troisième voyage

4.6K 544 34
                                    

Look who is me, isn't it delicate?
.
.
.
.
.
.
;











Apakah mungkin Jeno tersenyum padanya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah mungkin Jeno tersenyum padanya?

.
.
.
.
.
.

Sekumpulan anak-anak muda itu nampaknya sudah selesai. Mereka memberikan salam perpisahan sebelum akhirnya berpencar dan meninggalkan anak laki-laki bernama Jeno itu sendiri.

Jeno kini mengambil jaket denim yang ia taruh di pagar pembatas dan menyampirkannya di pundak. Ia menenteng skateboardnya dan berjalan ke arah Haechan.

Haechan tidak melihat Jeno datang karena ia mengubur kepalanya di lipatan lengan yang bertumpu pada lututnya.


"Sepertinya aku memang tidak berhalusinasi melihat seseorang memakai tuksedo."

Haechan mengangkat kepalanya dan melihat Jeno menarik sebelah bibirnya ke atas.

"Hey, aku Jeno."

Jeno mengulurkan tangannya. Haechan membulatkan matanya, kemudian mengambil tangan Jeno dan menggenggamnya erat.

"Kau... Kau bisa melihatku?!" tanya Haechan.

Jeno mengerutkan dahinya bingung.

"Jeno, lihat, aku pakai baju apa?"

"Tuksedo biru dan... ugh haruskah dibuat mengkilap?"

Haechan tidak peduli dengan komentar Jeno soal tuksedonya.

"Benar kan kau bisa melihatku?"

Jeno berdecak, "Bagaimana bisa aku tidak melihat seseorang secantik dirimu?"

Jeno tersenyum. Ia melirik ke arah tangannya yang masih Haechan genggam di depan dadanya.

Haechan tersenyum malu kemudian melepas tangan Jeno.

"Ugh, maaf."

Jeno tersenyum lebar. Ia melangkah untuk lebih dekat dengan Haechan, namun Haechan mundur melihat Jeno mendekat. Jeno tidak tersinggung, ia justru maklum.

"Jadi, apakah malaikat memang selalu muncul di jam selarut ini?"

Haechan menundukkan kepalanya. Ia biasa dipuji oleh orang-orang, namun tidak pernah sampai membuat wajahnya hangat.

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini dengan tuksedo itu? Oh, apakah kau mahkota kerajaan yang kabur karena tidak terima dengan pertunangan yang diputuskan sepihak?"

Haechan mengangkat wajahnya dan lagi-lagi matanya membulat. "Hey, aku tidak- "

"Aku hanya bercanda, tapi reaksimu selucu itu. Manis sekali." Lagi-lagi Jeno membuat Haechan tersipu malu.

D E L I C A T E  || NoHyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang