Perihal katanya

986 139 6
                                    

“Pernahkah kau bertanya, seperti apa bentuk— air tanpa wadah? —Cahaya Kirana Utari”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Pernahkah kau bertanya, seperti apa bentuk— air tanpa wadah? —Cahaya Kirana Utari


. . .





"Nanti catnya bagian sini aja ya, nak? Ibu pergi keluar sebentar dulu, kalau ada apa-apa bisa panggil anak saya, mereka ada diwarung dekat sini. Semangat ya ngecatnya!" seruan Ibu Yani sambil meninggalkan mereka didalam ruangan posyandu.

Mereka semua mengangguk dan tersenyum ramah, "Beli es yuk?" ajak Vanya sambil mendudukan dirinya diatas meja menghadap teman-temannya.

Ajeng yang berada dibelakangnya mendorongnya pelan, "Bangun lo! Cewek-cewek pamali duduk dimeja" cibirnya.

"YAELAH SIH, PAMALI AMAT— BU MALINYA JUGA GAK RIBET TUH?" sahut Vanya sedikit sinis.

Ajeng memutar bola matanya malas sambil mengambil koran untuk ditata dibawah lantai, supaya tidak terkena cat.

"Jadi gimana, mau es gak? Kalo engga, yaudah gue aja nih sama Hanin yang beli" tawarnya lagi.

Mereka sibuk masing-masing, membuat Vanya menghentakan kakinya dan menghebuskan suara kesalnya, "Ish.. Lo semua budek ya?"

Abi menoleh sambil menyekat keringatnya, "Apasih nya, beli aja udah nanti juga temen-temen minum. Gak usah marah gitu"

Vanya menunjukan cenggirannya. "heheh yauds, yuk nin?" sambil merangkul lengan Hanin.

"Sejujurnya ya, gue males ikut beli es sama lo, karena panas banget" Hanin sambil mengelap keringatnya sambil berjalan menuju warung yang jaraknya 30cm dari posyandu.

Vanya meliriknya sinis, "Yaelah, 30 centi doang itu. Lo kesandung juga sampe, lo lupa apa? Kata bu yani anaknya beliau ada disini. Gue ngajak lo buat liat penyegaran mata, lo emangnya gak mau?"

Hanin cekikikan, "Mau lah, yakali kagak"

"Eh iya itu sebelum dicat dicukil dulu ya temboknya soalnya gue raba-raba kayaknya nih cat bakal ngelotok kalau kita langsung tiban, oke?" jelas Gilang sambil meraba tembok yang ada dihadapannya ini.

"Siniin cukilnya, gue bantuin yang sebelah sini" sahut Laras sambil meminta alat cukil.

Sambil mengambil ia meratakan tembok yang bidangnya tidak sama, "Siapa lagi yang mau bantuin?" tanya Gilang.

"Gue deh" sahut Anjani sambil ambil cukil ditangan Gilang.

Tempat yang sudah bebas dari tembok yang mengelotok siap diberi warna oleh Rezi dan Abi mengenakan rolan dan kuas tangan yang dibawa.

"Kita gambar ini gimana?" tanya Reifan sambil menunjukan ponselnya. "Gue sih oke aja, bagus juga buat posyandu" kata Gilang menyetujui.

"Kalo menurut lo pada gimana?" tanya Reifan kembali, mereka semua mengangguk, "Tapi kalo bisa ornamennya ada yang ditambahin kayak hal-hal kids things gitu, gimana?" saran Maudy.

Nanti Kita Cerita KKN ft. 96 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang