...." Taufan terdiam, tidak bisa berkata apa-apa lagi. " Ufan! Apa maksudnya ini? Apa yang tidak kuketahui?" Tanya Blaze. " Aku juga. Sebenarnya, ada apa?" Tanya Ice mulai serius. Sedangkan Solar hanya diam saja. " Solar.... Kau mengetahuinya?" Tanya Gempa. " Iya, aku mengetahui aturan itu. Aturan bahwa semua pangeran atau putri harus saling bermusuhan dan dilarang peduli satu sama lain" Blaze dan Ice langsung membeku tak percaya. " A...apa?" Solar menunduk. " Maaf, aku mengetahuinya, tapi...." Gempa menepuk pundak Solar. Solar menatap Gempa yang menggeleng-geleng pelan sambil tersenyum. " Lalu, kenapa aku bisa berdekatan sama Taufan!??" Ucap Blaze. Suaranya terdengar parau.

" Sejujurnya, 5 tahun yang lalu, saat kau mendekati Taufan, ada yang melaporkannya ke ayah. Tapi, waktu itu dijabarkannya Taufan yang mendekati kau. Saat itu ayah marah dan menyuruh membawa Taufan. Taufan hampir saja dihukum mati jika aku dan Halilintar tidak ada di sana. Tapi, Blaze, sepertinya kamu sudah terikat dengan Taufan, makanya aku dan Halilintar menyembunyikan hal itu dengan berbagai cara" Gempa melirik Halilintar. " Mungkin.....alasan Halilintar melakukan hal itu, dan berkata seperti itu kepada Thorn, adalah untuk melindunginya, dan kalian semua"

Bersambung.....

Aku Menjadi Pangeran???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang