23. Sofiya dkk

21.5K 1.9K 88
                                    

Katanya memfasilitasi kamar yang sesuai dengan identitas gendernya seperti feminim penting agar si pemilik kamar tumbuh dewasa menjadi perempuan yang feminim juga. Tapi tampaknya hal itu tidak mempan untuk Sofiya yang menjadi penghuni kamar bergaya girly sekaligus shabby chic itu. Ia terus-terusan menangis memukul-mukul kasur dengan memanggil-manggil nama Bagas dan mirisnya tidak ada yang mencoba menenangkan karena sahabatnya yaitu Nawang, Sarah, Wina dan Jesi malah saling adu bacot menyalahkan satu sama lain. Sampai adu bacot itu berakhir jambak-menjambak.

"Bodo amat sekarang ada dimana!" Teriak Jesi semakin kuat menarik rambut Sarah. "Sekali-kali mulut lo dijait biar gak keseplosan mulu!" Kesalnya.

"Ini kamar gue! Beraninya lo teriak-teriak!" Teriak serak Sofiya. "Gue manggil kalian ke sini untuk nyarikan solusi supaya Bagas ga marah lagi sama gue." Lanjutnya kali ini dengan putus-putus.

"Muak gue! Kalian dengar kan! sebenarnya kita sama aja dengan Lira di mata Sofiya! Jadi budak!" Ucap Jesi dengan emosi mengunung-gunung.

"Apa lo bilang?" Tanya Sofiya dingin.

"Apa?! Gue udah sabar dari dulu. Seharus lo mikirkan bagimana kita semua, bukan cowo lo!" Balas Jesi.

Mendengar itu kemarahan Sofiya semakin berapi-api. Dengan tidak sabar ia mendekati Jesi dan langsung menarik rambut sahabatnya itu.

"Lo emang iblis! Lo tega rusak masa depan orang." Kali ini Nawang yang bersuara seraya berusaha melonggarkan cengkraman tangan Sofiya di rambut Jesi.

"Lo buta ya! Ini semua salahnya Wina!" Ucap Sofiya membela diri.

"Anjing lo! Gue dari tadi gada nyalahin lo!" Wina membela diri dan menarik rambut Sofiya. "Lo malah nyalahin gue." Lanjutnya dengan menggretakkan gigi.

"Kalian harus sadar! ini semua gara-gara Sofiya!" Ucap Jesi di tengah rasa sakit pada kepalanya. "Arghhhh." Teriaknya lebih nyaring karena mendapat jambakan semakin kuat dari Sofiya.

"Sofiya lepas!" Nawang pun akhirnya ikut menarik rambut Sofiya.

Sofiya yang tidak tahan karena rambutnya ditarik oleh dua orang sekaligus akhirnya memilih melepaskan jambakannya pada rambut Jesi dan memegangi kepalanya yang semakin mendongak ke atas.

Dengan dendamnya, tanpa memikirkan rasa sakit yang membekas, Jesi ikut menjambak rambut Sofiya tanpa ampun.

"Papa! Tolong!" Teriak Sofiya.

"Lo lupa ya? Kunci serepnya kan lo curi!" Ketus Nawang mengingatkan.

Sungguh, kali ini Sofiya benar-benar menyesal atas apa yang pernah ia lakukan. Kalau dulu ia tidak mencuri kunci serep kamarnya, pasti orang lain dapat menolongnya saat ini. Di kamarnya sendiri, oleh sahabatnya sendiri Sofiya dikeroyok habis-habisan. Ia benar-benar tidak dapat melawan lagi sampai sahabatnya itu puas.

Sampai akhirnya mereka mendorong tubuh Sofiya ke lantai dan melayangkan satu tendangan di pinggangnya. "Mulai hari ini gue bukan sahabat atau budak lo lagi!" Ucap Jesi mantap dan langsung keluar kamar.

"Gue juga." Ucap Wina dan Nawang serentak dan menyusul Jesi.

"Sarah juga!" Ujar Sarah yang juga menyusul Jesi.

"Sudah mau pulang? Tolong ingatkan Sofiya jangan teriak-teriak ya, Om lagi ada diskusi." Ucap Papanya Sofiya yang sebenarnya hendak menaiki tangga menuju kamar Sofiya.

Yang diminta pun hanya mengangguk. Dan cepat-cepat keluar dari rumah itu saat Papa Sofiya kembali masuk ke ruang kerjanya.

"Gue mau minta maaf sama Lira. Kalau ada yang mau ikut, ayo." Ucap Jesi.

Teen Unplanned PregnancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang