🍀 7. Loh... 🍀

2.8K 276 43
                                    

Arumi pov.

Gue pun menutup pintu kamar dengan hati yang berbunga-bunga, kayaknya Kak Nathan udah mulai suka gue deh.

Sambil memegang kedua pipi gue yang terasa panas, gue berjalan kearah ranjang lalu menjatuhkan tubuh gue diatasnya.

"Gue harus buat apa ya biar Kak Nathan beneran suka sama gue?." monolog gue sambil menatap kearah langit-langit kamar.

'Cklek'

"Lo mau nitip apa, gue mau keluar." ujar kak Nathan tanpa basa-basi.

Gue pun cengkat dari rebahan gue.
"Emang kak Nathan mau kemana?." tanya gue.

"Kedepan. Beli makan." jawab Kak Nathan singkat.

"Rumi ikut ya!!!!." ujar gue bersemangat.

Tanpa menghiraukan perkataan Kak Nathan yang selanjutnya. Gue pun keluar dari kamar dan berjalan menuju parkiran yang ada di apartemen.

Sesampainya gue disana, gue pun berjalan kearah mobil nya Kak Nathan. Sambil menunggu kedatangan Kak Nathan, gue lihat ada satu anak kecil yang sedari tadi merhatiin gue banget Sedangkan ibunya lagi ngerumpi sama emak-emak laennya. Gue pun menyipitkan kedua mata gue kearah anak kecil tersebut.

Gak gue sangka-sangka ehh tuh anak masang muka judes bin tengil. Gak mau kalah gue pun memelototkan mata gue kearahnya. Gak lama kemudian anak kecil yang centil tapi tengil itu pun nangis dan buru-buru di gendong ibunya.

"Heh lo ngapain?." intrupsi Kak Nathan.

Gue pun mengalihkan pandangan gue kearah Kak Nathan.

"Hehe gak ngapa-ngapain." jawab gue sambil menggelengkan kepala gue.

"Masuk." titah Kak Nathan yang langsung gue turuti.

***

"Aku pesen sate ayam taichan, mie tektek, sama dimsum. Kalo minumnya milkshake oreo aja deh mba." pesen gue yang langsung di catat oleh mba pelayannya.

"Kalo mas nya?."

"Ayam bakar sama nasi terus minumnya coca cola."

"Oke kak.. Mohon ditunggu ya." ucap si mba itu lalu pergi.

Seperti biasa, gue pun tersenyum cerah kearah Kak Nathan.

"Ngapain lo senyum-senyum?!."

"Kak Nathan ganteng banget." ceplos gue seperti biasa.

"Kak Nathan." panggil gue.

"Apa."

"Kakak nanti kalo kuliah jangan diluar jakarta ya Kak." pinta gue sambil memasang muka semelas mungkin.

Gue takut aja nanti Kak Nathan kepincut sama Cecan-cecan kampus. Huhuuuu.

"Gimana nanti." jawab nya singkat.

"Kok gitu sih?! Gimana kalo Rumi ada yang godain disini. Emang Kakak ikhlas?." celetuk gue dengan gaya yang sok pede tingkat kuadrat.

"Ba-nget." tekan Kak Nathan dengan jari telunjuk ke arah jidat gue.

Gue pun menatap marah ke Kak Nathan.

"Gak punya hati." gumam gue sepelan mungkin.

***

-Satu tahun kemudian~~~

Udah hampir satu tahun gue jadi istrinya Kak Nathan. Tapi sifat Kak Nathan masih sama seperti biasa. Gak berubah sedikit pun.

sekarang kita berdua sedang dalam perjalanan ke rumah mertua gue. Iya ortu nya Kak Nathan. Katanya sih Kak Vinka hamil lagi. Gila ya keren banget Kak Reyhan tokcer nya gak main-main. Kapan-kapan nanti gue suruh Kak Nathan berguru sama Kakak ipar nya deh.

"Turun." titah Kak Nathan sambil membuka pintu mobil nya. Kita berdua pun turun dari mobil dan berjalan beriringan masuk kedalam rumah segede gedong ini.

'Tok.. Tok.. Tok'

"Assalamualaikum..." ucap kita berdua bebarengan.

"Waalaikumsalam.. Arumiii sini-sini masuk." ajak Kak Vinka antusias.

Lalu kita bertiga pun masuk kedalam dan berjalan kearah taman yang ada di rumah ini.

"Rumiii.. Mama kangen.. Kamu baik-baik aja kan, Nathan gak jahatin kamu kan?." cerocos Mama mertua gue tanpa henti.

Gue pun melirik kearah Kak Nathan sebentar.

"Sedikit Mah." bisik gue sepelan mungkin.

Gue pun mengedarkan pandangan gue ke segala penjuru arah. ada Nyokap, bokap, adek gue, suaminya Kak Vinka, Dedek Asta. Uhhh rame bangettttt.

"Oh iya panggangan nya mana?." interupsi Kak Vinka.

"Ada di gudang, sebentar Mama ambil."

"Ehh gak usah, biar Vinka aja Ma."

"Nggak nggak kamu kan lagi hamil." tolak Mamer gue.

"Ihh Vinka aja.. Lagian ditemenin sama Rumi kok. Ya kan Rumi?!!!."

"Iyaaa." jawab gue sambil tersenyum senang.

"Ayok." ajak Kak Vinka dan kita langsung berjalan menuju kearah gudang.

"Arumi."

"Apa Kak?."

"Kamu kalo di jahatin Nathan, Lawan. Jangan diem aja." nasehat Kak Vinka sembari mengusap perut nya.

"Gak terlalu berani Kak, Rumi nya." adu gue sambil memasang muka se-lesu mungkin.

"Ihh kenapa gak berani?! Nathan itu harus di lawan kalo nggak dia bakal seenaknya." ucap Kak Vinka menggebu-gebu.

Gue pun mengernyitkan kening gue bingung lalu meng-iya kan ucapan Kak Vinka. Ini Kak Vinka kok nyuruh gue buat cekcok ya sama Kak Nathan. Apa jangan-jangan hormon nya Kak Vinka lagi gedek banget ya sama Kak Nathan.

"Bentar ya Kak Rumi ambil pemanggang nya dulu disana." ucap gue sambil berlari kecil kearah ujung gudang.

Kak Vinka pun mengangguk lalu berkeliling sebentar di dalam gudang.

"Arumi." panggil Kak Vinka.

"Kenapa kak."

"Ihh liat deh jepitannya lucuuu." ujar Kak Vinka sembari menunjukan jepitan berbentuk pita itu.

Gue pun mengerutkan kening gue, kok jepitannya kayak gak asing gitu ya.

Mata gue pun membola ketika mengingat tentang jepitan itu.

"JOJO." ucap gue sedikit berteriak.

"Kamu kenapa teriak sih. Ngagetin tau." Protes Kak Vinka sambil mengusap-usap telinga nya.

Gue pun mengalihkan pandangan gue kearah Kak Vinka lalu memegang tangan nya erat-erat.

"Kak, Kakak sama Kak Nathan pas kecil tinggal di Bali?." tanya gue memastikan.

"Pernah. Emang kenapa?."

Gak salah lagi. Fix.

***

Bersambung...

Part selanjutnya insyallah aku up bsk ya..

Jgn lupa voment nya !!!

See u

Nathan Untuk ArumiWhere stories live. Discover now