Suatu hari di musim hujan, ada seorang perempuan berjalan diderasnya hujan. Wajahnya dingin, sedingin udara di musim itu.
Perempuan itu menghentikan langkahnya ditengah pepohonan tinggi disekitarnya. Ya perempuan itu ada ditengah Hutan dengan pakaian serba hitam. Memandang rintikan hujan yang jatuh dengan pandangan sulit diartikan. Sebuah senyuman tipis muncul dibibir manisnya.
Mendongakkan kepalanya dengan menutup kedua matanya membiarkan rintikan hujan terus berjatuhan membasahi tubuhnya bahkan wajahnya terbasuh oleh rintikan hujan yang begitu deras hingga perlahan ia membuka kedua matanya memandanginya langit yang sedang menangis dengan tatapan kosong sampai datanglah seseorang membawa sebuah payung cukup besar dan meneduhkan perempuan tersebut.
Senyuman tipis perempuan tersebut memudar melihat siapa yang datang.
"Kau tersenyum barusan."
"Tidak."
"Kau masih sama, sama dinginnya."
Perempuan tersebut tampak mengerutkan dahinya, berpikir keras apa ia pernah bertemu dengan lelaki berkulit putih, sangat putih seperti putihnya salju disampingnya ini.
"Aku tak pernah menyesal bertemu denganmu, mengenalmu seperti apa. Kamu memiliki jiwa monasrita yang sangat dingin dan tak tersentuh. Sulit sekali mengenalmu, bahkan karnamu aku rela diabaikan dan karnamu juga aku bisa menjalani hidup kembali yang kusesali sebelumnya, aku pernah ingin mati." ucap batin Lelaki tersebut dengan tersenyum lebar memperlihatkan gummy smilenya membuat perempuan cantik terpana.
Kata mereka aku adalah seseorang yang jumawa, padahal memang begini adanya aku terlahir dengan jiwa monasrita.
Membuatku dikelilingi banyak prasangka. Tidak mengapa, dijabarkan pun percuma hanya menambah praduga.
Aku bukan orang yang pandai bicara apalagi mengungkapkan rasa. Jadi kubiarkan saja segala gonggongan tak berupa layaknya janaloka.
Karena aku adalah monasrita yang satya.
Yang entah mengapa banyak pangeran berbagai wajah menggodaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa Monasrita
Teen Fiction"Kata mereka aku adalah seseorang yang jumawa, padahal memang begini adanya aku terlahir dengan jiwa monasrita." kata Anaphalis Javanica. Anaphalis Javanica adalah seseorang yang dingin tak tersentuh, tak suka berkomunikasi lebih lama dengan orang l...