#20 Menjaga Jarak

649 100 8
                                    

Taehyung cukup bingung saat ia tak bisa menghubungi Sana sama sekali. Bahkan runtutan pesannya tak kunjung mendapat balasan. Ia tahu tak seharusnya ia mengganggu Sana seperti ini. Mungkin saja Sana akan merasa risih dengan runtutan pesan yang ia kirim.

"Baiklah, sepertinya lebih baik aku menghapusnya saja," gumam Taehyung kemudian menghapus beberapa pesan yang telah terlanjur ia kirim pada Sana. Ia berpikir jika mulai detik ini ia akan mengurangi intensnya komunikasi mereka berdua.

Bukan tanpa alasan. Taehyung hanya takut jika semua rencana yang ia buat terbongkar begitu saja. Apalagi karena dari awal ia menggunakan nama Tzuyu. Akan terdengar aneh, bukan? jika ia lebih sering mendekati Sana dibanding Tzuyu? Bahkan saat acara penghargaan Sana memilih bersikap seolah tak mengenal Taehyung dan jujur saja itu membuat hati Taehyung terasa sangat sakit.

Lain halnya dengan Sana. Bukan tanpa alasan ia memilih mengabaikan pesan-pesan yang Taehyung kirimkan padanya. Ia bahkan ingat betul saat di acara MAMA beberapa minggu yang lalu di mana Taehyung melancarkan aksinya dengan menuliskan pesan singkat kemudian menempelkannya pada minuman milik Sana. Saat AAA ia memang tak sempat mengobrol banyak dengan Taehyung dan ia mengakui jika ia cukup merindukan pria Kim itu. Tapi ia terus meyakinkan dirinya sendiri agar tak berharap lebih. Ia tak mau tersakiti oleh harapannya sendiri.

"Tidak apa-apa, Sana." Sana mengusap air matanya, membuat Nayeon menatapnya bingung.

"Kau menangis?"

"Aniyo, mataku hanya terasa perih karena terlalu lama memainkan ponsel."

Meski Sana tak mengatakannya secara langsung, Nayeon tahu betul jika Sana tengah merasakan apa yang dinamakan jatuh cinta. Ia juga tak bisa menampik jika ia juga merasakan hal yang sama. Tapi hal yang membuatnya merasa sedih adalah karena Sana tak bisa berharap lebih sebab Taehyung justru menyukai Tzuyu.

"Sana-ya, apa kau tahu jika hati seseorang bisa saja berubah seiring berjalannya waktu?" tanya Nayeon sambil mengusap surai sebahu milik Sana. "Dan aku yakin hatinya mungkin akan berubah seiring berjalannya waktu."

"Eonni, aku sama sekali tak punya harapan lagi. Itu memang bisa terjadi, tapi aku rasa akan sangat mustahil," ujar Sana yang kemudian menatap ujung kakinya. Namun detik berikutnya ia kembali menatap Nayeon. "Aku akan mencoba untuk tak berharap terlalu lebih. Mungkin aku akan tulus menjadi temannya saja. Itu lebih baik, bukan?"

Nayeon mencubit kedua pipi Sana. "Aigo, aku tak tahu jika kau akan berpikir dewasa seperti ini. Aku akan selalu berdoa agar dia bisa menyukaimu suatu saat nanti."

"Gomawo, eonni."

*
*
*

Acara musik akhir tahunan memang selalu menjadi hal yang paling dinantikan bagi siapa saja. Bagaimana tidak? hanya pada acara inilah para idol bisa berkolaborasi lintas grup dan agensi. Mereka bisa berkolaborasi dengan siapapun untuk kemudian tampil di hadapan penggemar mereka.

Mulai hari ini Jihyo, Momo, dan Mina mulai berlatih untuk penampilan kolaborasi mereka. Sebenarnya Sana juga ingin melakukannya. Tapi ia bingung harus berkolaborasi dengan siapa. Itulah kenapa ia memutuskan untuk tidak melakukannya.

[Sana, apa kau baik-baik saja?]

Sana mengernyit mendapati pesan itu berhasil masuk ke dalam ponselnya. Dengan cepat jarinya mulai mengetikan balasan. Namun saat ia sadar, dengan segera ia menghapusnya kembali.

"Aniyo, ini akan terlihat seperti aku sedang menunggunya," gumam Sana yang kemudian kembali menonton TV sambil menyantap camilannya.



"Sana." Taehyung sepertinya sudah terlalu gemas sekarang. Bahkan ia sampai meremat ponselnya sendiri sebelum akhirnya melemparnya ke atas ranjang. Andai Sana ada di hadapannya, ia sungguh akan mencubit pipinya karena terlalu gemas.

"Tunggu." Taehyung menghentikan sejenak acara kesalnya. Ia kemudian tersenyum. "Itu artinya Sana sedang jual mahal? Ck, kenapa dia harus menggemaskan seperti ini? Argh, kenapa 2018 terlalu lama."

Jimin menatap heran Taehyung yang kini mulai menenggelamkan wajahnya di atas bantal kemudian menggerakan kakinya. Bahkan Jimin sampai tertawa dibuatnya karena Taehyung benar-benar terlihat lucu.

Jimin meletakan handuk yang baru saja ia gunakan kemudian duduk di tepi ranjang. "Tae, kau baik-baik saja?"

Taehyung mengulum bibirnya. Ia lantas berbaring ke arah Jimin dengan menopang kepalanya menggunakan tangan. Ia bersikap seolah tak terjadi apapun sebelumnya.

"Kau baik-baik saja 'kan?"

"Tentu saja. Memangnya kau pikir aku gila? Ya, aku memang sudah gila, tidak perlu mengatakannya."

Jimin kembali tertawa mendengar pernyataan Taehyung. Ia sungguh tak mengerti kenapa Taehyung bisa-bisanya membuat dirinya tertawa.

"Ah iya, kau mau pergi ke mana?" tanya Taehyung sebab ia merasa bingung dengan Jimin yang sudah rapi dengan hoodie putihnya. Benar-benar tak seperti biasanya.

"Aku harus berlatih untuk kolaborasi. Apa kau tidak melakukannya?" tanya Jimin, membuat Taehyung menggeleng.

"Aku hanya berkolaborasi dengan semua idol saat pembukaan."

Jimin memasang wajah kesalnya. Jika masalah itu ia juga sudah tahu. Bahkan dirinya juga sama-sama melakukannya. "Itu bukan kolaborasi."

"Artinya sama saja, bukan?"




"Seseorang menelponmu, Eonni." Suara Chaeyoung membuat Sana refleks mengangkat telponnya. Ia sungguh menyesal karena melakukannya. Jika sudah seperti ini, ia akan merasa bingung untuk mengakhirinya.

"A-aku sedang sibuk, bisa hubungi nanti saja?"

Sana mendengar jelas tawa dari seberang sana, membuatnya merasa gagal untuk melakukan aksi kebohongannya.

"Sana, hari ini kautak ada jadwal latihan sebab hari ini ruang latihan digunakan oleh para trainee. Bagaimana jika makan siang bersama? Kita bukan hanya berdua, aku mengajak Jackson dan juga Nayeon."

"Tapi, Oppa, aku sung--"

"Tempat makan biasa tempat kau bersembunyi saat malas berlatih. Sampai jumpa di sana."

Belum sempat Sana mengatakan penolakan, Mark sudah lebih dulu memutus sambungan telpon mereka. Sana sungguh ingin sekali memaki seseorang jika sudah seperti ini. Terlebih karena ia tak akan mungkin menolak ajakan dari Mark yang selama ini sudah dengan senang hati selalu membantunya.

*
*
*

"Sana, ayolah tersenyum," ujar Nayeon sambil mengaitkan tangannya ke lengan Sana. "Kita akan makan siang dan wajahmu malah terlihat sangat sedih. Tidak perlu memikirkan soal membayar karena Mark Oppa yang akan membayar semuanya."

Sana pikir Nayeon akan memahami dirinya sepenuhnya. Tapi ternyata tidak sama sekali. Bertemu dengan Mark hanya akan membuatnya dalam masalah. Ia tak bisa bayangkan jika saat makan siang Mark kembali menyatakan perasaannya. Ia sungguh tak mau jika itu terjadi.

"Sana, kenapa kau sa--"

"Apa lebih baik aku tidak ikut saja?" tanya Sana, membuat Nayeon memasang wajah sedihnya. Padahal ia sedang ingin makan sesuatu yang enak dan juga gratis. Tapi Sana justru ingin pulang.

"Kau harus temani aku," ujar Nayeon.

"Eonni, aku sungguh tak bisa bertemu dengan Mark Oppa secara pribadi seperti ini."

"Kenapa? apa kau sedang bertengkar dengannya?"

"Dia menyukaiku dan aku tak mungkin bertemu dengannya lagi setelah aku menolak cintanya, Eonni."

TBC🖤

28 Sep 2020

Acara MAMA-nya aku skip ya hehe

The Secret✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang