07 - Misi « Challenged by Love »

67 20 55
                                    

Holla 😁🌈

Langkah kaki lebar berbalut celana biru tua itu menuju sebuah gang sempit dan minim pencahayaan.

Kakinya berhenti melangkah tepat di depan seorang wanita yang terduduk di kursi, dengan mulut dibekap, dan kedua tangan yang terikat.

Wanita yang berpenampilan acak-acakan itu memberontak saat menyadari mautnya sudah datang. Matanya berair dan bengkak, tenggorokannya kering karena sudah 6 jam ini dia tidak minum.

Remaja berseragam SMP itu melepas tas ransel dan melempar asal di tanah. Mata tajamnya menyipit dan kedua alisnya menyatu.

"Jalang," ungkapnya sambil tersenyum miring. Dia mengeluarkan sebilah pisau tajam dari selipan sabuk yang ia sembunyikan.

Wanita itu melotot dan menggeleng. Dia sudah merasakan panas dingin dan berkeringat. Tangannya bergerak, mencoba melepaskan tali, tetapi selalu gagal.

Remaja laki-laki itu berjalan perlahan-lahan dengan bilah pisau di tangan kiri. Senyum miringnya bagai pengantar maut bagi wanita itu.

Wanita itu mendongak dengan mata sayu kala remaja itu sudah berdiri di depannya. Tangan remaja itu terangkat dan dia melepas bekapan mulut wanita itu.

Setelah bekapannya terlepas, wanita itu terbatuk-batuk dan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. "A--apa se--semua i--ini?" tanyanya dengan suara yang tercekat. Dia butuh air.

Remaja itu tersenyum kecut. "Misi," jawabnya lugas dan mengangkat pisau di depan wajah wanita itu.

Tubuhnya sedikit membungkuk dan meletakkan ujung pisau di dekat telinga kiri wanita itu.

"Ja--jauhkan pi--pisau it--itu! At--atau sa--saya ak--akan teriak!" ancamnya dengan menatap ujung pisau itu takut. Apakah remaja ini akan menusukkannya di lubang telinganya? Oh tidak!

Remaja itu menggidikkan bahu acuh. "Teriaklah, enggak ada yang denger juga." Tempat itu sangat sepi dan berdebu, sudah lama tidak ada yang melewati gang ini karena angker.

Namun, Reza tidak takut akan mitos itu. Dia sangat suka kegelapan dan sepi. Dia benci keramaian dan raut kebahagiaan.

"Berengsek! Siapa Anda?!" teriak wanita itu yang kini langsung terbatuk-batuk. Reza tergelak hingga mendongak membuat wanita itu terheran-heran. Apa yang lucu?

Saat tawanya reda, Reza memegang kedua bahu wanita itu dan menatap bengis. "Gue maut lo!"

"Apa salah saya?! Uhuk! Say--saya tidak mengenal Anda!" teriak wanita itu frustasi dan kini terisak. Dia tidak mengerti di mana letak kesalahannya.

"Cih! Drama!" bentak Reza tepat di depan wajah wanita itu. Dia menodongkan pisau ke lehernya. "Berapa kata sandinya?!"

Wanita itu terbelalak. Dia memundurkan kepala hingga kepala belakangnya terantuk sandaran kursi kayu.

"San--sandi apa?" Wanita itu tidak mudah ditakuti dan tidak mudah memberitahukan rahasia.

"Nyari mati?" Reza kembali tersenyum kecut. Ujung pisau itu kini menancap di leher wanita itu hingga membuatnya berteriak nyaring. "Sandi atau mati?"

Itu adalah pilihan sulit yang tidak bisa ditentukan oleh wanita itu. Jika dia memberitahukan sama saja dia akan mati di tangan yang lain. Namun, jika dia tidak memberitahukan maka dia juga akan mati di tangan anak ini.

"Say--saya ti--tidak ta--tahu!" cicit wanita itu dengan menahan rasa panas dan ngilu. Kini tusukan itu semakin dalam dan darah segar mengalir.

"Bohong!" bentak Reza dengan mata memerah. "Pasti si Orien yang ngancem lo 'kan? Siapa lagi yang tahu?"

Challenged by Love [ END ]  Where stories live. Discover now