Ratna mendapati Jalu yang menungguinya sebelum auditorium, pemuda cepat-cepat menyamakan langkahnya dengan Ratna.
"Ratna, gue minta maaf, serius gue minta maaf karena pemikiran dan kata-kata gue yang menyinggung elo."
Ratna berusaha menarik senyumnya.
"Iya, dimaafin kok Lu, kitakan saudara seangkatan. Iyakan?" Jalu mengangguk.
"Ya walapun gue cewek, gue tuh suka mesin makanya lanjut dijurusan ini. Jujur awalnya gue juga minder ngeliat banyakan cowok dari pada cewek di sini. Tapi ya... mau cewek mau cowok kita punya kesamaan. Kita manusia, dan kita sama-sama suka mesin."
Ratna menghentikan langkahnya.
"Gue tahu ga semudah itu suka sama orang yang telanjur elo benci entah dengan alasan apapun. Gue gak minta elo suka sama gue Lu, enggak. Tapi coba deh kenal gue, lihat gue dari sisi yang lain. Kalau sekarang elo ngeliat gue sebagai Ratna yang nasi sisanya dimakan seangkatan, coba liat gue sebagai Ratna yang lari tiap hari di minggu ke3 karena menanggung setiap kesalahan teman angkatannya."
Jalu terdiam lama.
"Inget?"
"Hem."
"Lo masih merasa gue diistimewain?"
"Gue minta maaf Na."
"Iya, udah minta maafnya, gue maafin. Mungkin gak sekarang Lu, tapi gue bakal jadi mahasiswa perempuan Teknik yang hebat dan gak kalah sama laki-laki." Jalu mengulas senyum hangat lalu mengangguk.
Perempuan disampingnya ini punya semangat besar, pintar, dan rasa percaya diri yang luar biasa hingga ia terlihat bersinar dari yang lain.
Bukan karena Ratna perempuan, Jalu kini sadar Ratna terlihat menojol karena ia lebih mencintai mesin dari yang lainnya.
Jalu sejujurnya iri pada aura itu.
"Yuk balik ke forum." Jalu tersetak kala Ratna yang lebih pendek darinya merangkulnya bak teman akrab, seperti Ratna merangkul Adam, Hutomo, Asa dan Mahesa teman dekatnya.
"Na?"
"Hem?"
"Gue boleh jadi temen lo?"
Ratna tekekeh.
"Boleh."
Sedangkan dari jauh dua sahabat lama yang tadinya melempar canda langsung terdiam melihat interaksi itu.
"Lihatkan? Berkat gue mereka jadi temen. Harusnya gue yang jadi kabid kader bukan elo Na."
Nareshta memutar bola matanya malas.
"Iye kalau lo gak macem-macem terus di-cuti-kan secara paksa, lagian gue minta elo ngasih pelajaran doang Karin, kenapa mereka jadi sedeket itu?"
"Cieee cemburu... kan kata lo bukan pacar." Ledek Karin, Nareshta mengacak rambutnya sendiri.
"Aaaaaaa kenapa gue harus bikin scenario kayak gitu sih? Ratna gak bilang apa-apa tadi Rin?"
"Kagak, tapi sebagai perempuan gue yakin," Karin menepuk dadanya sendiri. "Sakit bruh."
"Kan demi kebaikan dia juga, lagian POROS tinggal seminggu lagi. Nanti juga sayang-sayangan."
"Cuih sayang-sayanggan." Karin tertawa remeh.
"Na, btw Junot baik kabarnya?"
"Rada gila kayak biasa. Lo taukan julukannya, diem-diem bangsat? Ya masih gitu kalem, tenang, senyum, tahu-tahu cepirit."
Bahu Nareshta jadi sasaran pukulan Karin yang tidak tahan pada jokes recehnya.
"Lo tungguin bubaran POROS aja Rin, sekalian ketemu anak-anak. Undangan lo sampain langsung."

YOU ARE READING
POROS
Teen FictionSolidarity M Forever! Semua tahu jika slogan itu sudah menggema dari Teknik Mesin berarti akan ada warga mesin yang baru. Ya, setiap mahasiwa baru Teknik mesin wajib mengikuti sebuah kegiatan jurusan yang bernama POROS sebelum resmi jadi warga tekni...