FZ | 29

269 14 13
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Siswa/i sudah berhamburan keluar dari kelas setelah menjalani pelajaran yang super banyak itu.

"Ga, ayo cepat!"

Arga melirik sebentar lalu kembali membereskan buku dengan santai.

Lina yang melihat itu segera membantu Arga supaya bisa selesai dengan cepat.

Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Masih ada beberapa kendaraan di sana.

Arga membuka kunci mobil terlebih dahulu barulah mereka masuk ke mobil.

"Lin kayaknya gue enggak bisa temani lo ke rumah Lutfi," ujar Arga tiba-tiba.

Lina mengernyit heran. "Kenapa? Tapi tadi lo mau nganterin gue."

"Enggak tahu, pas nyusun buku tadi di kelas dada gue tiba-tiba sesak." Arga menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata.

"Kenapa lo enggak bilang dari sih Ga? Obat lo mana?" tanya Lina dengan nada khawatir.

"Di tas." Arga sedikit menekan dadanya agar sesak bisa mereda.

Setelah menemukan obat Arga langsung saja Lina memberikan obat itu ke Arga. "Ini minum."

Arga memasukkan obat itu ke dalan mulutnya dan langsung meminum minuman yang Lina kasih.

"Ya udah lain kali aja kita ke rumah Lutfi, kita pulang aja. Biar gue yang nyetir ya Ga."

Arga hanya mengangguk saja, karena tubuhnya memang sudah lemas.

Lina turun dari mobil untuk berganti posisi. Sedangkan Arga hanya tinggal berpindah.

Setelah Arga pindah, Lina pun masuk ke kursi pengemudi.

"Masih sesak?"

"Udah lumayan kok, Lin."

Lina mengangguk, lantas memutar kuncinya dan menghidupkan mesin mobil. Lalu menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.

***

"

Papa kalau mau balik kerja lagi, gapapa kok Pa."

"Udah enggak ada kerjaan lagi kok, kamu tenang aja."

"Aku tahu, Papa pasti bohong. Papa udah beberapa hari ini kan izin terus. Pasti kerjaan Papa numpuk, aku gapapa kok Pa."

"Kamu beneran gapapa, Papa tinggal?" Lutfi lantas mengangguk. "Ya udah, Papa pergi dulu ya. Papa bakal cepat pulang kok. Kamu istirahat aja ya."

"Iya, Pa."

Tara pun keluar dari ruangan ini. Pintu kembali tertutup. Sunyi mulai menyapa Lutfi. Bohong kalau dia baik-baik saja. Nyatanya, saat ini dia masih belum percaya bahwa ini bukanlah mimpi semata. Tapi ini nyata, ini sudah menjadi takdirnya.

Dia turun dari ranjang, memikirkan hari esok membuatnya semakin sedih. Mending, dia ke taman untuk menenangkan pikirannya yang kalut ini.

Untunglah dia sudah terbebas dari segala peralatan medis yang menempel ditubuhnya. Jadinya dia bisa bergerak lebih bebas. Ya walaupun dirinya tidaklah sebebas dulu.

Sampai di taman, masih banyak orang di sana. Tapi, ada satu bangku yang menarik perhatiannya. Di sana, sudah ada teman yang baru-baru ini dia kenal. Angkasa.

"Kasa," panggil Lutfi. Dia menghampiri Kasa saat melihat anak itu membalas sapaannya dengan senyum indah miliknya. Masih dengan infus yang menempel di tangan kirinya serta wajah pucatnya.

"Udah lama di sini?" tanya Lutfi.

Kasa menggeleng. "Baru-baru aja kok. Kalau sore, biasanya gue selalu ke sini. Ini tempat favorit gue."

"Sama dong, gue juga jadiin taman ini sebagai tempat favorit gue di rumah sakit. Ya walaupun masih banyak orang di sini. Setidaknya kita enggak merasa kesepian dan bisa menikmati indahnya lalu lalang."

"Oh ya, gimana sama pemeriksaan lo?" tanya Kasa.

"Gue positif kanker otak stadium tiga. Enggak tahu deh, bakal bisa sembuh atau enggak. Gue nggak berharap banyak."

"Lo pasti bisa sembuh kok. Lo harus semangat terus. Jangan mudah menyerah. Ingat, rahasia Allah pasti akan indah."

Lutfi tersenyum. "Lo itu salah satu orang yang buat gue kuat terima kenyataan ini. Doain gue, ya. Semoga besok, kemo pertama gue lancar."

"Aamiin. Gue selalu doain lo kok. Teman pertama gue," jawab Kasa.

"Teman pertama?" tanya Lutfi heran.

"Eh, maksudnya teman pertama di rumah sakit ini yang seumuran."

"Ooh, gitu."

Mereka menghabis sore yang indah itu berdua. Bercerita banyak hal tentang kehidupan mereka yang miris. Walaupun begitu, kekehan mereka selalu terdengar indah. Seakan apa yang mereka rasanya hilang seiring hilangnya matahari.

***

Semoga suka dengan part ini, ya.
Maaf aku ngaret lagi, hutf ...

Love you, All.

02.11.20

Friendzone✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang