40 🌻🌻 Maintenance

31.8K 4.6K 1.3K
                                    

Ramaikan vote dan komentarnya 😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramaikan vote dan komentarnya 😘

Selamat membaca

🌻🌻🌻

Mama Melia :
Ada apa, Mas? Maaf teleponnya nggak keangkat, lagi nyetir.

Siang, Ma. Maaf sebelumnya mau kasih tahu dan izin kalau Dinara minta pulang ke tempat Mama, rencananya nginap di sana beberapa hari. Titip dulu ya, Ma. Nanti saya nyusul ke sana dan jemput secepatnya.

Mama Melia :
Mas Arya lagi keluar kota?

Mama Melia :
Oh, maaf ya banyak tanya. Nggak apa-apa, Mas, nggak perlu dijawab. Jangan sungkan, pasti mbak Dinar dijagain kok sama kita. Lancar urusannya ya, Mas.

Ponselnya baru aktif lagi setelah lebih dari satu hari kehabisan daya. Arya memicingkan mata demi mati-matian membaca rentetan pesan terakhir yang dia kirimkan pada ibu mertuanya tempo hari. Dia tidak membalas lagi, terlalu malu menjabarkan alasannya dengan percakapan tidak langsung seperti itu. Arya menggulirkan layar lagi, beberapa panggilan dan pesan bisnis yang masuk, tidak terjawab, belum terbaca, dia abaikan semua.

Matanya langsung berserobok dengan kontak Dinara yang terakhir kali dia kirimi pesan dua hari lalu dan tidak ditanggapi sampai saat ini. Arya melengos sedih, keadaannya dua hari terakhir setelah membuntuti Dinara pulang ke rumah Melia langsung tak keruan. Kondisi kesehatannya menurun drastis, dia kacau. Arya terkapar sendiri di tempat tidur tanpa siapa pun di unitnya selama dua hari.

Kepalanya nyeri, tubuhnya panas dan dia menggigil hebat. Arya kehilangan daya, tidur berjam-jam tanpa jeda, seperti sedang latihan mati. Dia tidak dapat dihubungi atau menghubungi siapa pun, sampai akhirnya si kembar Pramudya dan Pradnya ngotot mencari hingga melancarkan aksi untuk membuka paksa pintu unitnya dari luar.

“Aku bilang ya sama si mbak resepsionis gedung ini, kangmas ku lho wes dua hari ndak ada kabarnya. Mas ndak bales chat, Mas ndak angkat telepon, terus lama-lama nomornya ndak aktif lagi. Pasti hp nya mati, bener kan dugaanku?”

Pradnya mengomel, sementara Pramudya sibuk membuka lemari demi mencarikan Arya pakaian ganti.

“Coba ya adik-adiknya Mas Arya ndak ke sini, gimana nasib sampean toh, Mas? Kalau Mas mati sendirian ndak ada yang tahu gimana? Ini lagi kenapa kok ya rumah sebesar ini ndak pakai asisten, ndak ngerti aku sama kalian. Mbak Di memangnya sanggup bersih-bersih sendiri?” omelnya panjang. Pradnya memang cenderung lebih sering mengomel dibanding kembarannya. Tapi dia juga lebih ekspresif dan penyayang.

“Dinara ndak suka ada asisten stay di sini, tapi yang bersih-bersih ada kok tiap berapa hari sekali. Belum jadwalnya aja.”

“Kok aneh? Kenapa, toh?”

“Dia ndak suka ada orang lain di rumah, maunya berduaan aja sama mas.” Arya menyengir iseng, di hadapannya Pradnya menaikkan sebelah bibir, memberi tampang sinis sebagai reaksi.

DINARA [Tersedia Di Gramedia] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang