(25) Hubungan yang Mulai Membaik

8.8K 537 18
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

HAPPY READING

Pagi ini, SMA Garena digemparkan berita membaiknya hubungan Albar dan Vanilla. Bukan hanya sekadar gosip, tapi memang sepertinya itu adalah fakta. Buktinya, Albar dan Vanilla berangkat bersama menggunakan motor sport merah milik ketua Arevas.

Sampai jam istirahat, pun, keduanya masih menjadi hot trending. Apalagi saat ini, keduanya tengah berjalan bersama menuju kantin.

"Gimana, enak, kan, tadi perut gue?" tanya Albar berbisik pada Vanilla yang berjalan disebelahnya.

Kepala Vanilla mendongak dengan dahi yang bergelombang, "Maksudnya?"

"Ck, pake pura-pura nggak ngerti. Tadi lo ngapain raba-raba perut gue?"

Blush!

Pipi Vanilla langsung merona karena cowok di sampingnya. Benar, saat dijalan, Vanilla sengaja meraba-raba perut keras milik Albar. Pikirnya cowok itu tidak akan merasa, tetapi nyatanya tidak.

"G-gue tadi, tuhhhh___"

"Wush! Gemesnya gebetan gue kalau lagi blushing," ucap Albar seraya mencubit pipi Vanilla gemas membuat sang empu mendelik.

Ekspresi Vanilla yang menggemaskan membuat Albar semakin gencar untuk melancarkan aksi yang lainnya. Mulutnya mendekati telinga Vanilla, "Kalau mau, jangan di perut doang. Tap___"

"Jangan mesum di sekolah!" delik Vanilla menatap Albar tajam.

Sebuah seringaian mulai muncul di wajah Albar, "Terus dimana, dong? Di hotel? Apa di rumah kayak kemarin?"

"Albarrr!!!"

Tawa Albar pecah, untung saja koridor yang mereka lalui tengah sepi akibat banyak siswa yang menghabiskan jam istirahatnya di kantin. Tangan Albar terlulur mengacak rambut Vanilla gemas.

"Kak Albar!"

Keduanya menoleh, mendapati Reina yang menatap Albar dengan tatapan yang sulit di artikan.

Albar sudah tau maksud kedatangan Reina kesini. Tentu meminta penjelasan.

"Kak. Kenapa sekarang Kakak campakin aku?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Melihat ekspresi Reina membuat Vanilla tidak tega pada gadis itu. Namun, ia juga tidak dapat berbuat apa-apa.

Sempat Vanilla berpikir apa salah kalau ia dekat dengan Albar. Tetapi, penjelasan Albar mengenai hubungannya dengan Reina membuat Vanilla optimis kalau ia bukan perusak hubungan orang.

Albar memandang Reina datar, "Salah gue campakin, lo?" tanyanya balik membuat kedua gadis didekatnya membelalak.

"Ka! Selama ini Kakak selalu ngasih harapan ke aku! Tapi___" air mata Reina mulai muncul. Dadanya terasa sesak saat jemarinya mengacung menunjuk Vanilla, "tapi kenapa semenjak ada dia, Kakak selalu nyampakin aku dan ngejadiin aku yang kedua?"

"Karena kita bukan siapa-siapa. Gue nganggep lo sebagai adik gue, doang. Karena, lo temen kecil adik gue, dan kita pernah tumbuh di tempat yang sama. Maaf kalau gue harus ngomong kayak gini, Na. Gue iba sama, lo. Gue tau, anak-anak disini pada nggak suka sama, lo, dan lo gak punya temen. Sebagai temen kecil, gue harus bertindak, right? Tapi, sayangnya, lo malah nganggep itu semua sebagai privillage."

"Bar," tegur Vanilla. Ia merasa kalimat cowok itu tidak layak di ungkapkan.

Senyum getir menghias wajah Reina. Cewek itu langsung menghapus air matanya kasar, "Ck. Brengsek, emang, lo, ya! Dasar PHP!" bentaknya dihadapan Albar sebelum ia pergi.

ALBARES MADAGASKAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang