{ 06 }

552 86 46
                                    

Bagaimana rasanya di lupakan oleh seseorang yang bahkan nyaris setiap harinya tidak bisa hilang dari otakmu?

Menyakitkan tentu saja, bahkan ketika kita berusaha membuatnya ingat itu justru membuatnya semakin kesakitan.

Lalu apa yang akan kau pilih?

Terus memaksa egomu agar dia ingat padamu atau menganggap semua telah usai dan membiarkannya tetap melupakanmu?

Mungkin semua terasa lebih ringan pada opsi kedua bukan?

Tapi, biar kuingatkan sesuatu sebelum kau berpikir demikian.

Otak bisa lupa, tapi tidak dengan hati.

Dia mungkin melupakanmu, tapi tidak dengan hatinya yang berusaha menuntunnya untuk kembali mengingatmu walau itu berarti menyakiti dirinya sendiri.

Sanggupkah perasaanmu menariknya kembali dalam rengkuhanmu?

Entahlah, setidaknya itu adalah satu-satunya hal yang Nakahara Chuuya pikirkan.

Tapi kali ini, Chuuya tidak memilih satu opsi melainkan keduanya.

Ya, pria senja itu memutuskan tidak memaksa egonya namun pria itu masih berharap gadis itu akan tetap kembali pada rengkuhannya.

Karna rumah gadis itu bukan Dazai Osamu, tapi Nakahara Chuuya.

🍂🍁🍂

Semalam Chuuya sempat mengunjungi [Name] sekali lagi dan berusaha berharap gadis itu mengingat sedikit soal pertunangannya namun nihil gadis itu sama sekali tidak mengingat apapun soal pertunangannya dan bersikeras mengatakan dia masih berpacaran dengan Dazai Osamu.

𝑲𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒍𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏𝒌𝒖? 𝑻𝒂𝒌 𝒂𝒑𝒂, 𝒂𝒌𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒎𝒖 𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈, 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒄𝒖𝒎𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒂𝒕 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒏𝒋𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂𝒊𝒎𝒖 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏"

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, pria bersurai senja itu pun pulang membiarkan [Name] membeku karna ucapan spontan pria itu.

Dan pagi ini, Chuuya memutuskan mengambil cuti selama seminggu untuk menenangkan pikirannya yang masih kalut dengan kenyataan bahwa tunangannya melupakannya dan pada akhirnya Chuuya membiarkan Dazai yang menemani gadis itu karna Chuuya ingin menenangkan gejolak emosinya saat ini.

Chuuya baru saja selesai mandi dan menghela nafas berat sembari mengusap rambut senjanya yang basah menggunakan handuk.

Pria itu duduk di bangku balkon apartemennya sambil menikmati secangkir kopi hangat, aroma kopi itu sejenak sedikit menenangkan suasana hatinya yang kacau sejak semalam bahkan pria itu tidak ingat berapa jam lamanya dia menangis hingga manik Aquamarine nya sembab.

Chuuya menyesap kopi hitamnya lalu kembali menghela nafas berat, tangannya meraih ponselnya yang bergetar tanda ada pesan yang masuk.

Dazai
[Name]-chan mencarimu, kau
tidak kesini kah chibi?

Chuuya mendengus lalu mengetik balasan untuk Dazai.

Chuuya
Apa maksudmu aku chibi?!
Aku tidak bisa, temani saja dia.
Aku sibuk.

Dazai
Aku tahu kau berbohong chibi,
Kau pikir sudah berapa lama kita kenal?

Chuuya menggigit bibir bawahnya berusaha menahan emosi.

Chuuya
Diam kau maniak bunuh diri!
Itu bukan urusanmu dan lagi sebenarnya
masih menyukai [Name] kan?

Dazai
Tentu saja

Chuuya mendengus, kenapa orang ini sama sekali tidak berniat mengelaknya?
Chuuya meletakkan ponselnya tidak berniat membalas pesan menyebalkan Dazai namun kemudian ponselnya bergetar.

Dazai
Tapi itu tidak penting, karna saat
ini [Name]-chan membutuhkanmu
untuk ingat bukan aku.
Kisahku dengan [Name]-chan
sudah usai sejak lama dan takkan terulang lagi.
Aku sudah gagal menjadi rumahnya, gadis itu
hanya ingin pulang ke tunangannya bukan mantan
pacarnya yang bajingan ini.

Pesan panjang Dazai barusan membuat Chuuya berpikir sejenak, sesaat rasa bimbang kembali menguasainya.

Dengan cepat Chuuya menyambar jaketnya dan mengeluarkan motornya untuk segara menuju ke rumah sakit dimana tunangannya itu dirawat.

🍂🍁🍂

Gadis bersurai (H/C) itu menghela nafas berusaha mencerna semua penjelasan pria di sampingnya ini namun sesaat kemudian ada perasaan lega jika ternyata itu adalah pria itu bukan orang selain dia.

"Aku tidak ingin menceritakan soal putus itu"

[Name] terkekeh lalu menggeleng sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa kok, sepertinya lebih baik aku melupakan soal itu dan yang penting kita masih berteman seperti ini"

Dazai tersenyum.

"Kau benar"

[Name] menghela nafas sembari melihat keluar jendela lalu tersenyum.

"Aku pasti sudah menyakitinya"

"Tentu saja"

"Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya setelah ini"

Dazai terkekeh.

"Katakan saja 'Tadaima', aku yakin Chuuya sangat rindu mendengarmu mengucapkan hal itu"Canda Dazai, [Name] tertawa namun gadis itu juga setuju dengan candaan Dazai.

Karna gadis itu pun entah kenapa merindukan suara pria itu mengatakan 'Okaeri' padanya.

Gadis itu mungkin masih tidak ingat bagaimana pria itu bisa menjadi tunangannya dan bagaimana pria itu selalu menyambutnya ketika pulang.

Tapi, gadis itu entah kenapa bisa membayangkan betapa hangatnya sambutan pria itu.

Sayangnya dikala gadis itu asyik mengobrol dengan Dazai, sesosok Chuuya tengah berdiri mematung melihat keceriaan diantara mereka.

Dan, seorang Chuuya kali ini lagi-lagi dengan bodohnya membiarkan dirinya terjebak dalam salah paham tanpa berniat bertanya soal kebenaran apa yang dia lihat.


🍂🍁🧡 Next? 🧡🍁🍂

Back To You || BSDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang