/10.00/

361 287 54
                                    


"My prince bgaimana kuliahmu?"

Ini sudah kesekian kalinya Se-ji bertanya. Sepertinya ia sangat mengkhawatirkan kehidupan putranya itu ?

"Seperti biasa,normal," jawab Taehyung seadanya.

"Jangan khawatir aku tidak akan mengecewakan eomma," jawab Taehyung diakhiri dengan helaan nafas lelahnya. Taehyung menyenderkan pundaknya ke sofa berbulu di ruang tamu.

Khusus weekend ini Taehyung berkunjung ke rumah orang tuanya, tidak memiliki kelas jadi bisa lebih santai.

"Aku hanya ingin memastikan, aku tahu kau tidak mungkin mengecewakanku," Se-ji mengelus pelan surai hitam putranya.

"Appa tidak pulang lagi?" dengan posisi yang sama seperti tadi Taehyung bertanya.

"Kerjaannya banyak, mungkin lembur di kantor," ujar Se-ji pelan, terselip nada ragu dalam kalimatnya.

"Atau memang sengaja tidak mau pulang?" tanya Taehyung lagi.

"Akh!"

Taehyung meringis ketika mendapat pukulan di lengannya. Ia menegakkan badannnya sambil melihat Se-ji.

"Dia itu ayahmu," tegur Se-ji kemudian hendak melayangkan pukulan lagi.

"Arasseo-arasseo, aku minta maaf," ujar Taehyung sambil menahan tangan ibunya agar tidak memukulnya lebih jauh lagi. 

"Mumpung kau berkunjung hari ini, Eomma ingin bertanya sesuatu"

Alis kanan Taehyung naik.

"Mwo?" tanyanya.

"Kau sedang berpacaran?"

Taehyung sedikit tersentak dengan pertanyaan itu. Ibunya tau dari mana, padahal selama ini ia sudah sangat berhati-hati jika ingin keluar dengan Se-mi.

"Ya" jawabnya singkat. Se-ji mengjerutkan alisnya, semudah itu untuk Taehyung mengaku? Apa ia sedang bergurau? Nadanya terkesan bercanda.

"Heol! Kan sudah kuperingatkan kau tidak boleh berpacaran," pekik Se-ji frustasi.

"Apa salahnya berpacaran,"

"Aku juga ingin hidup seperti manusia normal pada umumnya," balas Taehyung.

Se-ji menghela nafas pasrah, putarnya ini memang keras kepala.

"Ini peringatan yang terakhir," tegas Se-ji.

"Wae? Kau takut appa  meninggalkanmu?" tanya Taehyung tersulut emosi.

Se-ji diam. Ia tidak berani menjawab pertanyaan putranya itu. Sembilan puluh persen dari ucapannya tepat sasaran. Se-ji tidak bisa berkutik.

"Jika tebakanku benar, selesaikan masalah kalian berdua sendiri dan jangan gunakan aku sebagai tamengmu"

Taehyung segera bangkit dari sofa kemudian beranjak keluar dari rumah besarnya itu.

---

Ae-ri dengan segala persepsinya berjalan lemas di bahu jalan. Wajahnya terlihat lesu, tidak bersemangat. Entah kenapa Ae-ri merasa So-mi berubah. Tidak ada tatapan hangat yang dulu selalu wanita itu berikan ketika mereka bersama dulu.

Tiba-tiba perut Ae-ri berbunyi. Perutnya minta diisi lagi, padahal tadi ia sudah makan. Salah satu kebiasaan Ae-ri jika banyak pikiran, ia akan gampang lapar.

Sehabis makan, makan lagi. Jika nanti malam ia lapar, maka dan makan lagi. Hidup seorang Park Ae-ri hanya seputar makanan.

Toh hidup hanya sekali, nikmati selagi kau bisa. Lakukan apa yang kau mau selagi bisa. Prinsip yang Ae-ri pegang teguh selama ini.

Destiny√Where stories live. Discover now