Part 3 (JELLY)

12 0 0
                                    

Bel berbunyi, semua siswa pulang dengan riang. Tapi, tidak denganku. Tugas matematika ini sangat banyak dan harus selesai besok pagi. Sam, ia berdiri di dekat pagar sekolah dengan kebiasaan tangannya yang masuk ke dalam kantung celana. Entah mengapa, melihatnya dari jauh, sudah mampu membuat air mataku menggenang di bola mata. Hanya karena hukuman yang memang pantas kudapatkan, aku menangis. Cengeng~ memang. Percayalah, matematika adalah mata pelajaran yang sangat tidak kusuka. Bagaimana aku bisa bertahan berlama-lama pada hal yang tidak kusukai?

Sam: "Lah, lo ngapa, Sya?"

Ia melihatku dari kejauhan, aku berjalan sangat lambat menuju arahnya.

Sam: "Berat? sini, gue bawain."

Aku diam karena bukan itu masalahnya. Terlihat kekanakan, namun percayalah, Sam yang selalu terlihat keren di hadapan perempuan-perempuan luar sana, akan berubah menjadi seorang bapak berusia 50 tahun...

Sam: "Ya ampun, jangan bilang gara-gara lomba tadi pagi? "

Aku: "bukan..."

Sam: "Terus? Muka lu bête banget gitu, temen di kelas lo jailin lo? Siapa sini biar gue omongin gak usah gitu banget ngeledek orang lain."

Aku: "Banyak..."

Sam: "Hah? Serius banyak? Siapa aja?" , ya bapak-bapak berusia 50 tahun yang sedikit bodoh nan polos.

Aku: "Susah..."

Sam: "Ya lo tinggal sebut namanya aja kenapa susah? Apa perlu lewat sms?"

Aku: "PR gue banyak! Dan susah!"

Sam menghela nafas berat, menenggakkan kepalanya ke atas dan berdoa, "Tuhan... apakah saya berdosa karena telah panik setengah death pada seseorang yang modelnya seperti ini?"

Kemudian aku menarik tangannya keluar sekolah,

Aku: "AYO BELI JELLY AJA!"

My Private MachineWhere stories live. Discover now