Gay?

1K 139 78
                                    

Third person POV

Jeongyeon langsung berlari ke kamarnya setelah mereka berpisah. Jihyo bilang dia ingin cuci muka dan sikat gigi dulu. Oleh karena itu perempuan kelahiran 96 ini segera masuk ke kamar mandi dan menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia menyadari bahwa wajahnya sudah memerah sekarang. Dadanya berdegup kencang. Hal ini memang sesuatu yang normal jika ia baru berinteraksi dengan Jihyo.

Ia segera membasuh wajahnya dan menyikat giginya sebersih mungkin. Ia ingin yang terbaik untuk Jihyo. Padahal Jeongyeon tau mereka hanya akan tidur, tidak pergi kemana-mana.

Setelah selesai, Jeongyeon keluar, dan mendapati Jihyo yang sedang duduk di kasur Momo sambil memangku kotak kecil berpita merah. 

"Hai!" Ucap Jeongyeon.

"Hai"

"Apatuh?" Tanya Jeongyeon, pura-pura tidak tau

"Hmmm... Ini buat lo" Jihyo menyodorkan kotak yang ada di pangkuannya kepada Jeongyeon.

"Kado nih ceritanya?" Ejek Jeongyeon. Ia membuka kotak itu dengan senang hati. Lalu tampangnya berubah karena terkejut melihat isinya.

"Nggak perlu segininya Ji" ucap Jeongyeon. Perempuan berambut sebahu itu terkejut ketika melihat isinya adalah sebuah jam tangan merek Rolex tipe Day-Date 36 Diamond yang harganya fantastis. 

"Katanya lo pengen yang abu-abu!" Ucap Jihyo

"Inget aja lo" Jeongyeon menyengir "Thanks ya beb"

"Hmmm anytime" jawab Jihyo.

"Suratnya dibacanya nanti aja" tambah Jihyo, membuat Jeongyeon tersenyum curiga.

"Kenapa? Romantis ya isinya? Lo malu ya?"

"Apaan sih nggak jelas lo!" Seru Jihyo. Perempuan bermata bulat itu segera menaikan badannya ke kasur Momo. Jeongyeon yang melihat itu segera meletakan kotak jam ke atas nakas dan berbaring di kasur miliknya sendiri.

"Katanya pengen tidur sama gue..." Sindir Jeongyeon, membuat yang disindir melirik malu-malu

"Ini kan juga tidur sama lo"

"Oh jadi gini aja maunya?"

"Emang......boleh... kalau...... gue di situ?" Jihyo bertanya ragu.

"Hhhh!! Buruan deh, satu..... Dua....." Jeongyeon malah menghitung, membuat Jihyo panik lalu pindah dan meringsek ke dalam pelukan sahabatnya.

"Aw...Ji tulang rusuk gue...."

"Bodo amat! Salah sendiri bikin panik!" Gerutu Jihyo. Perempuan bermata bulat itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Ya salah sendiri lo kenapa pan---Awww sakit Ji" belum selesai bicara, Jihyo malah menggigit lengan Jeongyeon duluan.

"Hehehe jangan ngeselin makanya"

"Psikopat dasar!"

"Engga ya!"

"Hhhhh" Jeongyeon mendengus, sementara Jihyo tertawa

"Tapi Ji, serius, yang bener dulu ini posisinya, emang lo nggak pegel kayak gini?"

"Ya udah deh gini aja" Jihyo membalik badannya lalu menarik tangan Jeongyeon supaya merangkul bahunya.

"Suka banget posisi kayak gini ya?" Tanya Jeongyeon dengan nada mengejek.

"Diem"

"Tadi sok nggak mau...."

"Diem"

"Eh ujung-ujungnya ngelendot"

"Diem sih ih" Jihyo yang kesal karena diejek terus-terusan segera menarik tangan kanan Jeongyeon yang menganggur dan meletakan ke atas kepalanya sendiri "Mending elusin aja daripada ngoceh terus, lo udah lama nggak elus-elusin gue gini"

Leader vs Prankster (Jeonghyo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang