(53) Malam Darah

5.3K 335 11
                                    

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMEN YA.

HAPPY READING

*****

"Jadi, selama ini lo orang yang bantuin Albar buat ngelindungin Vanilla dari Naufal?" tanya Firly seraya meminum minumannya.

Kini, didalam rumah Vanilla sudah ada Naya, Firly, Vinta, dan sang empu rumah yang tengah berkumpul membicarakan sesuatu.

Jangan tanyakan tujuan Vinta datang kerumah Vanilla. Tentu karena ia diperintahkan Albar untuk menjaga Vanilla.

Vinta yang duduk disebelah Vanilla mengangguk, "Lebih tepatnya, gue yang ngasih tau segala rencana yang dibikin sama dia ke Albar."

Sejak tadi, Vanilla hanya bergeming mendengarkan percakapan antara Vinta dan Firly. Sama halnya seperti Vanilla, Naya juga terus berdiam diri tanpa mengeluarkan suaranya untuk sekedar menimpal. Yang ada di pikiran gadis itu hanya satu, Rehan dan teman-temannya yang lain.

Kemarin, mereka mengatakan akan menghabisi anggota Morgana beserta Naufal yang selama ini menjadi dalang dan skenario besar. Keesokan harinya, anggota Morgana pun ditangkap atas tuduhan tindakan kriminal.

Iya, kriminal. Ingat bukan, ketika mereka menabraki Albar, Rehan, dan Febrio?

Namun, yang membuat Naya khawatir ialah, sampai sekarang ia belum mendapat kabar perihal keadaan Rehan dan kawan-kawannya. Bahkan, ia sudah menghubungi mereka satupersatu, tetapi tidak ada yang menggubrisnya.

"Nil. Lo harus tau, Albar tuh, sayang banget sama, lo," Vinta meletakan tangannya diatas punggung tangan Vanilla.

Lantas, Vanilla pun menatap Vinta dengan tatapan datar.

"Gue mantannya Albar, jadi gue tau sikap dia. Albar enggak pernah sebucin ini. Percaya, deh, sama gue."

Vanilla masih bergeming. Ia tidak harus mengatakan apa. Di satu sisi, ia merasa kecewa dan hancur karena Albar mengatakan kalimat yang paling ia benci, tetapi, fakta lain mengatakan kalau Albar melakukan itu atas perintah orang lain.

Merasa Vanilla tidak ingin membahas hal ini, Firly pun langsung mengeluarkan suaranya, "Eh, iya. Lo semua, udah pr dari Pak Ronald______"

JDUG!

Keempat gadis itu langsung bangkit dari duduknya setelah mendengar pintu utama yang ditendang oleh seseorang hingga terbuka.

Netra Vanilla membelalak setelah melihat pelakunya.

"Dilla," gumam empat gadis itu bersamaan.

Dibelakang Dilla, sudah ada empat anggota Morgana yang masih bisa menghirup udara bebas.

Vanilla menoleh kearah teman-temannya. Mereka menampilkan ekspresi ketakutan. Bahkan, tubuh Firly sampai gemetar.

"Kabur," perintah Vanilla seraya menarik Vinta yang ada disebelahnya. Lalu, diikuti oleh Naya dan Firly.

"Kejar, tolol!" seru Dilla pada anggota Morgana yang ia bawa. Lantas, terjadilah aksi kejar-kejaran dirumah Vanilla.

ALBARES MADAGASKAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang