2

41 2 0
                                    

"Nih dipake" Ujar Cenna sembari melempar hoodienya ke arah Hana. Sayangnya tidak digubris oleh Hana.

"Dipake" Paksa Cenna lagi.

"Gamau" balas Hana pendek.

"Jangan bawel deh. Gue tahu lo kedinginan." Ujar Cenna lagi.

Kenzo yang melihat adegan dua orang di dalam mobil ini hanya menggeleng-geleng sambil fokus ke jalan. Karena sekarang giliran dia yang menyetir. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang dari pantai. Sebenarnya mereka bertiga ingin berlama-lama di pantai sampai sore. Alasannya karena ingin melihat pemandangan matahari terbenam. Tapi sayang sekali keinginan itu tidak bisa terpenuhi karena memasuki waktu sore, langit tiba-tiba berubah menjadi gelap seiring dengan datangnya angin yang cukup kencang.

Mereka memang tidak segera pulang. Di pertengahan jalan mereka berhenti di salah satu masjid yang tidak jauh dari lokasi pantai. Selain untuk menunaikan sholat, mereka bertiga ingin istirahat sembari nunggu hujan agak sedikit mereda. Karena bahaya sekali jika memaksakan diri membawa mobil di tengah-tengah hujan dan angin yang cukup kuat seperti ini.

Hana menyesal karena tidak membawa jaket pada saat berangkat tadi. Alhasil dia harus berkali menggosok-gosok kedua telapak tangannya dan sekali-kali meniupnya berharap rasa dinginnya bisa berkurang. Bahkan ketika sampai di dalam mobil pun Hana masih melakukan aktivitas yang sama. Boro-boro dia memilih tidur, yang ada dia bakal mati kedinginan. Cenna yang sejak dari masjid melihat tingkah Hana, akhirnya melepas hoodie yang dipakai dan diberikan ke Hana dan meminta gadis itu memakainya. Tapi dasar Hana yang keras kepala, dia memilih untuk tidak menerima hoodie milik Cenna.

"nggak apa-apa. Bentar lagi nyampe kan" elak Hana sambil menyerahkan kembali hoodie milik Cenna. Padahal dia tahu kalau jarak tempuh perjalanan mereka masih jauh.

"Pake!" Kali ini suara Cenna sedikit meninggi. Tidak mau berdebat, akhirnya Hana mengalah dan mengambil hoodie tersebut. Bukannya dipake, Hana justru menjadikan hoodie itu sebagai selimut yang menutupi bagian depan tubuhnya. Ajaib, rasa dingin yang dari tadi mendera tubuhnya mulai menghilang secara perlahan.

---

Cenna Pov

"Han, bangun. Udah sampe nih" gue mencoba membangunkan Hana dari tidurnya. Saat ini mobil kita sudah sampai di depan kosan Hana. Beruntung masih pukul 9 malam. Artinya Hana masih bisa masuk ke dalam. Peraturan di kosannya Hana ini lumayan ketat. Tidak boleh pulang atau keluar di atas pukul 10 malam. Selain tidak baik, itu juga bakal gangguin penghuni kos yang lain.

Hana sama sekali tidak bereaksi. Kali ini Kenzo mencoba membangunkan juga.

"Mbak, bangun. Udah nyampe nih."

Apa mungkin karena gue banguninnya cuma modal suara, jadinya Hana nggak bereaksi sama sekali? Akhirnya gue ambil pena yang ada di dashboard, dan gue colek tangannya pake ujung pena.

"Han, bangun"

Yup berhasil. Gue lihat Hana mulai menggerakkan matanya. Walau masih ditutup, tapi gue bisa lihat kalau matanya bakal dibuka sebentar lagi. Sambil mengucek kedua matanya, gue lihat Hana mulai beradaptasi dengan pencahayaan yang ada di dalam mobil.

"Udah sampe ya?"

"udah"

"Duh maaf ya gue ketiduran"

"Iya nggak apa-apa. Sana buruan masuk, ntar dimarahin ibu kos gara-gara pulang malam" ujar gue yang sebetulnya tahu banget bu kosnya sangat jarang marah sama Hana.

"ohya ini ntar dimakan. Gue tahu lo kalau malam suka kelaparan" ujar gue lagi sambil menyodorkan ayam penyet yang tadi sempet gue beli di pinggir jalan.

Shall weTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang