EPILOG

34.1K 1.8K 14
                                    

Absen dulu boleh?
Yang gak kangen aku silahkan dikomen 🌝🤣.

Harusnya pake mulded lagu. Yang judulnya 'mengukir senja'- cover kak Mitty Zasia.

Tapi entah kenapa di YT tuh hilang. Jadi ya sudah la yah 👯.

Happy reading!!

***

Rey dan Echa keluar dari ruang inap Argan.

Ternyata di luar ruangan sudah tidak ada Aldi, Felia dan yang lain. Echa sempat ingin bertanya pada Rey, tapi urung karna tanpa aba-aba cowok itu menarik tangannya.

"Ayo pulang," ucap Rey.

Echa mengamati wajah Rey dari samping, sambil terus mengikuti langkah lebarnya. Sepertinya Rey lagi nahan kesal. Echa tau, pasti karena adegan pelukan tadi.

"Stop, Rey." Echa menahan tangan cowok itu agar berhenti jalan.

Rey menuruti. Tapi Rey memilih tidak menatap barang sekali pun ke arah Echa.

"Kamu kenapa?" tanya Echa basa-basi.

"Gapapa," jawab Rey berbohong.

Echa manggut-manggut, pura-pura percaya. "Ikut aku yuk!"

Rey pun mengernyit bingung. Ingin protes, mana sempat, keburu Echa membawanya entah kemana. Echa berjalan di depannya dengan begitu antusias.

Batin Rey, mau ngapain lagi sih? Gue udah mau balik tau! 

Rey semakin dibuat keheranan. Pasalnya begitu keduanya menaiki lift, bukan basement yang jadi tujuannya, Echa malah tekan tombol lantai paling atas di gedung ini.

"Mau kemana sih? Udah sore, Cha. Gue capek," celetuk Rey buat Echa menoleh menatapnya.

"Ikut aja. Bakal nyesel kalo kamu gak nurutin aku,"

Begitu katanya? hell, Rey justru semakin merutuk dalam hati. Dia tidak suka sama yang bertele-tele kalo itu. Cukup waktu dulu dia bertele-tele soal perasaanya yang cemburu hingga bawa kabur Echa ke Bogor dan berujung kemarahan cewek itu. Duh malah meratapi nasib.

Ting.

Pintu lift terbuka secara otomatis. Echa kembali menarik tangan Rey, keluar lift. Keadaan sekitar di lantai teratas gedung ini terbilang cukup sepi. Jelas sepi, karna semua aktivitas dan pelayanannya ada di lantai bawa-bawah tadi. Paling lantai ini cuman untuk orang-orang dalem yang numpang lewat karna habis mendarat di atap gedung pake helikoper.

"Kamu tutup mata ya?" pinta Echa yang kini berdiri di depan Rey dan mengeluarkan scarf-nya dari dalam sling bag. 

"Enggak mau."

Rey berbalik badan ingin kabur, tapi Echa lebih gesit menahan pundaknya.

"Diem bisa gak!?" Echa lagi-lagi dapat penolakan dari Rey.

"Ngapain sih? Kamu ga usah aneh-aneh deh,"

Echa berdecak lalu lanjut berkata. "Gak terima protes. awas aja kalo mau kabur lagi!"

Secara terpaksa Rey pun diam, Echa bergerak kebelakangnya lalu mengikatkan kain itu. Beberapa saat, mata Rey berubah gelap. Hanya ada suara-suara dan aroma parfum dari scarf Echa yang bisa dirasakan.

"Jangan dibuka, scarf aku nya!" peringat Echa tajam sebelum Rey coba-coba bertingkah ngeselin lagi.

Rey hanya bisa bergumam ngejek. "Nye, nye."

Tak mau buang waktu lebih banyak lagi, Echa mulai menuntun Rey jalan.

Selama mereka jalan, Rey bener-bener tidak bisa nahan rasa penasarannya. Rey terus menggerutu hingga Echa yang kebawa sebal pun tak segan-segan memukul lengan cowok itu.

Senja yang PerihWhere stories live. Discover now