SENJA O.6

2.1K 310 33
                                    

"Loh, mas Chan? Tumben di apartemen? Biasanya kalau lagi ndak ada kerjaan ya main ke sekret BEM atau jalan-jalan." Jisung menatap bingung pria blasteran yang tengah menyesap cola sambil menonton sesuatu di laptopnya.

"Lagi males dek."

"Oh." Si manis menangguk. Masih sambil menenteng tas dan sebuah paper bag  berisi makanan buatan sang ibu, Jisung berjalan lesu kearah ranjang lalu lanjut melempar tas ke lantai dan berakhir menuju dapur untuk meletakkan beberapa lauk pauk.

"Mas sudah makan?" Tanya Jisung dengan sedikit berteriak. Dia tau kalau Chan tidak pernah menonton dengan volume yang kecil, takut pria itu tidak mendengarkan pertanyaannya.

"Belum."

"Sini mas, Jisung ada dikasih sedikit makanan dari buk'e."

Dia kira Chan tidak akan merespon tawarannya. Namun beberapa menit kemudian pria itu berjalan santai menuju ke counter dapur.

"Enaknya yang habis dikasih makanan."

"Opo to mas?" Jisung mengerucutkan bibir.

(Trans: "Apa sih mas?")

"Serius. Aku nggak pernah loh dikirimin kayak gitu. Pas liburan balik kerumah aja aku jarang makan bareng sama Mama Papa."

ah, Jisung lupa. Chan memang pernah bercerita padanya kalau pria itu memiliki hubungan yang kurang baik dengan kedua orang tuanya. Sang ayah hampir tidak pernah pulang karena sibuk bekerja, sementara ibunya pun sama. Chan dirawat dan dibesarkan oleh pembantu keluarga mereka, itulah kenapa suasana canggung setia melingkupi kala Chan pulang saat hari libur tiba.

"Sabar ya mas, nanti ada masanya Mamanya mas bakal kasih perhatian buat mas. Toh mas anak satu-satunya kan."

"Makasih ya Ji, kamu memang paling bisa ngertiin saya."

Suara kekeh ringan mengalun dari bibir manis pria yang lebih muda, "Enggak lah, yang bisa ngertiin mas tuh ya Hyunjin. Kan pacar mas to."

"Kamu salah." Suara Chan secara drastis berubah memberat. Hela napasnya tak selega diawal, "Dia nggak sepeka itu buat ngerti kegelisahanku. Dia masih kayak anak-anak yang polos dan harus dijaga. Hyunjin itu tumbuh dikeluarga yang hangat, penuh akan limpahan kasih dan sayang. Mana mengerti dia tentang hal-hal seperti itu Ji."

"Mas Chan,"

"Aku merasa cuma kamu yang bisa baca perasaanku. Sementara yang lainnya apa? Mereka cuman sekedar penasaran sama cerita keluargaku tanpa ada embel-embel perduli didalamnya."

Chan maju selangkah, mempersempit jarak antara dirinya dan Jisung, "Rasa nyaman itu aku sadari kian kuat tiap aku dekat sama kamu."

"Tunggu dulu, ini mas ngomongin apa? Jisung ndak ngerti. Jangan serius-serius to mas, buat canggung jadinya." gumam Jisung dengan nada yang dibuat seceria mungkin. Rasanya tidak enak saja kalau harus terlibat pembicaraan sejenis ini dengan Chan.

"Ji, aku ada kepikiran mau putusin Hyunjin. Gimana menurutmu?"

Jisung terkejut. Kedua manik beningnya membola, menatap tidak percaya pada untaian kalimat dari si pria pirang.

"Kenapa? Apa alasannya?"

"Ya seperti yang sudah saya bilang sama kamu. Dia kekanakan, nggak bisa ngertiin dan kasih solusi tiap aku lagi ada masalah."

"Cuma karena itu? Mas bilang dulu mas bakal selalu jagain Hyunjin. Jangan coba berani sakitin dia karena Hyunjin juga teman saya." Titah Jisung tegas.

Chan menghela napas kembali. Masalah seperti ini memang rumit jika tidak diselesaikan dengan kepala dingin. Jujur dia juga bingung harus bertindak bagaimana. Tapi dirinya pun lelah, Chan jenuh harus menjaga pacar dengan sifat kekanakan semacam Hyunjin. Dia butuh satu yang mengerti dirinya.

senja | minsung ✔Where stories live. Discover now