/30.00/

231 120 39
                                    

Note: Jika menemukan typo silahkan di komen, menerima saran dan kritik terutama untuk cara penulisanku.

Happy reading 💜

---

"Ae-ri ssi,"

Suara riang khas Park Jimin menyapa indra pendengaran Ae-ri. Ae-ri berdehem, sebelum menjawab panggilan itu. Dirasanya, bulu kuduknya meremang sekarang. Bagaimana tidak, Taehyung duduk di sampingnya dengan menatapnya dalam. Tatapan seakan ingin menguliti dirinya tanpa ampun. Ae-ri meneguk salivanya sekali.

"A..aada apa menelfon?" dengan sedikit terbata Ae-ri menjawab.

"Ouh, mian menganggu kelasmu. Aku hanya ingin bertanya, biaya sewa buku komik untuk satu bulan berapa, aku lupa menanyakan kepadamu tadi sebelum pergi, " 

Dari panggilan itu Ae-ri dapat mendengar suara mesin kasir yang sibuk berkumandang, sepertinya saat ini keadaan kafe sedang ramai. Sebelum Ae-ri pergi ke kampus hari ini, Jimin bilang ia ingin mengurusi kafenya. Selain karena senggang, pria itu juga memang berniat baik ingin membantu. Tidak ada alasan untuk menolaknya.

"Sebulan? Lima puluh ribu won, " jawab Ae-ri lebih lancar sekarang, diliriknya Taehyung. Laki-laki itu sudah berhenti menatapnya. Pandangannya lurus ke depan.

Tanpa Ae-ri tahu, di balik saku celana Taehyung, kedua tangannya mengepal erat. Sebisa mungkin laki-laki itu mengontrol raut wajahnya agar tidak ketahuan jika ia sedang menahan emosi sekarang.

"Oo ok, gomawo,"

"Tapi apa kau kau sedang baik-baik saja, suaramu gemetar, apakah ada yang menganggumu?" tanya Jimin beruntun.

"Ah, aa... ni. Tenggorokanku hanya sedikit serak. Aku haus, " jawab Ae-ri kikuk.

Entah apa yang dipikirkan Ae-ri saat ini, yang jelas ia hanya berharap satu hal. Jimin tidak boleh tahu hubungannya dengan Taehyung dalam jangka waktu dekat ini, begini lebih baik. Berteman. Mengingat hubungan Jimin dan Taehyung tidak begitu akur, lebih baik Ae-ri tidak menjadi minyak di antara dua pria api ini. Tidak boleh sampai terbakar bersama-sama.

"Ohok!"

Tiba-tiba seseorang mengeluarkan suara batuk. Taehyung hanya menyengir tanpa dosa setelah melakukannya dengan sengaja. Ae-ri sukses melototkan matanya.

Plak!

Telapak tangan Ae-ri melayang guna mengelus pundak tegap Taehyung. Berbeda dengan elusan biasa yang terasa lembut, yang ini terasa panas dan sedikit menimbulkan rasa nyeri.

"Mwo!" kesal Taehyung setengah berteriak. Taehyung mengelus bahu kanan bekas Ae-ri pukul tadi.

Ae-ri mengeluarkan tatapan mematikannya, tangannya menunjuk-nunjuk Taehyung kemudian beralih membuat garis horizontal di depan leher dengan jempolnya. Taehyung menjulurkan lidahnya kemudian berbalik membelakangi Ae-ri.

"Nugu... "

"Sudah dulu ya, aku ada kelas lagi. Gomawo sudah menjaga kafe hari ini, lain kali akan kutraktir daging panggang yang banyak!! " setelah berujar begitu, Ae-ri langsung mematikan panggilannya sepihak.

"Ada apa denganmu sebenarnya," frustasi Ae-ri yang melihat raut wajah masam Taehyung. Tangannya sudah mengancang-ancang untuk menjambak jambang Taehyung.

"Jangan berhubungan dengannya lagi, jangan menerima telfonnya, jangan dekat-dekat dengannya..." Taehyung mulai mengoceh layaknya memberi ceramah saat upacara bendera.

Ae-ri memutar bola matanya malas, mulai lagi.

"Dia hanya tetanggaku, kita hanya sebatas itu tidak lebih, " terang Ae-ri.

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang