(28) Pergi

8.3K 507 20
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMMENT, YA.

SUDAH SIAP BUAT COMMENT DISETIAP PARAGRAF?

*****

"Yang hidup akan mati. Yang datang akan pergi. Dan yang menghampiri akan kembali."

~Albares Madagaskar~

*****

Tubuh Albar terasa lemas setelah memasuki ruangan dengan warna putih yang mendominasi. Tangannya juga gemetar ketika mendapati tubuh orang yang sangat kita sayang terbujur kaku diatas brankar.

Matanya yang memanas, kini berubah memburam akibat mengeluarkan air mata yang sejak tadi ia tahan.

"Kak..." Albar mendekat dan menggelengkan kepalanya seolah tak percaya dengan takdir yang baru saja digariskan oleh Tuhan.

Sama seperti Albar. Dilla, Avira, dan Ardhan pun sama hancurnya setelah melihat orang yang mereka sayang pergi meninggalkan dunia ini selama-lamanya.


"Beberapa menit sebelum pergi, pasien meninggalkan surat ini. Dia meminta saya untuk memberikan ini kepada adik keduanya." Dokter dengan jas putih itu menyodorkan secarik surat pada Dilla, Albar, Ardhan, dan Avira yang berdiri sejajar di samping brankar Ariska.

Dengan tangan gemetar, Albar mengambil surat itu.

"Baiklah, kalau begitu, saya permisi terlebih dahulu." Ucap sang Dokter sebelum berlalu meninggalkan kamar bersama para beberapa perawat yang membawa jasad Ariska menggunakan brankar yang lain, brankar yang dikhususkan untuk jenazah.

"Ka-Ka Ar-is-ka." Isak Avira menatap kepergian sang Kakak yang jasadnya kian menjauh dibawa oleh para perawat.

Mengerti dengan keadaan, Dilla mengelus punggung Avira.

"Bar, coba kamu buka suratnya dulu!" titah Dilla lembut yang langsung dibalas anggukan oleh Albar. Entahlah, otaknya terasa bekerja menjadi lebih lamban. Padahal, sebelumnya ia berniat untuk menjaga jarak dengan Dilla.

Albar tertegun melihat kalimat demi kalimat dalam surat itu.

Teruntuk adik Kakak yang paling Kakak sayangi.

Albar, Kakak minta maaf atas semua kesalahan yang pernah Kakak lakuin ke kamu. Begitu juga dengan Ardhan dan Avira. Kakak ngelakuin itu semua, karena Kakak sayang sama kalian. Kakak nggak mau kasih sayang kalian buat Kakak, malah terbagi sama Dilla. Percaya atau nggak, kalian harus tau, Kakak benar-benar menyesal telah melakukan semua ini. Apalagi, yang menjadi target Kakak adalah adik Kakak sendiri, Ardhan. Kakak juga nggak menyangka, kalau hubungan keluarga kita jadi retak karena ulah Kakak. Kakak mohon sama kalian, jangan pernah kalian berantem lagi, ya? Kalian harus baik-baik aja seperti beberapa tahun lalu.

Ardhan, Kakak minta maaf atas semua yang Kakak lakuin ke kamu. Maaf, kalau kamu ngerasa kasih sayang Kakak lebih mendominasi sama Albar, tapi, Kakak lakuin itu karena Kakak paham, Albar itu rapuh. Dia bukan cowok yang kuat kayak kamu, Dhan. Dia butuh orang yang selalu ada di samping dia. Dan Kakak rasa, Dilla lah yang pantas buat ada di posisi itu.

Avira, adik Kakak yang paling cantik. Kakak minta maaf kalau jarang perhatiin kamu. Kakak bener-bener minta maaf. Kakak sebenarnya masih ada rasa kecewa sama kamu yang lebih perhatian sama Dilla ketimbang Kakak. Tapi, sekarang Kakak ngerti. Kamu kayak gitu, karena kamu masih canggung sama Kakak setelah kejadian beberapa tahun lalu. I love you, Vir. Kakak sayang kamu.

ALBARES MADAGASKAR (END)Where stories live. Discover now