septième voyage

4.2K 443 63
                                    

Look who is me, isn't it delicate?
.
.
.
.
.
;

Ready for the last chapter﹖﹖﹖﹖

Ready for the last chapter﹖﹖﹖﹖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.....

"Tidak adil! Kau mencuri start!"


























.

.

.

.

.

Jeno mengantar Haechan kembali ke gedung. Ini sudah jam 6 sore, dan sebentar lagi, menurut Haechan, mobil limo nya akan datang.

Jeno menggenggam kedua tangan Haechan kemudian mengecupnya bergantian

"Ingat apa permintaanku tadi?"

Haechan mengangguk. "Ini aneh, kita baru bertemu dan menghabiskan waktu kurang dari 24 jam tapi aku seperti sudah lama mengenalmu."

Jeno tersenyum. "Haechannie, temui aku lagi. Masakkan aku sarapan, makan siang, makan malam. Tidur di kasurku dan kita berpelukan sampai pagi. Duduk di sofaku dan pakai hoodie atau jersey bolaku." Jeno mengelus tangan Haechan.

Ia menatap Haechan dengan tatapan,









rindu?


Entah, Haechan kurang mengerti.

Haechan mengangguk. Ia membiarkan tawa kecil keluar dari bibirnya,

"Secara tidak langsung kau melamarku, tahu."

Jeno tersenyum lebar. "Aku memang memiliki niat seperti itu."

Haechan tertawa, "Oh mulut manismu, Jen."

Jeno mengedipkan sebelah matanya, "Jadi mulutku memang terasa manis, hm?"

Haechan tersipu. Ia menundukkan kepalanya.

"Hey, Haechan, bukankah sekarang waktunya?"

Haechan melirik jam besar yang menempel pada gedung dan menjadi bagian dari desainnya. Haechan mengangguk. Sudah hampir jam 7, dan mobil limonya akan segera datang.

Haechan memejamkan mata dan mencium bibir Jeno.




Sejenak mereka larut dalam dunia mereka sendiri. Mereka tidak tahu sudah berciuman berapa lama, dan Haechan memutus ciuman mereka.

Jeno mengecup bibir Haechan untuk terakhir kalinya. Ia melepaskan pelukannya pada laki-laki manis bersurai madu itu.

"Sampai bertemu lagi, Haechan?"

D E L I C A T E  || NoHyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang