44 🌻🌻 Dinara dan Diana

59.2K 5.2K 1.6K
                                    

Hai, maaf kemarin nggak up karena aku telat cek hp hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, maaf kemarin nggak up karena aku telat cek hp hehe.

Ramaikan bab ini ya, selamat membaca!

🌻🌻🌻

Dinara tahu, setelah menikah dia harus belajar bertanggung jawab. Tahu kalau keinginan untuk terus lari dari masalah adalah hal yang wajar, tapi dia juga tahu bahwa yang dibutuhkan bukan lari. Bukan menghindar, mengubur, memendam dan terus bersikap seolah tidak ada apa-apa antar dirinya dengan Arya. Berjumpa sepuluh menit tiap sore dan berinteraksi seperti biasa. Bukan itu.

Dia diam di titik merasakan secara mendalam apa pun perasaan tidak menyenangkan itu, bergumul dengan masalah dan akhirnya mengerti apa yang sebenar-benarnya terjadi. Berumah tangga dengan Arya, berarti berkompromi dengan ekspektasi, karena sekarang dua kepala menjadi satu.

Dinara tahu tidak semua hal perlu ada jawabannya saat itu juga. Tidak semua hal yang dia kira masalah itu benar-benar masalah. Seperti saat ini, dia hanya perlu waktu, jeda, ruang dan akhirnya semua baik-baik saja.

Dinara memutuskan untuk melakukan pertemuan dengan Diana. Tanpa dendam di dalam dadanya.

“Kamu salah besar meminta saya ketemu kamu hari ini.” Adalah sapaan pertama yang didapatnya ketika wanita bernama Diana Ayu Sukmaningrum itu muncul dan menarik kursi di seberangnya saat ini.

Dia datang dengan seseorang, wanita muda berpakaian perawat yang duduk jauh dari mereka, turun dari sedan Lexus berwarna putih dan berdandan cantik seperti waktu baru bertemu pertama kali.

“Salah karena takut kalah?” tanya Dinara, tidak terpancing. “Atau justru udah punya banyak bekal buat berdebat soal cinta lagi?”

Diana mendecih sambil melepas kacamatanya dan tersenyum lebar. Satu kata untuknya di kesan pertama, cantik. Atau mungkin kesan kedua? Dinara tidak tahu pasti.

Yang jelas, jika sampai sekarang Arya tidak bisa lepas dari wanita ini, tentu kecantikan Diana adalah salah satu alasannya. Dia seperti dewi yang kebetulan sedang jalan-jalan ke bumi. Dia berpakaian seperti wanita yang lahir di keluarga bangsawan, dia bicara dan tersenyum tanpa mengintimidasi, tapi diam-diam Dinara merasa terintimidasi. Dia iri sekali pada sosok di hadapannya saat ini.

“Jadi, ada keperluan apa, Nyonya Arya Ranajaya?” tanyanya. Sudah sewajarnya Diana bertanya apa maksud dan tujuan dari pertemuan mereka hari ini.

“Saya mau mengajukan diri sebagai wali. Mas Arya kadang-kadang sibuk, dan saya senggang banget sebenarnya. Kalau ada jadwal berobat lagi dan perlu ditemani, bisa hubungi nomor saya.” Dinara menyodorkan kartu namanya. Benar, kartu namanya dari Diamanta Mahera. Tapi Diana mana peka soal itu, dia hanya tersenyum meremehkan.

“Saya punya suster sekarang, kalau kamu mau tahu.” Wanita itu manyeret kartu nama Dinara dengan telunjuknya. “Dan suami kamu yang menyiapkan itu.”

DINARA [Tersedia Di Gramedia] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang