02 - Halte Bikin Ha! « Challenged by Love »

190 43 105
                                    

Hallo^•^

Sekarang masih jam 6.30 menit. Walaupun masih sejam lagi bel berbunyi, tetapi gadis 15 tahun ini terburu-buru pergi ke sekolah yang letaknya lumayan jauh dari rumah, untuk itu dia harus menunggu di halte bus.

Tidak ada yang bisa mengantarnya ke sekolah karena semuanya begitu sibuk. Roma, ayahnya, kerja sebagai pegawai kantor di sebuah perusahaan kecil. Eni, ibunya, bekerja sebagai pencuci baju di sebuah laundry. Udin, tidak sempat karena harus pulang menemui istrinya.

Biasanya, Udin yang mengantarkan Pices ke sekolah. Namun, untuk hari ini Pices harus jalan kaki menuju halte.

Mobil, motor, hilir mudik mengejar aktivitas seperti biasa. Walaupun masih pagi, jalanan kota sudah ramai. Bagaimana tidak banyak polusi? Pagi-pagi udara sudah tercemar.

Jika Pices adalah seorang presiden, maka Pices akan menggantikan kendaraan polusi itu dengan sepeda. Tidak hanya lingkungan yang bersih, tetapi tubuh juga sehat dan langsing. Bagaimana? Apakah ada yang setuju bila dia menjadi presiden?

Oh tidak ada, ya? Baguslah kalau begitu.

Gadis berseragam putih biru itu menoleh ke samping dan dia menemukan seorang siswa berseragam sama dengannya yang sibuk mengecek jam di tangan kanannya.

Untuk mengusir kejenuhannya, dia memiliki ide jahil untuk siswa itu.

"Mas! Mas!" panggilnya seraya menepuk lengan siswa itu.

Siswa itu menoleh dengan wajah datar. "Kenapa?" tanyanya dengan suara berat khas anak laki.

"Bisa munduran sedikit enggak?" pinta gadis itu memulai aksinya.

Laki-laki itu mengangkat alis sebelah dengan gaya es berjalan membuat gadis ini merasa tertantang.

"Gantengnya kelewatan." Tanpa ragu bersama senyum bodohnya, gadis itu melancarkan aksi yang sama sekali hanya seperti ucapan biasa bagi siswa itu.

Pices melongo dibuatnya. Siswa itu, tanpa membalas, menatap ke depan seolah-olah tidak ada yang terjadi membuat Pices malu sendiri. Ha?

"Eh? Dicuekin?"

"Ha ha, ngakak! Ratu gombal dicuekin!"

"Kualat paling, makannya jangan suka gombal lo!"

Pices baru sadar bila masih ada banyak orang lain di dalam halte itu selain dirinya dan siswa itu. Betapa bodohnya ia yang menanggung malu sendiri.

Akhirnya, kendaraan beroda empat persegi panjang dengan warna kuning cerah secerah pegawai menerima gaji tambahan itu terparkir di depan para calon pengantin, eh, calon penumpang.

Mereka langsung berlomba-lomba untuk mendapatkan tempat duduk. Jika tertinggal maka ia harus naik dengan posisi berdiri yang sangat dihindari banyak penumpang tak terkecuali Pices.

Namun, mungkin ini bukan tanggal keberuntungannya. Jadi, dia harus berdiri sekarang bersama siswa yang tidak diketahui namanya Reza Rahardian, eh, di name tag-nya bertuliskan Reza R. Sehingga membuat Pices mengada-ngada.

Siswa itu mengernyitkan dahi, dia melepas earphone yang menyumbat kedua telinga kemudian menatap kesal Pices. Siswa itu mengangkat jari telunjuk dan mendaratkannya pada dahi Pices lalu mendorongnya hingga membuat Pices terhuyung ke belakang.

"Minggir!" ujar Reza dengan ketus.

Pices melotot tidak terima. Bukannya menjauh, dia malah semakin memepetkan tubuh hingga lengannya menyentuh lengan Reza.

Challenged by Love [ END ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang